Perdamaian bangsa Kurdi dan Saddam semakin dekat. TEROWONGAN gelap bangsa Kurdi mulai nampak ujungnya, walau masih remang-remang. Senin pekan ini, perundingan ronde kedua antara pemimpin Kurdi yang paling berpengaruh, Massoud Barzani, dan Presiden Irak Saddam Hussein dimulai di Baghdad. Ada harapan besar, tinggal sisa-sisa pembicaraan soal teknis yang tidak mendasar. Dua pekan lalu, soal-soal yang lebih penting sudah diselesaikan. Kala itu Saddam berunding dengan Jalal Talabani pemimpin gerilya Kurdi yang sangat dihormati. Kesepakatan antara mereka mengundang kejutan besar. Maklum, perundingan itu berlangsung rahasia. Tiba-tiba saja di televisi Irak, Talabani menempelkan pipinya ke pipi Saddam. Itu sebabnya perundingan ronde kedua jadi tersendat-sendat dan berulang kali ditunda. Bangsa Kurdi yang masih mendendam pada Saddam seolah tak percaya. Sebagian besar mereka yakin bahwa Talabani bakal tertipu lagi dengan muslihat Saddam. "Tampaknya, ada kesulitan di antara mereka sendiri," kata Roberto Formigoni, wakil ketua parlemen Eropa yang mengunjungi Irak Utara akhir pekan lalu. Mestinya, perundingan sudah harus berlangsung tepat pada hari ulang tahun Saddam Minggu pekan lalu. Namun, sampai Formigoni balik ke Italia, tak ada tanda-tanda para pemimpin Kurdi bisa berangkat ke Baghdad. Penundaan ini sempat menyulut kekhawatiran, kalau-kalau bangsa Kurdi tergiring ke jurang perpecahan. Persoalan akan berkepanjangan. Sama halnya dengan orang Palestina yang selalu berkelahi dengan sesama mereka sendiri. Untungnya, untuk sementara, persoalan bisa dibereskan. Senin pekan ini Massoud mulai membahas rumusan persetujuan dengan lebih rinci. Dalam kopornya, Massoud Barzani membawa usulan yang bisa mengubah wajah Irak. Selain soal daerah otonomi bagi bangsa Kurdi, di sana juga ada berkas-berkas tentang demokratisasi Irak. Misalnya saja, Saddam Hussein diminta membubarkan Dewan Komando Revolusi yang praktis menjadi alatnya yang paling utama untuk menjalankan kekuasaan dengan gaya diktator. Selain itu, pemilihan umum yang bebas dan diikuti semua partai harus sudah terlaksana dalam waktu enam bulan sejak persetujuan diteken. Kalau itu betul-betul terjadi, mungkin saja perdamaian akan menyelimuti bumi Irak, yang sudah lelah disiram darah putra-putranya sendiri. YH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini