Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Disodok juri di new york

Ariel Sharon, bekas Menteri Pertahanan Israel memperkarakan Majalah Time dalam pemberitaan kasus pembantaian sabra dan Shatila yang menuduh Sharon sebagai otaknya. Gugatannya kalah di pengadilan AS. (ln)

2 Februari 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REPUTASI politik Ariel Sharon hampir pulih, kalau saja pada tingkat terakhir tidak kalah perkara dengan majalah Time. Vonis bekas menteri pertahanan Israel itu diputuskan sesudah dipertimbangkan juri sampai 11 hari. Saat vonis dibacakan di sidang pengadilan federal New York, Kamis berselang, Sharon tampak tegar, sementara istrinya, Lili, kelihatan sangat kecewa. Sebenarnya, Sharon hampir saja menang. Ia sudah unggul dalam dua tuduhan: soal mencemarkan nama baik, dan perkara menyiarkan berita bohong. Andai kata tuduhannya yang ketiga, tentang unsur kesengajaan dalam penyiaran berita isapan jempol itu, bisa dibuktikan, maka Sharon akan memenangkan uang ganti rugi US$ 50 juta. Dengan uang sebanyak itu, menurut laporan koresponden TEMPO P. Nasution di Washington, Sharon akan membiayai perlawanan terhadap teror anti-lsrael dan membantu korban perang di negerinya. Tapi Juri di New York menentukan lain. Mereka sependapat, Time memang menyiarkan berita bohong, tapi sama sekali tidak ada bukti-bukti kuat yang menunjukkan hal itu dilakukan dengan sengaja. Dengan demikian, tuntutan ketiga Sharon dinyatakan gugur. Soalnya, tuduhan itu sama sekali tidak terbukti. Bersamaan dengan itu, rontok pula dua tuntutan terdahulu, yang sudah dimenangkan Sharon. Mengapa? Sejauh menyangkut perkara pencemaran nama baik UU yang berlaku di AS menentukan bahwa tiga tuduhan harus bisa dibuktikan, barjulah perkara bisa dimenangkan. Tiga hal itu adalah reputasi sudah tercemar, pemberitaan tentang itu bohong belaka, dan pemberitaan tersebut dilakukan dengan sengaja. Unsur kesengajaan inilah yang, menurut Richard Zug, juru bicara juri, tidak ditemukan dalam artikel berjudul: "Diputuskan Bersalah" (Time, 21 Februari 1983). Di situ, Time, majalah berita mingguan yang tersohor sejagat itu, menampilkan seluk-beluk pembantaian di kamp pengungsi Sabra dan Shatila, seraya menyinggung penyidikan yang dilakukan Komisi Kahan di Israel. Diduga keras, Sharon sebagai menteri pertahanan terlibat langsung dalam peristiwa berdarah Sabra dan Shatila, yang menelan ratusan jiwa orang Palestina. Rakyat Israel, yang semula bangga akan kemenangan tentara mereka di Libanon, kemudian terguncang sekali oleh pembantaian yang sangat memalukan itu. Gerakan "Damai Sekarang" bahkan berbalik menyerang pemerintahan Perdana Menteri Menachem Begin. Waktu itu, orang-orang Yahudi jadi sedemikian marahnya terhadap Sharon, sehingga untuk membendung kemarahan itu, Begin merestui pembentukan Komisi Kahan. Adapun pembantaian di Sabra dan Shatila terjadi 16 September 1982, dua hari sesudah presiden terpilih di Libanon, Bashir Gemayel, tewas karena ledakan. Dengan alasan mengejar teroris, anak buah Bashir dari kelompok Kristen alangis menyerbu kedua kamp pengungsi Palestina yang terletak di Beirut Barat itu. Pembantaian pun terjadi tanpa dapat dicegah. Mengapa? Paragraf 22 dari artikel Time, yang diajukan ke sidang pengadilan New York itu, menyebutkan bagaimana Sharon membahas upaya pelampiasan dendam dengan keluarga Gemayel. Katanya, tentara Israel akan bergerak ke Beirut Barat, dan karena itu mengharapkan supaya orang Kristen masuk ke Sabra dan Shatila, kamp pengungsi Palestina. Soal balas dendam memang tidak dirinci, tapi paragraf 22 inilah yang paling kontroversial, dan bagi Sharon dianggap menlatuhkan nama baiknya. Menurut Time, informasi di paragraf ini didukung Appendix B (Lampiran B), satu bagian dari laporan Komisi Kahan yang tidak bisa dimuat, karena alasan keamanan. Sial bagi Time, ternyata Lampiran B, yang amat rahasia itu, sama sekali tidak menyebut-nyebut rencana Sharon tersebut. Time akhirnya mengaku salah, tapi mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa pengacaranya di Israel terhalang membuktikan kebenaran laporannya. Ini tak lain karena pejabat Israel hanya mengizinkan pemeriksaan dokumen tertentu, bukan dokumen yang relevan. Alasan yang dicari-cari? Hanya Time yang tahu. Dalam pernyataannya, juri menemukan beberapa kesalahan di pihak redaksi majalah itu, seraya menuding Koresponden David Halevy telah membuat laporan sampah. Ia dianggap lalai dan ceroboh, tapi tuduhan ini ditangkis Halevy. Ditegaskannya, semua sumber beritanya bukan saja layak dipercaya, tapi tokoh-tokoh maha tahu yang tidak bisa ditampilkan, karena mereka harus dilindungi. Namun, "sesumbar" ini tampaknya tidak meyakinkan wartawan AS mana pun, kecuali orang-orang Time tentunya. Bahwa dengan beberapa kecerobohannya, Time masih bisa menang, itu - menurut Arnold Foster, tim pengacara Shea & Gould yang bekerja untuk Sharon - tak lain karena media massa di AS "kebal" terhadap UU. Sementara itu, ada pengamat menilai, juri AS sudah menjatuhkan vonis gaya Nabi Sulaiman. Sindiran tepat, kalau mengingat bahwa vonis dalam perkara nama baik Sharon ini diusahakan sebijaksana mungkin tanpa merugikan kedua pihak yang bersangkutan. Time terbebas dari tuntutan membayar US$ 50 juta, sementara Sharon, yang kalah perkara, berpendapat bahwa perjuangannya tidak sia-sia. "Saya datang kemari untuk membuktikan, Time menyiarkan berita bohong dan . . . ceroboh." Komentar Time? Redaktur Pelaksana Ray Cave berkata, "Kami sangat puas." Dan masih ada pernyataan resmi Time yang lebih menggigit. "Perkara tuduhan Sharon seharusnya tidak boleh dibiarkan masuk ke pengadilan AS. Perkara ini diajukan seorang politisi asing yang bersusah payah menegakkan kembali kekuasaan politiknya. Ia (maksudnya: Sharon) tidak dapat menuntut Komisi Kahan di Israel, yang telah menyatakannya bersalah dan secara tidak langsung bertanggung jawab atas pembantaian di Sabra dan Shatila." Karena pasti gagal di negerinya, Sharon mencoba di AS, begitu sinyalemen Time. Tapi Sharon belum menyerah. Pengacara Dov Weisglass menyatakan, kliennya akan menuntut Time lewat pengadilan Israel. "Perkaranya tertunda, karena waktunya sedang ditetapkan," ujar Weisglass. Yang dituntut kali ini adalah Time cabang Eropa, yang pada Maret 1983 menyebarkan majalah itu di Israel untuk imbalan sebesar US$ 250.000. Klaim Sharon belum disebutkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus