GEROMBOLAN Hasan Tiro makin berantakan. Makin banyak anggota
gerakannya yang menyerah atau ditangkap yang berwajib. Pada
Januari lalu misalnya, 2 pengikut Hasan berhasil ditangkap.
Mereka adalah Tengku Umar Tiro dan Ilyas Cot Plieng.
Pertengahan Pebruari lalu keduanya menulis seruan dalam bahasa
Aceh aksara Arab, menghimbau agar teman-teman mereka turun
gunung dan menyerah karena "apa yang telah kita lakukan selama 2
tahun ini ternyata siasia saja." Seruan itu ditujukan terutama
pada Hasan Tiro sendiri, serta beberapa tokoh lain seperti dr
Husaini Hasan serta dr Zaini Abdullah.
Makin payahnya gerombolan Hasan Tiro itu selain akibat
ditingkatkannya operasi militer ABRI juga berkat bantuan
langsung dari rakyat. Dukungan rakyat ini agaknya berkat cara
pendekatan yang luwes dari Panglima Kodam I Iskandar Muda
Brigjen R.A. Saleh yang selalu menyerukan anak buahnya agar
selalu menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan rakyat.
Dan bukan sebaliknya hingga dibenci atau ditakuti rakyat.
Cara ini ternyata telah merebut simpati rakyat Aceh dibanding
cara main kekerasan yang mungkin bisa membuat anggota gerombolan
takut menyerah. Dan himbauan itu ternyata ada hasilnya. Pada 16
Pebruari lalu, 4 pengikut Hasan Tiro, Siluet, Ahmad, Isnu dan
Duali menyerah pada petugas keamanan di Geumpang Aceh Pidie.
Menurut mereka sebetulnya banyak teman mereka yang ingin
menyerah, tapi takut pada ancaman beberapa pemimpin yang masih
ngotot.
Mulai Januari lalu pengepungan beberapa kantong gerombolan
ditingkatkan dengan mengerahkan para pemuda. Lima kecamatan,
Bandar Dua, Tiro, Mila, Mutiara dan Sakti diminta masing-masing
menyediakan 50 pemuda untuk melacak jejak Hasan Tiro. Untuk satu
minggu pelacakan, tiap pemuda harus menyediakan 20 liter beras,
1 kg gula, 10 telur, 1 kg kopi bubuk dan uang Rp 5.000. Seorang
camat mengatakan, biaya tersebut akhirnya harus dikutip dari
semua desa dengan sepengetahuan Muspida Aceh Pidie. Alasannya:
pemerintah daerah Aceh Pidie sendiri tidak mempunyai dana.
Di mana Hasan Tiro bersembunyi Pihak keamanan telah
berulangkali menyatakan tempat persembunyiannya telah diketahui.
Tapi sebuah sumber di Lueng Putu, di mana pos komando pelacakan
dipusatkan, tempat Hasan bersembunyi belum lagi tercium. Satuan
pelacakan itu kini juga dilengkapi dengan 5 anjing Herder Satama
Satwa Polri yang didatangkan dari Jakarta.
Belakangan ini tersiar desas-desus bahwa Hasan Tiro bukan orang
pertama dalam gerakan itu, dan hanya merupakan "orang ketiga",
sekalipun dalam "proklamasi"nya pada 4 Desember 1976 Hasan
jelasjelas menyebut dirinya sebagai keutuhan alias pimpinan.
Tidak jelas dari mana sumber sas-sus ini, tapi ada yang menyebut
ini sekedar taktik Hasan itu mengalihkan perhatian yang berwajib
pada dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini