TELEPON di kantor Pemadam Kebakaran London tiba-tiba berdering pada pukul 19.35 Rabu pekan lalu. Sesaat kemudian, sejumlah mobil kebakaran melaju ke King's Cross Tube. Setelah beberapa menit bingung mencari lokasi kebakaran maklum karena banyaknya terowongan eskalator -- akhirnya kepala unit pemadam kebakaran, Colin Townsley, menemukannya. Bersama anak buahnya, dia masuk ke dalam terowongan sedalam 15,25 m di bawah tanah, yang menghubungkan kereta api jurusan Piccadilly. Townsley memerintahkan bawahannya mengambil selang dan alat bernapas ke atas. Tapi ketika mereka kembali ke bawah, Townsley sudah tak bernyawa lagi. Api yang tampak menyala kecil di anak tangga terdepan tiba-tiba menyulut atap tangga berjalan. Jilatan api terus menjalar ke lantai utama, bagaikan ditembakkan dari senjata penyembur api. Si jago merah im menerjang kerumunan orang banyak, melahap kantor penjualan tiket, dan akhirnya melelehkan tangga berjalan setinggi 15 m -- yang terbuat dan kayu dan besi -- yang berusia 50 tahun itu. "Kami masih mendengar jeritan mengerikan dari bawah tangga," tutur James Dalrymple, pengusaha yang selamat. Ia nekat menembus api sambil menutupi wajahnya dengan jaket. 150 petugas kebakaran segera menyeret para penumpang yang berhasil menggapai pintu keluar stasiun bawah tanah King's Cross yang tampak seperti tungku api raksasa. Mereka melemparkan tali ke bawah dengan harapan agar ada yang meraihnya, tapi tak berhasil. Sampai kini agaknya belum ditemukan cara efektif untuk mengatasi kebakaran di jalur-jalur kereta bawah tanah. Setelah bergulat lebih dari dua jam, api baru dapat ditaklukkan. Korban yang tewas 30 orang, 53 lainnya luka berat. Berdasarkan penyelidikan sementara dari 30 ahli kebakaran, penyebab peristiwa tragis itu adalah benda-benda yang memanas di bawah tangga berjalan. Di sana didapati timbunan kertas, plastik dan oli, yang diduga meledak karena tekanan gas. Api semakin marak karena uap spiritus -- cairan ini digunakan membersihkan eskalator -- yang mengambang di dalam ruang stasiun King's Cross. Rangkaian gerbong kereta yang terus lewat pada malam kejadian itu malah memompa asap hitam ke ruang utama, sekaligus mengantar oksigen, sehingga nyala api membesar. Tapi Michael Doherty, dari Pemadam Kebakaran, membenarkan tindakan masinis. "Seandainya 200 penumpang kereta itu turun, lalu masuk ke 'tungku api' itu, bagaimana?" ucapnya dengan nada tinggi. PM Margaret Thatcher, yang meninjau ke tempat kejadian, tak luput dari tuduhan tokoh oposisi Frank Dobson, yang membeberkan bahwa selama pemerintahan "Wanita Besi" itu, dana operasional London Regional Transport -- yang membawahkan King's Cross Tube -- disunat. Sekitar 1 juta pound dipotong dari anggaran tangga berjalan dan lift yang tadinya 3,8 juta. Dana modernisasi dan perbaikan tinggal 5,1 juta pound, dana pemeliharaan kehilangan 800 ribu pound tahun ini. Tak heran bila petugas kontrol kini hanya 10 orang dan petugas kebersihan, yang tadinya 16, diciutkan menjadi 2 orang. Padahal stasiun itu dipadati 32.500 jiwa pada jam-jam sibuk, dan setiap tahun 73 juta manusia singgah di sana. Tragedi kali ini menambah panjang daftar kecelakaan kereta api bawah tanah di Inggris. Dimulai dengan tabrakan dua kereta api di dekat stasiun Charing Cross, 1938. Disusul tabrakan yang menewaskan 12 orang pada 1953. Kecelakaan terbesar terjadi Februari 1975. Sebuah KA yang menabrak dinding stasiun Moorgate, menelan 43 korban Jiwa. Didi Prambadi (Jakarta), Yudhi S. (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini