RESTORAN harus ditutup tengah malam. Acara tv akan berhenti jam
10.30. Pertunjukan film midnight ditiadakan. Beberapa jalan
gelap.
Bangkok, ibukota Muangthai, bukan sedang latihan jam malam
--meskipun di perbatasan pasukan pemerintah berjaga-jaga
sehubungan dengan serbuan Vietnam ke Kamboja. Negeri yang kaya
beras itu kini sedang bersiap menghadapi pemilu bulan depan,
tapi sekaligus sedang krisis minyak bumi. Dan rencana
penghematan seperti di atas mungkin akan disetujui oleh Kabinet
pekan ini.
Sebelumnya, pesawat pendingin ruangan (AC) di banyak kantor
pemerintah sudah dimatikan sejak awal Maret. Perdana Menteri
Kriangsak sendiri bekerja di kantornya dengan mengenakan hem
lengan pendek untuk menahan udara Bangkok yang panas. Iklan
berlampu neon di jalanan dimatikan sebelum jauh malam, dan lampu
juga dipadamkan secara bergilir. Voltase juga dikurangi. Para
pekerja Otorita Perlistrikan Kota sibuk di jalanan mengurus
pergantian itu. Di seluruh negeri, selama 4 jam tiap kali ada
giliran gelap.
Tak semua orang Thai bisa patuh dengan kampanye penghematan
ini. Harian Bangkok Post awal Maret misalnya memuat gambar
lapangan tenis di Bangkok yang dipergunakan malam hari dengan
lampu-lampu besar, seolah-olah tak acuh kepada ikhtiar berhemat.
Menteri Perindustrian Kasame bahkan menyatakan ia dikecam sengit
karena seruannya agar AC di kantor-kantor resmi dimatikan. Ia
juga mengaku terima ancaman lewat telepon. "Tapi apa daya saya?"
Sabar, Kesame. Kamis yang lalu Muangthai meneken persetujuan
dengan Indonesia untuk permbelian 40.000 ton light crude
Sumatera. Menteri Kesamelah yang menandatanganinya, dan di pihak
Indonesia Dir-Ut Pertamina Piet Haryono. Pekan ini minyak
Indonesia itu bakal datang dari Dumai. "Penjualan ini
berdasarkan semangat ASEAN," kata jurubicara KBRI di Bangkok.
Tanpa semangat ASEAN -- tapi dengan semangat mendekati Muangthai
setelah tegang dengan Vietnam -- datang pula persetujuan RRC.
Jum'at yang lalu PM Kriangsak mengumumkan bahwa Cina setuju
untuk menaikkan penjualan minyak kasarnya kepada Muangthai, dari
600.000 ton menjadi 800.000 ton tahun ini. Sebaliknya RRC akan
membeli 100.000 ton beras dan juga tekstil dari Bangkok.
Meskipun begitu, toh sejak pekan ini hanya nightclub dan panti
pijat yang masih tetap dibiarkan beroperasi sampai larut malam.
Kata seorang pejabat tinggi, itu karena energi cuma dipakai
sedikit saja di tempat-tempat itu. Energi bahan bakar, tentu
saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini