Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dunia makin panas

Percobaan nuklir cina dua pekan lalu mencemaskan banyak pihak. ternyata, perang dingin usai, ancaman perang nuklir justru makin besar.

30 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENAZIR BHUTTO punya tekad kuat untuk menjadikan Pakistan sebagai negara superkuat. ''Saya tidak bisa membiarkan India memiliki bom atom, sedangkan Pakistan berdiri di luar arena,'' katanya kepada harian Le Monde, Prancis, Sabtu dua pekan lalu. Bila itu benar, tindakan Benazir yang pekan lalu dilantik menjadi perdana menteri baru akan membuat kawasan Asia Selatan makin ricuh. Peningkatan kekuatan di Pakistan akan membuat India melakukan hal yang sama. Dua negara bertetangga yang sudah bermusuhan selama 47 tahun itu memang seperti saling mengintai. Akibatnya, kedua negara itu hingga kini belum meneken traktat anti-penyebaran nuklir. Berakhirnya perang dingin ternyata tidak dengan sendirinya membuat persoalan senjata nuklir menjadi usai. Bisa jadi, karena tak lagi ada superkuat tempat bersandar, kini tiap negara merasa harus memperkuat diri agar tak diganggu. Dengan kata lain, konflik regional kini justru mencuat. Maka, majalah Time meramalkan, ''Mimpi buruk tentang penyebaran senjata nuklir yang tidak terkendali makin mendekati kenyataan.'' Yang lebih berbahaya, negara Dunia Ketiga cenderung gampang menarik picu nuklir. Berikut negara Asia yang diduga punya cukup senjata nuklir. nKOREA UTARA. Inilah negara Asia dengan jumlah tentara terbesar kelima di dunia. Pada 30 Januari 1992 negara ini meneken perjanjian keamanan dan keselamatan nuklir dengan Badan Atom Dunia. Konsekuensinya, Pyongyang harus siap diinspeksi fasilitas nuklirnya. Nyatanya, Korea Utara menolak untuk diperiksa. Ketika akhirnya negara ini mengizinkan tim inspeksi memeriksa pangkalan militer Yongbyon, disertai syarat: yang boleh masuk pangkalan hanya satu orang. Lalu Korea Utara sengaja memilih orang yang bukan ahli nuklir. Toh, tetap saja ia tak dibolehkan melihat kenyataan. Baru lima menit ia dalam lingkungan pangkalan, tiba-tiba listrik mati. ''Kami minta maaf karena listrik kota mengalami gangguan,'' kata juru bicara pemerintah Korea Utara. Pemeriksaan pun gagal. Kebijakan Korea Utara mengembangkan nuklir dilandasi perasaan tak aman, terutama setelah Uni Soviet, induk negeri sosialis, bubar. Pemerintah Pyongyang konon merasa hidup di tengah-tengah musuh. ''Kami mengembangkan nuklir untuk membela diri, tak seperti Jepang atau Korea Selatan yang siap menyerang kami,'' kata seorang pejabat senior Korea Utara. Yang jelas, Korea Utara memiliki peluru kendali Rodong-1, yang punya daya jangkau sekitar 1.000 kilometer. Maka, setiap jengkal wilayah Korea Selatan dan Jepang bagian barat bisa dengan gampang dikirimi Rodong-1. Mei kemarin malah sudah dilakukan uji coba: sebuah rudal Rodong ditembakkan sejauh 500 kilometer ke arah Jepang, mendarat di Semenanjung Noto, di lautan Jepang. JEPANG. Adanya uji coba Rodong itu membuat pejabat Jepang merasa cemas. ''Kalau rudal itu diluncurkan dengan kekuatan penuh, tentu akan sampai sini,'' kata seorang pejabat senior negara itu. Untuk menangani ancaman itu, Jepang, yang tahu benar akibat bom nuklir, akhir September lalu menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengembangkan Theatre Defense Missile. Sistem peluru kendali untuk bertahan ini berguna bagi pencegatan datangnya rudal lawan. ''Proyek kerja sama ini merupakan cara tercepat dalam menghadapi ancaman Korea Utara,'' kata pejabat senior tadi. Bagi Jepang, bukan hal sulit untuk memproduksi senjata nuklir. Di Negeri Samurai itu terdapat 44 reaktor nuklir yang terserak di seluruh negeri, dan menyuplai 27% dari total kebutuhan listrik. Untuk memenuhi bahan baku reaktor, Jepang mengimpor satu ton plutonium dari Prancis setiap tahun, sampai tahun 2010. Diduga Jepang kini mempunyai simpanan plutonium terbesar di dunia. Menurut Korea Utara, dewasa ini Jepang menyimpan plutonium yang cukup untuk membuat 500.000 bahan peledak. Tapi Jepang hanya mengakui menyimpan 4,5 ton plutonium, itu pun hanya untuk pembangkit listrik. Saling menyembunyikan kenyataan inilah yang menimbulkan saling duga, dan akhirnya terjadi lomba memiliki senjata nuklir. ''Saya yakin Jepang hanya perlu waktu satu bulan untuk dapat memproduksi senjata nuklir,'' kata Hattori Manabu, bekas Kepala Institut Energi Atom, Tokyo. CINA. Inilah negara yang paling andal kekuatan nuklirnya di Asia. Cina bahkan memiliki senjata yang jauh lebih maju. Bom atom pertamanya diledakkan tahun 1964. Dan sejak tahun 1968, Cina melengkapi angkatan perangnya dengan armada nuklir. Hingga sekarang Cina masih aktif mengembangkan kekuatan bom atomnya. Dua pekan lalu, Cina menguji coba kekuatan bom atomnya di Lop Nor, sebuah kawasan di Cina barat laut. Kekuatan bom atom itu setara dengan lima kali kekuatan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, yang mengakhiri Perang Asia Pasifik di masa Perang Dunia II. Hingga kini Cina belum mau meneken perjanjian anti- penyebaran senjata nuklir. Bagi Cina, senjata bukan hanya alat untuk bertempur, tapi juga untuk dijual. Misalnya, ke Pakistan, negara itu mengekspor peluru kendalinya, M-11. Dengan rudal ini, amunisi nuklir seberat 500 kg bisa menjangkau sejauh 300 km, jarak yang cukup mencapai target-target penting di India. Cina juga mengekspor nuklir produksinya ke Aljazair, sedangkan ke Iran, Cina membantu membangun reaktor atom. Pemerintah Cina, kalau ditanya soal jual beli senjata itu, mengelak. Sebaliknya pejabat Cina malah berkata, seperti lazimnya negara mana saja, bahwa program nuklirnya untuk damai. ''Kalau Anda melihat program nuklir kami, sebaiknya dengan kaca mata yang luas. Jangan hanya melihat Cina saja,'' katanya. IRAK. Yang terpaksa menggigit jari tidak ikut-ikutan menggalakkan program nuklir adalah Irak. Negara ini, setelah hancur dalam Perang Teluk, terpaksa menerima resolusi PBB Nomor 687, yang mengharuskan Irak menghancurkan, menghilangkan, semua senjata kimia, biologi, dan nuklir tanpa syarat. Ketika Perang Teluk meletus, konon Irak sudah hampir berhasil membuat senjata atom. Harapan Irak untuk bisa menggiatkan kembali program nuklirnya tampaknya masih jauh. Ketika akhir-akhir ini muncul desakan pada PBB untuk mengakhiri sanksi itu, muncul tanggapan lain. ''Kalau sanksi itu dihapus, saya khawatir Irak kembali mengembangkan program nuklirnya,'' kata Asisten Direktur Institut Internasional untuk Studi Strategi, di London. IRAN. Setelah terlibat perang dengan Irak, pada tahun 1987, Ayatullah Khomeini mengulangi instruksinya agar program nuklir dihidupkan kembali. Program itu sebenarnya sudah dimulai Syah Iran, tapi terhenti akibat adanya revolusi. Iran mengembangkan program nuklir atas bantuan Cina. Diperkirakan Iran masih perlu waktu sekitar sepuluh tahun untuk bisa menghasilkan bom atom. Tapi ada sumber intelijen yang mengungkapkan bahwa Iran mendapat ''sel panas'', radioaktif tingkat tinggi yang dapat dikendalikan dengan kontrol jarak jauh, dari Argentina. Dengan peta seperti itu, pantas bila dunia, India pada khususnya, cemas ketika dua pekan lalu Cina mengadakan percobaan senjata nuklirnya. Iwan Qodar Himawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum