Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang saudara di negeri tito

Yugoslavia terancam perang saudara di tengah kesulitan ekonomi yang makin parah. kerusuhan antar etnis kroatia dengan serbia menelan korban 17 orang tewas dan puluhan luka-luka.

11 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yugoslavia kesulitan ekonomi dan di ambang berantakan. Kini pecah perang etnis. DI Yugoslavia bom waktu akhirnya meledak juga. Sejumlah pasukan, dengan dilindungi tank-tank, memasuki Vukovar di barat laut Kroatia. Presiden memerintahkan penggunaan pasukan federal itu lantaran bentrokan menjadi-jadi antara suku Kroatia dan Serbia di wilayah ini. Setelah keributan meletus Kamis pekan silam, 17 orang tewas (12 di antaranya polisi Kroatia) dan puluhan lainnya luka-luka. Dan hingga Senin lalu, ketika pasukan federal memasuki Vukovar, rentetan tembakan senjata ringan, yang terkadang juga diselingi dentum senjata berat, masih terdengar di beberapa daerah itu. Dalam dua minggu terakhir ini suara letusan sudah hal biasa di barat laut Kroatia yang dekat Kranjina, tempat konsentrasi orang Serbia. Ini membuat sekitar 200 orang Serbia -- sebagian besar wanita dan anak-anak -- - menyeberangi Sungai Danube untuk mencari perlindungan ke Serbia. Dalam pada itu, Slavco Degoricija, Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Kroatia, menuduh bahwa kerusuhan itu didalangi pemuka Republik Serbia. "Kami punya bukti orang Serbia terlibat. Itu terjadi setelah kehadiran para radikal yang sengaja didatangkan dari Serbia," ujar Degoricija. Sedangkan menurut kantor berita nasional Tanjug, kerusuhan Kamis lalu di Kota Zadar di tepi Laut Adriatik itu adalah buntut dari serangan orang Kroatia atas orang Serbia serta perusakan atas hak milik mereka. Agaknya, perpecahan di Yugoslavia tak dapat dielakkan lagi. Orang Serbia dan Kroatia merupakan dua suku terbesar di Republik Yogoslavia yang selalu bersaing. Bahkan hubungan antara kedua suku ini banyak diwarnai kekerasan. "Kami sedang menghadapi perang terbuka melawan orang Serbia," kata Franjo Tudjman. Presiden Kroatia itu mengimbau rakyatnya supaya tetap tenang. Namun, ia juga sempat mengatakan malah akan mengambil langkah memobilisasi rakyat di daerah-daerah yang disebutnya rawan. Ini karena pemerintah pusat yang dikelola oleh dewan kepresidenan kolektif (beranggotakan delapan orang) tak bisa berbuat banyak. Mulanya dewan ini akan mengumumkan keadaan darurat. Dan setelah tak mencapai kata sepakat, baru 10 Mei ini mereka bertemu lagi untuk membahas keadaan secara umum. Sedangkan ketegangan makin mewarnai negeri berpenduduk 23,5 juta yang terdiri dari berbagai etnis itu. Negara tersebut berdiri pada 1943 atas dasar persetujuan untuk membentuk uni, yang terdiri dari enam republik dan dua daerah istimewa. Yugo, yang ditetapkan sebagai negara sosialis, bisa bertahan berkat kepemimpinan Tito dengan Partai Komunisnya. Di masanya pula, Yugo menjadi salah satu negara pelopor gerakan Nonblok. Setelah Tito meninggal, 1980, tanda perpecahan mulai mencuat. Setahun kemudian muncul keributan etnis di Provinsi Kosovo. Itu lebih terasa lagi pada 1990, ketika Partai Komunis kehilangan kepercayaan dari rakyat, sehingga keenam republik mengadakan pemilihan umum sendiri-sendiri. Dan sejak saat itu nasionalisme tambah menggebu-gebu di enam republik tadi. Keadaan yang berantakan itu diperhebat oleh kesulitan ekonomi. Tiap republik dan daerah istimewa bahkan suka mementingkan diri sendiri, karena sumber penghasilannya yang terbatas. Akibatnya, pemerintah pusat makin tidak berfungsi. Dan tidak tampilnya seorang pemimpin kuat sekaliber Tito ini membuat suasana di Yugoslavia tambah buruk. Akhir-akhir ini malah timbul tuntutan agar jenazah Tito, orang Kroatia itu, dipindahkan dari Belgrado -- ibu kota negara yang berada di wilayah Serbia. "Ini pertanda permulaan dari perang saudara," kata seorang diplomat Barat. ADN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus