MASALAH Kampuchea kembali menjadi hangat di kalangan pemimpin
ASEAN. Pasalnya ialah Khmer Merah pimpinan Khieu Samphan menolak
usul ASEAN untuk membentuk "koalisi longgar" guna melawan
kehadiran Vietnam di Kampuchea. Koalisi yang diusulkan itu ialah
antara Khmer Merah, kelompok Moulinaka di bawah Pangeran Norodom
Sihanouk dan Front Pembe basan Rakyat Kampuchea pimpinan Son
Sann.
Reaksi keras datang dari Malaysia. PM Mahathir Mohamad, ketika
membu ka konperensi Organisasi Antar-Parlemen ASEAN (AIPO) pekan
lalu, mengancam akan menarik dukungannya bagi Khmer Merah di PBB
bila kelompok yang disingkirkan rezim Heng Samrin ini menolak
usul ASEAN. Khmer Merah sampai sekarang masih diakui di PBB
berkat dukungan ASEAN. Masalah Kampuchea, setelah Khmer Merah
menolak usul koalisi, menurut Mahathir, semakin menjauhi
penyelesaian. "Sikap keras kelompok tertentu itu sangat
disesalkan," katanya.
Bukan hanya Mahathir yang kecewa. Singapura yang memprakarsai
koalisi itu merasa mendapat tamparan setelah Khmer Merah tidak
mau bertemu dengan dua kelompok lainnya. Sehari setelah Mahathir
mengemukakan sikapnya, Menlu Singapura Supiah Dhanabalan terbang
ke Jakarta. Dalam kunjungan kurang dari lima jam itu, ia
mengadakan pembicaraan dengan Menlu Mochtar Kusumaatmadja dan
Presiden Soeharto. "ASEAN akan melanjutkan usahanya
menyelesaikan masalah Kampuchea," kata Dhanabalan, Ketua Panitia
Tetap ASEAN, pada pers kemudian. Namun ia menolak anggapan bahwa
kunjungan mendadaknya ke Jakarta hari itu (3 Februari) sebagai
reaksi atas pernyataan Mahathir.
Agaknya Singapura tetap mempertahankan gagasannya yang kemudian
diterima ASEAN. Koalisi longgar antara Khieu Samphan, Sihanouk
dan Son Sann tetap dianggap salah satu jalan penyelesaian damai
di kawasan itu. "Kami menganggap, koalisi longgar masih mungkin
berlaku," kata Dhanabalan. "Dan Singapura tetap mendukung Khmer
Merah di PBB," tambahnya.
Namun koalisi yang diusulkan itu tidak mungkin terwujud tanpa
kelompok Khmer Merah. Inilah kenyataan pahit bagi kalangan
ASEAN. Sedang Mochtar sendiri, setelah Mahathir memperingatkan
Khmer Merah, belum melihat jalan buntu. "Seharusnya Khmer Merah
mengusulkan apa yang diinginkan," katanya selesai berunding
dengan Dhanabalan .
Selesai mendengar pendapat Jakarta, Dhanabalan mengadakan
konsultasi dengan Menlu Malaysia Tan Sri Ghazal Shafie yang
berkunjung ke Singapura Pernyataan Mahathir, menurut Ghazali
dimaksudkan agar Khmer Merah tidal mengabaikan usul untuk
memecahkan masalah Kampuchea itu. "Bola sudah d kaki mereka.
Terserah pada ketiga pihal itu untuk memainkannya," kata Tan
Sri.
Jelas ASEAN belum mengubah sikap nya. Tan Sri Ghazali bahkan
menegas kan keinginan ASEAN untuk menyedia kan tempat dan
fasilitas pada ketiga ke lompok Kampuchea itu merundingkan
embentukan koalisi.
Untuk "menyatukan" pendapat, Ketua Panitia Tetap ASEAN
Dhanabalan juga akan menemui Menlu Filipina Car los Romulo dan
Menlu Muangthai Siddhi Savetsila. Tapi kelihatannya pernyataan
Mahathir itu sejalan dengan pendapat pemimpin ASEAN lainnya,
bahwa Khmer Merah kurang menghormati upaya damai yang
disodorkan.
Betulkah Malaysia benar-benar menarik dukungannya pada Khmer
Merah di PBB? Ada pendapat bahwa pernyataan Mahathir ini buat
sementara sekedar mendesak Khmer Merah agar mau berjabat tangan
dengan Sihanouk dan Son Sann membentuk koalisi.
Rezim Heng Samrin yang berkuasa sejak tiga tahun lalu atas
dukungan Vietnam kini semakin kokoh. Besar kemungkinan kursi di
PBB bisa direbutnya jika gagasan koalisi anti-Vietnam tadi tak
terwujud segera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini