Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Waktu Sudah Berubah, Tuan-tuan

Kunjungan Carter ke Mesir dalam upaya perdamaian di Timur Tengah, kemudian terbang ke Israel. Sadat dan Begin belum sepakat sejak Camp David. Jatuhnya Shah Iran turut mempengaruhi suasana. (ln)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Waktu Sudah Berubah, Tuan-tuan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PRESIDEN AS Jimmy Carter datang tidak dengan membawa damai. Sebab siapa pun tahu bahwa perdamaian di Timur Tengah tak berada dalam tasnya, ketika ia turun dari pesawat "Air Force One" di permadani merah di Kairo atau Yerussalem. Perdamaian bahkan mungkin tak berpusat di kedua kota kuno itu. Jalanan ibukota Mesir penuh manusia. Ratusan ribu, menurut perhitungan sang tamu. Sepanjang jalan, seraya menaiki Cadillac terbuka tapi dijaga ketat oleh pengawal, Carter yang didampingi Presiden Sadat terkesan akan sambutan hangat itu -- seraya pandangnya memungut satu kalimat dalam spanduk selamat datang: "Kita Percaya Kepada Tuhan." Di wilayah yang sarat dengan sejarah agama-agama besar itu, seorang presiden Amerika yang Kristen salih, kini hendak mempertemukan sebuah bangsa Yahudi dengan bangsa Muslimin. Nama Tuhan layak disebut-sebut dalam perkara yang sulit itu. "Anda dan, saya, tuan Presiden," kata Carter kepada Sadat dalam pidato di Istana Kubbe hari Kamis, "percaya kepada Tuhan. Marilah kita berdoa kepada Tuhan, agar membimbing kaki-kaki kita ke dalam jalan perdamaian." Tapi jalan perdamaian itu dengan segera nampak punya rintangan besar. Beberapa jam sebelum Carter tiba di Kairo, Sadat dan kabinet Mesir mendiskusikan gagasan kompromi yang dirumuskan AS, yang sudah diterima Israel hari Senin. Tak ayal lagi Mesir pun mengajukan usul tandingan. "Akan ada perubahan sedikit," kata PM Mesir Mustafa Khalil tentang usul AS. Adakah "perubahan sedikit" dari Mesir terhadap usul AS itu akan diterima Israel? Carter pun terbang ke Yerussalem -- disambut oleh bandar udara yang penuh angin kencang, dan juga pelukan hangat Manachem Begin. Tapi beberapa jam kemudian jadi jelas: usul Mesir yang dibawa Carter tidak bisa diterima oleh kabinet Israel. PM Begin sudah melakukan sidang marathon untuk mendiskusikannya, tapi Senin pagi pekan ini pemimpin Israel itu mengumumkan satu sikap terakhir. "Sekarang tergantung pada jawaban Kairo," kata Begin. Hari Minggu Yang Tanpa Hasil Setelah hari Minggu yang tanpa hasil itu, Presiden Carter mungkin akan memperpanjang tinggalnya di Israel, setidaknya satu hari lagi. Ia sudah diberitahu: Israel nampak sangat tidak puas terhadap usul Mesir. Dalam jamuan makan yang diadakan para pemimpin Israel, Carter mengatakan masih adanya "perbedaan-perbedaan yang tajam." Kemudian katanya kepada para wartawan: sebenarnya "dari sudut pandangan saya perbedaan itu tak begitu serius." Tentu saja Carter tak ingin memberi kesan lebih jauh, bahwa ia menyepelekan keberatan Israel. Tempo hari ia pernah menunjukkan kecenderungannya mengritik PM Begin yang kurang luwes dalam berunding. Tapi Begin yang baru pulang dari AS di hari yang sama Carter tiba di Kairo, rupanya sudah dapat berbaik kembali dengan sang presiden AS. "Tak benar bahwa Presiden (Carter) datang ke mari untuk menekan kita," katanya engan agak marah. Tapi bagi sebagian orang Israel, Carter memang tak amat menyenangkan. Ketika ia datang, sejumlah demonstran mencoba memasang rintangan di jalan yang dilalui rombongan tamu. Kelompok "Gush Emunin," yang mendukung pemukiman Yahudi di wilayah Arab yang diduduki Israel, mengirim 400 anggotanya ke Yerussalem. Mereka mencoba memacetkan lalu-lintas. Dalam kabinet Begin sendiri -- sebuah koalisi -- terdapat sikap yang tak begitu bersedia untuk mencapai kesefakatan dengan Mesir, apabila Carter mendesak Israel untuk memberi konsesi lagi. Bahkan partai oposisi, Buruh, hanya sebagian yang setuju perjanjian damai dengan Mesir dengan merelakan kembalinya jazirah Sinai. Sebagian bahkan menolak gagasan otonomi untuk wilayah Tepi Barat sungai Yordan yang berpenduduk Arab itu. Itu akan memungkinkan berdirinya sebuah negara Palestina kata tokoh Partai Buruh Shimon Peres. Waktu Berubah dari Teheran Padahal justru suatu jadwal waktu yang jelas, untuk terbentuknya pemerintah Palestina yang otonom, itulah yang diarah Mesir. "Kami bertekad," kata Sadat kepada Carter waktu masih di Kairo "untuk memungkinkan saudara-saudara kami orang Palestina merealisasikan hak-hak nasional mereka dan mendapatkan kembali kemerdekaan mereka." Artinya, kurang-lebih Mesir hanya bersedia teken perjanjian damai, bila tujuan ke arah kemerdekaan Palestina itu diperjelas. Sadat dan Begin dengan demikian belum banyak merubah posisi masing-masing sejak pertemuan puncak Camp David tahun lalu. Tapi waktu toh telah berubah. Jam telah berdetak lain dari Teheran setelah Shah Iran jatuh. Di Iran kini tegak pemerintah yang anti-lsrael. Pemimpin gerilyawan PLO Yasser Arafat sendiri datang ke Teheran bulan lalu. Ia disambut hangat -- dan ia mencium pipi Ayatullah Khomeini. AS melihat semua itu dengan cemas. Bagi Washington, Mesir dan Israel kian tersisih. Dua negara itulah yang diharapkannya jadi tempat berpijak bagi melawan pengaruh Soviet. Tapi bagi Israel, justru setelah Iran kini jadi musuhnya, apa gunanya suatu perdamaian dengan Mesir yang tak amat meyakinkan? Ia kian terkepung. Ia tak hendak melihat sebuah wilayah baru -- di Palestina di dekatnya, jadi tambahan ancaman. Bagi Mesir, kejatuhan Shah juga membawa pesan. Apalagi para pemimpin Iran yang baru terang-terangan tak menyukai Sadat. Mereka pernah meramalkan, bahwa golongan Ikhwanul Muslimin di Mesir suatu ketika akan menjatuhkan sang presiden -- setelah saudara mereka di Iran menjatuhkan Shah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus