REFORMASI ekonomi Vietnam, bagi kaum Bo Doi, bak juru selamat. Berkat 300 usaha komersial yang dimiliki kaum Bo Doi atau militer Vietnam, yang dimungkinkan karena adanya reformasi, angkatan bersenjata Paman Ho sukses mengumpulkan dana. Adalah penghentian bantuan Uni Soviet satu miliar dolar per tahun yang membuat militer Vietnam hampir bangkrut, 5 tahun silam. Tahun lalu, konglomerat milik Boi Doi menghasilkan keuntungan US$ 79 juta. Tahun depan, pendapatan diperkirakan US$ 111 juta. ''Kami putuskan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi, dua tahun lalu,'' kata Letnan Jenderal Phan Thu dari Direktorat Jenderal Ekonomi dan Teknologi Angkatan Bersenjata Vietnam. Bisnis milik tentara mencakup bermacam bidang. Dari mulai pertanian, bangunan dan pertambangan, sampai ke tekstil dan garmen, perhotelan serta kelab-kelab malam. Pengelolaannya diatur direktorat jenderal yang dibawahkan Letjen Phan Thu itu. Sedangkan ''buruh''-nya, 66.400 orang, semuanya tentara, baik yang masih aktif maupun yang telah didemobilisasi. Modalnya, mula-mula, antara lain korps zeni Truong Son, yang membangun Jalan Ho Chi Minh yang begitu tersohor di masa Perang Vietnam. Belum lama ini, mereka memenangkan tender untuk membangun jalan di negara tetangga, Laos. Lalu, pabrik-pabrik yang tadinya membuat bahan peledak, baju seragam, dan keperluan militer lainnya kemudian memproduksi petasan, kipas angin, serta garmen, kebanyakan untuk diekspor. Kini usaha Bo Doi meluas di bidang perhotelan dan kelab malam. Di Kota Ho Chi Minh, dari 58 kelab malam dan tempat hiburan lainnya, setengahnya dimiliki oleh tentara. Mereka juga pemilik hotel baru bernama Saigon Star, suatu usaha bersama dengan perusahaan asal Hong Kong. Pemilihan bidang usaha itu bukannya ngawur. Sebuah studi oleh UNDP meramalkan, 1,6 juta tamu asing akan mengunjungi Vietnam setiap tahun. Yang kini menunggu direalisasi adalah rencana mengubah Rumah Sakit Angkatan Darat nomor 108 menjadi rumah sakit kaliber internasional, khusus untuk melayani tamu asing dan orang penting. Usaha itu merupakan kerja sama dengan perusahaan Amerika, karena itu masih menunggu ''embargo ekonomi Amerika dicabut''. Yang perlu diketahui, bisnis tentara Vietnam bukan sekadar mencari untung. Adalah kekuatan militer Cina, musuh besar Vietnam, yang mendorong Hanoi berupaya agar angkatan bersenjatanya tidak terlalu ketinggalan. Ketika pemerintah Vietnam terpaksa mengurangi anggaran militernya beberapa tahun yang lalu, ketika itulah persenjataan tentara Beijing ditingkatkan. ''Ada kekhawatiran di Hanoi bahwa Cina sekarang bukan saja lebih kuat daripada Vietnam, tapi terkuat di Asia,'' kata Nguyen Ngoc Truong, redaktur majalah Vietnam berbahasa Inggris, World Affairs Review. Tak mudah bagi Hanoi untuk membentuk angkatan bersenjata sekuat Tentara Pembebasan Rakyat Cina. Tapi, setelah keuntungan diperoleh, Bo Doi yang mengaku masih memeluk sosialisme itu apakah menggunakan keuntungan usahanya pertama-tama untuk mengembangkan persenjataan militernya, atau menggunakannya untuk mengembangkan usaha sipilnya, ini yang tak jelas. Orang bilang, di zaman doi moi atau reformasi ekonomi, Boi Doi pun lebih suka menekankan hal yang kedua. Mungkin karena itu, Bank Pembangunan Asia belum lama ini mengumumkan akan memberikan dana sebesar US$ 568.000 pinjaman pertama sejak ber-akhirnya perang tahun 1975. Selamat bertempur di meja bisnis.YI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini