Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Atas Nama Kemanusiaan

12 September 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISRAEL mulai mengancam keberadaan lembaga-lembaga kemanusiaan di Gaza. Namun, syukurlah, sejak 27 Desember tahun lalu, lebih dari 400 pasien dirawat di Rumah Sakit Indonesia setiap hari.

"Pada Februari lalu, rumah sakit berhasil melakukan operasi besar bedah tengkorak, yang belum pernah dilakukan di Gaza," kata Edy Wahyudi, manajer lapangan pembangunan rumah sakit dari lembaga kesehatan Indonesia, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Selasa pekan lalu.

Berbagai kendala menghambat pembangunan rumah sakit ini, dari sulitnya mencari bahan bangunan akibat blokade Israel hingga lambatnya pengiriman peralatan karena pemeriksaan yang ketat. "Kami juga harus berburu pipa tembaga untuk jalur oksigen ke perusahaan lokal karena barang ini dilarang masuk," ujar Edy, yang telah kembali ke Tanah Air pada Februari lalu.

"Banyak yang tidak sesuai (rencana) sehingga kami kirim relawan agar amanah dengan dana yang berasal dari sumbangan masyarakat Indonesia," katanya. Rumah sakit ini dibangun di Kota Beit Lahia, Gaza utara, di atas area 1,6 hektare, dan terletak hanya tiga kilometer dari perbatasan ke Israel, di sebuah puncak bukit di luar Jabalya, kamp pengungsi terbesar di Gaza. "Kami memilih lokasi ini karena saat perang, termasuk pada 2014, korban paling banyak."

Ada departemen bedah umum, ortopedi, dan spesialis penyakit pencernaan di dalam bangunan dua lantai itu. "Kami membeli kamera agar dokter mudah melihat kondisi tubuh pasien saat operasi," ucap Edy. Cara mendatangkan peralatan canggih ini juga menjadi cerita tersendiri. "Kami mengimpor peralatan dari Amerika Serikat dan Jerman. Barang-barang ini harus masuk via Israel, dan setiap peralatan harus menunggu pemeriksaan hingga enam bulan," tuturnya.

Pembangunan rumah sakit yang kini dikelola Kementerian Kesehatan Palestina ini menghabiskan dana sekitar US$ 9 juta. Kapasitasnya, 110 tempat tidur, jauh lebih besar daripada rumah sakit lokal yang tua dan yang hanya punya 62 tempat tidur, kata Muaeen al-Masri dari bagian hubungan masyarakat, seperti dikutip Deutsche Welle.

Sita Planasari Aquadini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus