Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Fez atau fiasco: pelajaran bagi fahd

Ktt liga arab yang berlangsung di fez, maroko gagal. raja hasan tiba-tiba menutup konperensi tersebut yang baru beberapa jam bersidang. maka gagallah usul damai dari pangeran fahd.

5 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA marah terdengar, dan Raja Hassan dari Maroko, sebagai tuan rumah, tiba-tiba menutup konperensi tingkat tinggi (KTT) Liga Arab yang baru beberapa jam bersidang itu. Dalam sekejap mata, sidang di Fez yang hendak membahas usul damai Pangeran Fahd dari Arab Saudi itu menjadi sebuah fasco alias kegagalan. Tindakan Raja Hassan itu mungkin satu-satunya yang bisa disetujui semua yang hadir. Para delegasi dengan segera toh melihat bahwa konperensi itu berangkat dalam keadaan payah untuk bisa berhasil mempersatukan sikap negara-negara Arab terhadap, usul Fahd yang secara implisit mengandung pengakuan pada Israel itu. Kenapa? Seorang anggota delegasi penting berbisik: rencana perdamaian Fahd sebenarnya bisa didukung oleh mayoritas dari ke-21 negeri Arab, tapi sekelompok kecil menolak dengan keras. Hasilnya sudah bisa diraba sejak hari kedua pertemuan tingkat menteri sebelum KTT-nya dimulai. Nihil Yang jelas menolak lantang adalah Libya. Pemimpinnya, Muammar Qaddafy, tak mau datang. Sementara itu menteri luar negerinya yang berangkat ke Fez, Abdulani Obeidi, berkata: rencana damai Fahd adalah "pengkhianatan terang-terangan". Tapi jika pendirian Libya sudah masuk hitungan Arab Saudi, tak demikian halnya dengan pendirian Suriah. Negeri ini menerima bantuan keuangan cukup besar dari Saudi. Beberapa hari sebelum pertemuan Fez, Menteri Luar Negeri Suriah Abdul Halim Khaddam berembuk dengan Raja Khalid dan Pangeran Fahd sendiri di Riyadh. Kemudian Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Saud al Faisal membalas kunjungan ke Damascus. Namun usaha keras untuk menarik Suriah ke pihaknya itu rupanya berhasil nihil. Presiden Suriah Assad, seperti halnya Qaddafy, tetap tak mau datang ke KTT. Di Fez, Pangeran Saud al-Faisal pun melobi terus agar rencana negaranya didukung, tapi juga sia-sia. Konperensi sejak saat itu seharusnya sudah harus diurungkan. Tapi rupanya sidang masih harus diperpanjang dengan sengketa kata-kata, yang menyebabkan Raja Hassan marah serta menutup KTT pekan lalu. Kini, apa yang akan dilakukan? Arab Saudi, menurut sebuah sumber, sedang membahas perlukah rencana itu terus ditawarkan. Mungkin saja sebuah KTT baru akan diadakan, kalau ada tanda-tanda berhasil. Kalau tidak, Arab Saudi harus menelan kegagalannya diam-diam, meskipun pahit--lalu lebih mendekat ke Mesir. Mesir sejak semula memang memberi sambutan baik kepada rencana Fahd, meskipun ia tetap jalan terus dengan perjanjian Camp Davidnya dengan Israel. Di bawah Presiden Mubarak, sikap lebih ramah kepada negeri Arab lain, yang semula mengecamnya, memang bisa diharapkan. Pekan lalu, misalnya, dalam upacara khusus Mubarak membebaskan sejumlah tahanan yang diringkus mendiang Presiden Sadat beberapa hari sebelum ia tewas. Antara lain yang bebas: wartawan terkemuka Hassanein Heykal, orang kepercayaan Presiden Nasser, seorang penganjur persatuan Arab (lihat cerita berikutnya, Mesir). Bagaimanapun, menurut beberapa analisa, yang menang--karena terbukti benar--adalah strategi Mesir juga. Setelah KTT Fez gagal, nyatalah sekali lagi bahwa perundingan penting di Timur Tengah tak bisa diusahakan dengan mengajak sebanyak-banyaknya negara Arab. Kini sudah waktunya Arab Saudi menyadari hal itu. Namun ada kemungkinan juga bahwa Saudi akan lebih mengutamakan persatuan Arab, ketimbang kemenangan rencana Fahd. Suriah, untuk memperoleh terus bantuan keuangan dari Riyadh, diperhitungkan akan berusaha berbaik kembali dengan Saudi. Dan para pemimpin Saudi sendiri mungkin akan lebih aman dengan keadaan itu. Mereka mungkin akan kian yakin bahwa kartu penting yang ditawarkan Fahd toh tak banyak gunanya: bagaimana berdamai dengan Israel, bila Israel sendiri menolak usul itu -- dan AS tak bisa memaksanya? Apapun pilihan yang diambil Saudi, untuk sementara ini negeri-negeri Arab akan terus seperti sesudah Camp David: berperang tak bisa, berdamai pun tak dapat. Dan wilayah Arab tetap diduduki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus