Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bukan untuk yang lapar

Bantuan untuk etiopia banyak terjadi penyelewengan mengistu menghendaki melalui pusat penampungan pemerintah. ada penampungan yang dikuasai pemberontak. di as ica juga menyelewengkan. (ln)

2 Februari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERENTAK dengan meningkatnya bantuan untuk Etiopia, membiak pula kegiatan catut-mencatut. Dari luar, bantuan pangan mengalir deras ke Addis Abeba, tapi kabarnya cuma sedikit yang tersalur kepada 7,5 juta rakyat yang kelaparan. "Bukan makanan, tapi justru bom yang dibagi-bagikan pemerintah Etiopia," ujar Abadi Zeno, seorang petugas Rest (Relief Society of Tigre). Desember lalu, paling sedikit 18 tewas dan 56 penduduk luka-luka dihajar anak buah Letkol Mengistu Haile Mariam. Tapi, ini bukan karena orang-orang lapar itu dicegah minggat ke Sudan. Letkol Mengistu melihat pelarian sebagai bagian dari perang saudara yang mesti ditumpas. Ada dua gerakan separatis - di Eritrea dan Tigre - yang menentang rezim komunis pimpinan Mengistu. Mereka membangun kamp penampungan yang tiap hari dibanjiri ratusan orang kelaparan dan ketakutan. Mengistu tidak mengirimkan bantuan pangan ke sana, karena daerah itu dikuasai pemberontak. Sebaliknya, kalau penduduk melapor ke pusat pangan pemerintah, mereka juga tidak segera ditolong. Mereka mesti menunjukkan kartu tanda pengenalnya lebih dulu. Bagaimana jika kartu tidak ada? "Semua anak laki-laki akan diambil paksa dari orangtuanya, lalu dipekerjakan di pertanian negara atau diharuskan masuk dinas tentara," kata Idris, 60, dari daerah Tigre. Karena "penggelapan" pangan sengaja dilancarkan Mengistu untuk kepentingan politik, rakyat kian tidak tertolong. "Hanya yang muda-muda, dan yang sudah putus asa pergi ke pusat-pusat penampungan pemerintah," tutur Zeno. Pencatutan bantuan tidak cuma terjadi di Etiopia. Mengutip harian The New York Times, sebuah organisasi keagamaan di California, AS, telah berbuat serupa. Bernama ICA (International Christian Aid), organisasi ini berhasil mengumpulkan US$ 20 juta, tapi tidak sesen pun sampai pada si lapar. Mengapa? Pada mulanya ICA menyatakan, pemerintah Etiopia tidak mengizinkan bantuan langsung bagi rakyatnya, karena mesti disalurkan lewat sebuah organisasi sukarela Prancis. Tapi ketika dicek ke Addis Abeba, direktur organisasi mengaku tidak pernah ada bantuan dalam bentuk apa pun dari ICA. "Memang kami pernah bertemu dengan orang ICA di Paris," kata Francis Charhon, direktur organisasi Prancis yang tidak jelas namanya ini. Menurut Charhon, ICA juga berjanji mengirimkan obat-obatan yang ternyata omong kosong belaka. Berkedudukan di Kota Camarillo, California, ICA merupakan bagian dari Inter-Aid, sebuah organisasi yang jaringannya lebih luas. Joe Bass, pendiri dan ketuanya, pernah membina jaringan Underground Evangelism (Penginjilan Bawah Tanah) yang bertujuan mengirimkan Kitab Injil ke berbagai negara komunis. Itu terjadi pada 1960-an. Belakangan Nello Pinelli, seorang tokoh Inter-Aid, giat berkampanye agar orang-orang memberi sumbangan pada penderita lapar Etiopia. Untuk meyakinkan calon donor, poster Bass berpakaian safari dengan anak-anak yang kelaparan disebarluaskan. Pihak deplu AS dan para pejabat PBB ternyata tidak tahu-menahu soal bantuan ICA kepada rakyat Etiopia. Dana terkumpul US$ 20 juta tidak pula jelas ke mana perginya. "Ini tindakan tidak jujur yang patut dikutuk," cetus Robert Hohler, seorang konsultan pengumpul dana di Boston. Dan yang tertipu bukan siapa-siapa, tapi rakyat AS sendiri Sedangkan uang sekian juta dolar itu mungkin sekali dicatut untuk tujuan lain, misionaris umpamanya. ICA, dulunya, terkenal di kalangan organisasi pengumpul dana di AS sebagai badan yang giat sekali. Tapi kebiasaan ICA menyelewengkan dana untuk tujuan penginjilan akhirnya ketahuan juga. Tahun 1983, misalnya, ICA menghimpun US$ 34 juta, tapi 59% dari jumlah itu digunakan untuk biaya administrasi, kampanye iklan, dan tugas penginjilan. Padahal, tatkala sumbangan ditarik dari para penyumbang, ICA mengaku akan meneruskannya kepada orang-orang yang lebih memerlukan. Ternyata, akhirnya jauh lebih banyak uang menguap ke tempat lain. ICA masih bertahan hingga sekarang. Tapi organisasi ini tidak lagi mendapat tempat dalam daftar Better Business Bureau, karena dianggap tidak bonfide.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus