Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan orang di Ibu Kota Dhaka, Bangladesh pada Senin, 27 Juni 2021, terkatung-katung ketika otoritas menghentikan sementara operasional hampir semua transportasi umum menjelang diberlakukannya lockdown. Penguncian atau lockdown ditujukan untuk menghentikan infeksi virus corona yang mematikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus baru infeksi virus corona di Bangladesh pada Senin kemarin tercatat lebih dari 8.300 kasus dan 119 kematian akibat Covid-19. Jumlah itu adalah kasus harian tertinggi di Bangladesh sejak pandemi terjadi.
Otoritas Bangladesh menyalahkan kenaikan kasus positif Covid-19 ini karena adanya varian Delta Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di India. Bangladesh yang berpopulasi 168 juta jiwa, akan menjalani lockdown terhitung mulai Kamis, 1 Juli 2021.
Hanya sektor dan pabrik-pabrik tertentu yang boleh beroperasi. Sekertaris Kabinet, Khandker Anwarul Islam, mengatakan pihaknya akan mengerahkan tentara pada Kamis nanti untuk membantu pelaksanaan lockdown.
“Tentara Angkatan Darat akan berpatroli. Jika ada yang melanggar, tindakan tegas akan diterapkan pada mereka,” kata Islam.
Pengumuman pemberlakuan lockdown telah membuat eksodus para pekerja migran dari Ibu Kota Dhaka ke desa-desa pada Minggu, 28 Juni 2021. Puluhan ribu orang berdesakan di sejumlah kapal ferri yang melintasi sebuah sungai besar.
Pemberitahuan penerapan lockdown, yang dirasa sangat mepet, telah membuat ribuan pekerja di Dhaka pada Senin, 28 Juni 2021, berjalan kaki ke kantor. Padahal kondisi sedang musim panas sehingga pakaian mereka basah oleh keringat.
Sumber: channelnewsasia.com