Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Turki mulai gerah terhadap ulah pers. Pada Ahad dua pekan lalu, polisi menyerbu kantor-kantor media di 13 provinsi dan menangkap puluhan orang—karyawan media, jurnalis, direktur, produser, penulis naskah, bahkan polisi. Surat perintah penangkapan dikeluarkan kantor kejaksaan di Istanbul untuk total 31 orang atas tuduhan terorisme dan penipuan.
Setidaknya 27 orang ditahan, termasuk Pemimpin Redaksi Zaman Ekrem Dumanli. Surat kabar harian ini merupakan media terkenal di Turki dengan jumlah pembaca 900 ribu orang. Polisi juga menangkap Direktur Eksekutif Televisi Samanyolu Hidayet Karaca beserta produser, sutradara, dan penulis naskah serial drama Tek Türkiye.
"Saya berada di kantor saat polisi menyerbu dan menahan pemimpin redaksi kami, Ekrem Dumanli. Kami sudah memperkirakan hal ini atas informasi dari akun Twitter milik @fuatavnifuat, yang mengumumkan akan ada penyerbuan terhadap media independen di Turki," kata Sevgi Akarcesme, kolumnis Zaman yang menjadi koresponden situs Today's Zaman, kepada Tempo melalui surat elektronik, Selasa pekan lalu.
Penyerbuan atas perintah Presiden Recep Tayyip Erdogan itu menandai kian sengitnya pertarungan Erdogan dengan mantan sekutunya, Fethullah Gulen. Orang-orang yang ditangkap diketahui memiliki hubungan dengan Gulen, cendekiawan Islam yang menetap di Amerika Serikat sejak 1999.
Erdogan menuduh Gulen tengah membangun pemerintahan paralel melalui pendukungnya yang menguasai peradilan, sekolah-sekolah, dan media. Ia juga meyakini Gulen berada di balik penyelidikan korupsi setahun lalu terhadap anggota-anggota lingkaran dalamnya. Penangkapan pendukung-pendukung Gulen, menurut Erdogan, diperlukan demi menanggapi "operasi kotor" yang dilakukan kekuatan-kekuatan anti-pemerintah.
Akarcesme menilai alasan penangkapan itu tak jelas. Ia berpendapat masyarakat dunia mengetahui penyerbuan itu dilakukan dengan tujuan membungkam kebebasan pers di Turki. Ia menduga Erdogan khawatir media akan membuka kembali penyelidikan kasus korupsi yang diduga melibatkan keluarga dan koleganya, tepat saat peringatan satu tahun peristiwa itu, yang jatuh pada Rabu pekan lalu. "Surat kabar Zaman dan televisi Samanyolu menolak diam dan akan terus melanjutkan liputan investigasi korupsi itu," ujarnya.
Menurut Akarcesme, sebagian besar orang yang ditangkap sudah dibebaskan, tapi Dumanli dan Karaca masih ditahan. Mereka dituduh membentuk organisasi ilegal untuk merebut kedaulatan Republik Turki dengan menggunakan tekanan dan intimidasi melalui fitnah.
"Tentu saja alasan-alasan itu sangat aneh dan tidak ada tuduhan konkret. Ini adalah langkah terakhir Erdogan untuk membungkam media yang menolak tunduk kepadanya. Seperti yang Anda ketahui, sebagian besar media, terutama stasiun televisi, dikendalikan Erdogan," kata Akarcesme.
Gulen selama ini dikenal sebagai cendekiawan yang menganjurkan hidup berdampingan secara damai, memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan, serta mengajarkan nilai-nilai agama dan demokrasi yang universal. "Zaman dan Samanyolu adalah kelompok media yang terinspirasi ajaran Gulen itu. Namun tidak ada kaitan resmi. Gulen tak punya kepemilikan atau posisi dalam media itu," ujar Akarcesme.
Ia menegaskan, Zaman adalah media independen yang melaporkan berbagai isu nasional dan internasional. Zaman juga terbit di berbagai negara lain, seperti di Asia Tengah, Eropa, dan Amerika.
Menanggapi penangkapan-penangkapan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Jen Psaki, mengatakan Washington telah mengikuti dengan saksama perkembangan situasi di Turki. "Turki adalah teman dan sekutu kami. Kami meminta pemerintah Turki memastikan langkah yang diambil tidak melanggar nilai-nilai dan dasar demokratis Turki," kata Psaki.
Penyelidikan terhadap dugaan korupsi oleh Erdogan dimulai pada 17 Desember 2013, saat ia masih menjabat perdana menteri. Kantor Kejaksaan Ankara menegaskan penyelidikan kasus dugaan korupsi berikutnya akan mengarah pada jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang terindikasi melibatkan salah satu putra Erdogan.
Sempat beredar percakapan antara Erdogan dan putranya yang bocor lewat YouTube. Dalam rekaman itu, Erdogan dan anak laki-lakinya, Billal, tengah membahas bagaimana menyembunyikan uang hasil korupsi yang disimpan di sejumlah rumah. Dalam rekaman, Billal antara lain berkata, "Masih ada uang 30 miliar euro."
Diduga dalam upaya menutupi kasus itu, Erdogan kemudian merombak kabinetnya. Ia juga memecat ratusan polisi dan jaksa yang bertanggung jawab dalam investigasinya. Dan kini ia membungkam pers.
Rosalina (Today's Zaman, Reuters, CNN, Al Jazeera)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo