Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat di Nepal Jadi 68 Orang

Penerbangan itu membawa 68 penumpang termasuk 15 warga negara asing, serta empat awak, kata Otoritas Penerbangan Sipil Nepal

15 Januari 2023 | 19.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana lokasi jatuhnya pesawat di Pokhara di Nepal barat, 15 Januari 2023. Sagar Raj Timilsina/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat di Nepal mengatakan 68 orang dipastikan tewas setelah sebuah pesawat penumpang regional dengan 72 penumpang jatuh ke ngarai saat mendarat di bandara yang baru dibuka di kota resor Pokhara, Minggu 15 Januari 2023. Belum jelas apa yang menyebabkan pesawat itu jatuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tek Bahadur K.C., seorang pejabat administrasi senior di distrik Kaski, membuat pengumuman tersebut saat tim penyelamat menjelajahi lokasi kecelakaan di dekat Sungai Seti, yang berjarak sekitar 1,6 kilometer dari Bandara Internasional Pokhara.

Tim penyelamat menjelajahi lokasi kecelakaan menggunakan tali untuk mengeluarkan mayat dari reruntuhan, yang sebagian tergantung di tepi ngarai. Beberapa mayat, terbakar tanpa bisa dikenali, dibawa oleh petugas pemadam kebakaran ke rumah sakit, tempat berkumpulnya kerabat yang berduka.

Pesawat ATR 72 bermesin ganda, dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal, terbang dari ibu kota, Kathmandu, ke Pokhara, dalam penerbangan 27 menit. Penerbangan itu membawa 68 penumpang termasuk 15 warga negara asing, serta empat awak, kata Otoritas Penerbangan Sipil Nepal dalam sebuah pernyataan.

Warga asing itu termasuk lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea Selatan, dan masing-masing satu orang dari Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis.

Otoritas penerbangan mengatakan pesawat melakukan kontak terakhir dengan bandara dari dekat Ngarai Seti pada pukul 10:50 sebelum jatuh.

Gambar dan video yang dibagikan di Twitter menunjukkan kepulan asap mengepul dari lokasi kecelakaan saat petugas penyelamat, tentara Nepal, dan kerumunan orang berkumpul di sekitar reruntuhan pesawat untuk mencari korban selamat. Badan pesawat terbelah menjadi beberapa bagian yang tersebar di ngarai.

Perdana Menteri Pushpa Kamal Dahal, yang bergegas ke bandara setelah kecelakaan itu, membentuk panel untuk menyelidiki kecelakaan itu.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya masih berusaha untuk memastikan nasib dua penumpang Korea Selatan dan telah mengirim staf ke tempat kejadian.

Jenis pesawat yang terlibat, ATR 72, telah digunakan oleh beberapa maskapai penerbangan di seluruh dunia untuk penerbangan regional jarak pendek.

Diperkenalkan pada akhir 1980-an oleh kemitraan Prancis dan Italia, model pesawat tersebut telah terlibat dalam beberapa kecelakaan mematikan selama bertahun-tahun. Pada 2018, ATR 72 yang dioperasikan oleh Aseman Airlines Iran jatuh di daerah pegunungan berkabut, menewaskan semua 65 orang di dalamnya.

ATR mengidentifikasi pesawat yang terlibat dalam kecelakaan hari ini sebagai ATR 72-500 dalam sebuah tweet.

Menurut data pelacakan pesawat dari flightradar24.com, pesawat itu berusia 15 tahun dan "dilengkapi transponder tua dengan data yang tidak dapat diandalkan." Yeti Airlines memiliki armada enam pesawat ATR72-500, kata juru bicara perusahaan Sudarshan Bartaula.

Pokhara, terletak 200 kilometer di sebelah barat Kathmandu, adalah pintu gerbang ke Sirkuit Annapurna, jalur pendakian populer di Himalaya.

Bandara Internasional Pokhara mulai beroperasi dua pekan lalu. Bandara itu dibangun dengan konstruksi Cina dan dukungan keuangan Negara Tirai Bambu. Duta Besar China untuk Nepal, Chen Song, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia "sangat terkejut" mengetahui kecelakaan itu.

“Pada masa sulit ini, pikiran kami tertuju pada orang-orang Nepal. Saya ingin menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para korban, dan simpati yang tulus kepada keluarga yang berduka,” tulisnya.

Kecelakaan hari ini dalah yang paling mematikan di Nepal sejak Maret 2018, ketika sebuah pesawat penumpang US-Bangla Airlines dari Bangladesh jatuh saat mendarat di Kathmandu, menewaskan 49 dari 71 orang di dalamnya.

Nepal, rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Gunung Everest, memiliki sejarah kecelakaan udara. Menurut database Keselamatan Penerbangan dari Flight Safety Foundation, telah terjadi 42 kecelakaan pesawat yang fatal di Nepal sejak 1946.

AL ARABIYA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus