Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, masuk dalam nominasi finalis tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024 versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Jokowi menjadi salah satu dari lima finalis lain yang paling banyak dipilih tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun empat tokoh lain yang masuk ke dalam kategori itu adalah Presiden Kenya William Ruto; Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu; mantan Perdana Menteri Bangladesh, Hasina; dan pengusaha dari India, Gautam Adani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penentuan Nominasi OCCRP 2025
Dikutip dari akun X OCCRP, setiap tahun OCCRP mengundang nominasi untuk penghargaan "Person of the Year in Crime and Corruption". “Namun, jumlah nominasi bukanlah suara akhir. Para juri meninjau semua nominasi, tetapi keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan mereka,” tulis akun resmi OCCRP pada Rabu, 1 Januari 2024.
OCCRP menekankan nominasi orang terkorup 2024 bukanlah kontes yang memperhitungkan popularitas atau sebaliknya. Tahun ini para juri OCCRP memilih Bashar Al-Assad sebagai orang paling korup 2024 dengan alasan kehancuran lintas batas yang telah berlangsung selama beberapa generasi akibat rezimnya di Timur Tengah. “Keputusan ini tidak membuat tingkat korup pada William Ruto menjadi kecil,” tulis OCCRP.
OCCRP tidak lantas menjadikan nominasi lainnya sebagai orang yang tidak lebih korup dibanding Bashar Al-Assad. OCCRP meyakini bahwa nominasi-nominasi lainnya memenuhi syarat sebagai orang korup. “Meskipun begitu, para juri mempertimbangkan skala serta dampak tindakan mereka di tingkat global,” terang OCCRP.
Dalam contoh Bashar Al-Assad, rezimnya dinilai OCCRP sebagai rezim dengan kontrol terpusat. Rezim tersebut melakukan penindasan terhadap perbedaan pendapat dan bergantung pada aparat keamanan. Pasukan Al-Assad dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara luas, termasuk penyiksaan, pembunuhan, penggunaan senjata kimia, penahanan massal, dan serangan terhadap warga sipil.
Dengan pendanaan dari produksi narkoba jalanan Captagon dan berbagai bentuk kejahatan terorganisir lainnya, seperti penyelundupan manusia dan rokok, pencurian barang antik, serta perdagangan senjata, rezim Assad meraup miliaran dolar untuk mempertahankan kekuasaannya yang otoriter dan brutal. Sementara itu, ia juga menyebarkan kekerasan, narkoba, dan kriminalitas ke seluruh wilayah.
“Selain menjadi seorang diktator seperti ayahnya sebelumnya, Assad menambahkan dimensi kejahatan dan korupsi yang tak terbayangkan, menghancurkan kehidupan tak terhitung jumlahnya bahkan di luar batas negaranya sendiri,” kata Alia Ibrahim, salah satu pendiri Daraj.com yang juga menjadi juri dalam kontes tahun ini.
“Kerusakan politik, ekonomi, dan sosial yang ditimbulkan oleh Assad, baik di Suriah maupun di kawasan ini, membutuhkan waktu puluhan tahun untuk diatasi.” lanjut Alia seperti dilansir dari laman resmi OCCRP.
OCCRP didirikan oleh dua reporter investigasi veteran, Drew Sullivan dan Paul Radu, pada 2007. Awalnya, OCCRP dimulai di Eropa Timur dengan beberapa mitra. Setelah itu, OCCRP berkembang menjadi kekuatan utama dalam jurnalisme investigasi kolaboratif yang menjunjung tinggi standar tertinggi untuk pelaporan kepentingan publik.
Selama bergerak dalam bidang jurnalisme investigasi, OCCRP memiliki visi dan misi yang dipegang teguh. OCCRP memiliki visi dunia lebih terinformasi berarti kehidupan, mata pencaharian, dan demokrasi tidak terancam oleh kejahatan dan korupsi.
OCCRP mencapai visi tersebut dengan menjalankan misi untuk menyebarkan dan memperkuat jurnalisme investigasi di seluruh dunia dan mengekspos kejahatan serta korupsi sehingga publik memegang kekuasaan untuk bertanggung jawab.
Rachel Farahdiba Regar dan Savero Aristia Wienanto berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Jokowi Tokoh Paling Korup Versi OCCRP: Mengenali Organisasi Ini