Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WASHINGTON, DC - Tepian Badai Florence mulai menerpa pesisir North Carolina kemarin, saat badai itu makin mendekati bagian timur Amerika Serikat. Tim penyelamat dilaporkan berjuang untuk menyelamatkan ratusan warga yang terjebak banjir akibat Badai Florence di North Carolina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Craven County, North Carolina, Amber Parker, mengatakan situasi sangat buruk di New Bern, yang terletak di sebelah tenggara Greenville, beberapa warga terjebak di atap rumah mereka. Sedikitnya 150 orang menunggu penyelamatan ketika badai bergerak ke darat dengan kecepatan angin mencapai 175 kilometer per jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain North Carolina, badai ini akan menerjang South Carolina dan Virginia, menumpahkan hujan deras di beberapa daerah yang terimbas dan menyebabkan kerusakan yang luas.
Meskipun badai telah melemah menjadi kategori dua, para pakar cuaca memperingatkan bahwa kekuatannya diperkirakan masih dapat menyebabkan banjir akibat gelombang pasang yang mengancam jiwa, banjir bandang, serta peluapan air sungai yang cukup signifikan.
"Meskipun kecepatan angin melemah dan intensitas badai ini turun menjadi kategori dua, mohon jangan lengah," ujar Kepala Badan Manajemen Bencana Federal, Brock Long, di Washington.
Long memperingatkan ancaman Badai Florence yang makin mendekati Pantai Timur Amerika Serikat dapat berisiko membunuh banyak orang.
"Kemungkinan ada banjir hingga empat meter ketika sungai tidak kuat menampung curah hujan yang sangat deras," kata Long, yang juga merupakan seorang ahli meteorologi. "Jadi ini badai yang sangat berbahaya. Banjir di pedalaman bisa membunuh banyak orang, dan itulah kemungkinan buruk yang akan kita lihat," kata Long.
Sekitar 1,7 warga telah dievakuasi dari beberapa negara bagian untuk menghindari ancaman Florence. Namun, beberapa orang tetap akan tinggal di tempat mereka, meski dilewati Badai Florence, seperti 650 tahanan di penjara MacDougall Correctional Institution yang tidak dievakuasi.
"Sebelumnya, justru lebih aman berada di tempat narapidana ketimbang memindahkan mereka ke lokasi lain," kata juru bicara South Carolina Department of Corrections, seperti dikutip dari Vice News.
Keputusan untuk tidak memindahkan tahanan menuai berbagai reaksi dari pengguna media sosial. Mereka berkaca pada peristiwa dahsyatnya Badai Katrina pada 2005 yang membuat ribuan narapidana berada kondisi yang mengerikan karena tidak dievakuasi.
"Hampir 1.000 tahanan dibiarkan meninggal di Penjara Orleans Parish selama Badai Katrina," demikian tulisan mahasiswa bernama Bedour Alagraa di Twitter.
Lembaga ACLU dan Human Rights Watch menyebutkan para tahanan ditinggalkan begitu saja di sel tanpa makanan dan air selama berhari-hari, sedangkan ketinggian air mencapai langit-langit. Human Rights Watch mengklaim ada 517 narapidana yang hilang. VOA | BBC | VICE NEWS | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo