Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat telah mengirimkan lebih dari 569 ton bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui dermaga terapung yang dibangun di lepas pantai, namun tidak semua pasokan berhasil mencapai tujuan, kata Komando Pusat AS (CENTCOM) yang berada di bawah Departemen Pertahanan AS pada Selasa, 21 Mei 2024.
Pengiriman bantuan lewat dermaga tersebut dimulai pada 17 Mei 2024, ketika Israel menghadapi tekanan global untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza yang sedang diserang dan terancam potensi kelaparan.
Dermaga terapung tersebut telah dirakit sebelumnya di pelabuhan Ashdod Israel dan dipindahkan ke lepas pantai Gaza, yang tidak memiliki infrastruktur pelabuhan sendiri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sepuluh truk berisi bantuan makanan yang diangkut dari lokasi dermaga oleh kontraktor PBB telah diterima pada Jumat lalu di gudang Program Pangan Dunia (WFP) di Deir Al Balah, Gaza.
Namun pada Sabtu, hanya lima truk yang berhasil sampai ke gudang tersebut. Bantuan di sebelas truk lainnya telah dihabiskan oleh warga sipil Palestina selama perjalanan melalui daerah yang sulit diakses dengan bantuan kemanusiaan, menurut seorang pejabat PBB yang berbicara secara anonim kepada Reuters.
Para pejabat PBB juga memperingatkan pada Senin bahwa bantuan makanan dan obat-obatan untuk warga Palestina menumpuk di Mesir, sebab penyeberangan Rafah masih ditutup hingga saat ini. Tidak ada bantuan yang dikirimkan ke gudang PBB dari dermaga buatan AS selama dua hari sejak Ahad, kata para pejabat.
Petinggi kantor urusan kemanusiaan PBB (UN OCHA) Edem Wosornu mengatakan persediaan dan bahan bakar tidak mencukupi untuk memberi bantuan yang signifikan kepada masyarakat Gaza.
“Kami kehabisan kata-kata untuk menggambarkan apa yang terjadi di Gaza. Kami menggambarkannya sebagai bencana, mimpi buruk, seperti neraka di bumi. Itu semua, dan lebih buruk lagi,” katanya.
Ia berkata kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penutupan penyeberangan Rafah dari Mesir telah menghentikan pengiriman setidaknya 82.000 metrik ton bantuan, sementara akses di penyeberangan Kerem Shalom yang dikuasai Israel telah dibatasi karena “permusuhan, kondisi logistik yang sulit dan prosedur koordinasi yang rumit.”
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan pada Senin bahwa penyeberangan Rafah ditutup karena adanya ancaman terhadap pekerjaan kemanusiaan oleh operasi militer Israel.
“Sekarang ada kehadiran militer di pinggiran perbatasan Rafah dan operasi militer yang membahayakan konvoi bantuan dan pengemudi truk,” kata Shoukry kepada wartawan di Kairo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Tak Ada Bantuan Lewat Dermaga AS, UNRWA: Bantuan ke Gaza Paling Efektif Lewat Darat
REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini