Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan terbata-bata, Salman—bukan nama sebenarnya—berkisah dari tempat tidurnya di Rumah Sakit Lady Reading di Peshawar: betapa dekat dirinya dengan sang malaikat pencabut nyawa. Pagi itu, saat ia dan teman-temannya mendengarkan penjelasan tentang pengembangan karier, beberapa pria berseragam paramiliter (milisi) memasuki auditorium. Mereka berteriak, "Allahu akbar!" Sejurus kemudian menyusul rentetan tembakan, yang membuatnya terkulai karena mengenai kedua kakinya.
"Seseorang berteriak kepada kami agar menunduk dan bersembunyi di bawah meja," kata pelajar 16 tahun ini kepada AFP, seperti dilansir Dawn. Tapi bawah meja bukanlah tempat aman. "Salah seorang dari mereka berteriak: 'Ada banyak anak di bawah meja, cari mereka.'"
Salman memandangi bot hitam besar mendatanginya. Rasa sakit yang dia rasakan akibat kakinya tertembak menjadi lebih nyeri. Berpikir cepat, dia mengambil keputusan pura-pura mati. Pria bersepatu bot hitam itu berkeliling mencari murid yang masih hidup dan menembak semua yang ditemuinya.
"Saya berusaha berbaring sediam mungkin dan menutup mata, menunggu akan ditembak lagi," kata Salman. "Saya begitu dekat dengan kematian, dan saya tak akan melupakan bot hitam yang mendekati saya. Saya merasa seolah-olah kematian mendatangi saya." Ketika pria berbot hitam itu akhirnya pergi, ia bernapas lega, serasa malaikat Izrail menjauhinya.
Tapi Salman langsung tercekat melihat mayat bergelimpangan di sekitarnya. Temannya banyak yang menjadi korban dalam serangan kelompok militan terhadap sekolah milik militer di Peshawar, Pakistan, Selasa pekan lalu itu. Hingga pertengahan pekan, 145 orang dinyatakan tewas dalam serangan itu, dan 132 di antaranya siswa. Kebanyakan yang tewas anak-anak berusia 12-16 tahun. Belum jelas apakah semua korban mati akibat tembakan para penyerang atau terkena ledakan bom atau juga terjebak dalam baku tembak milisi dan tentara.
Kelompok Taliban Pakistan (Tehreek-e-Taliban) mengklaim melakukan serangan di sekolah yang muridnya berasal dari keluarga militer ataupun sipil itu. Menurut juru bicara Taliban Pakistan, Muhammad Umar Khurasani, serangan dilakukan sebagai balasan atas tewasnya ratusan orang tak bersalah di kawasan adat di Waziristan Utara, Waziristan Selatan, dan Khyber Agency, yang menjadi target operasi militer. "Kami memilih menyerang sekolah milik militer karena pemerintah menargetkan keluarga dan para perempuan kami," kata Khurasani. "Kami ingin mereka merasakan sakit."
Setelah serangan Taliban Pakistan di Bandar Udara Jinnah, Karachi, Juni lalu, militer memang terus menggelar operasi besar-besaran, yang disebut Operasi Zarb-e-Azb. Operasi digelar di Waziristan Utara dan sekitarnya, yang masuk kawasan adat di sekitar perbatasan Pakistan-Afganistan. Kawasan ini merupakan rumah bagi berbagai kelompok Islam militan, termasuk Taliban Pakistan.
Akibat operasi militer itu, banyak penduduk setempat yang ikut menjadi korban. Puluhan ribu orang pun terpaksa meninggalkan rumah. Tak sedikit yang menyeberang ke Afganistan.
Menurut Khurasani, operasi militer itulah yang memaksa kelompoknya melakukan langkah ekstrem.
Taliban Pakistan dibentuk pada 2007 sebagai respons atas serangan militer Pakistan terhadap masjid kelompok radikal di Islamabad. Mereka mendeklarasikan perang suci melawan pemerintah Pakistan, yang dianggap membantu Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme.
Menurut Raza Rumi dari lembaga think tank Jinnah Institute, target utama Taliban Pakistan selama ini adalah negara dan militer Pakistan. "Mereka marah Pakistan beraliansi dengan Barat, dan mereka ingin menerapkan syariah Islam," katanya.
Saat itu organisasi ini langsung menjadi payung bagi belasan kelompok militan yang berserakan di kawasan adat. Kawasan ini, sejak 2001, saat Taliban Afganistan terusir keluar, telah menjadi pusat ideologi, uang, dan pelaku "jihad" dari berbagai kawasan. Mereka yang berhimpun di sini ada yang berasal dari Pakistan sendiri, Afganistan, Chechnya, Arab, Asia Tengah seperti Uzbekistan, juga Barat.
Benih kelompok ini sebenarnya justru berasal dari perekrutan dan pelatihan "mujahidin" yang dibangun Amerika dan Pakistan untuk memerangi Uni Soviet dalam perang Afganistan pada 1980-an. Banyak dari mereka kemudian bergabung dengan Taliban Afganistan. Tapi banyak juga warga Pakistan yang kembali ke asalnya di kawasan adat. Ketika Amerika menyerang Afganistan setelah serangan 11 September 2001, mereka pun membantu Taliban Afganistan. Pada saat bersamaan, mereka juga angkat senjata melawan Pakistan.
Selama tujuh tahun perjalanannya, Taliban Pakistan telah menunjukkan diri sebagai kekuatan yang tak bisa diremehkan. Mereka melancarkan berbagai serangan besar, termasuk ke markas militer Pakistan. Salah satu insiden paling mengejutkan adalah serangan ke Markas Angkatan Laut Mehran di Karachi pada 2011. Pada akhir 2012, bandara di Peshawar diserang dengan cara sama. Giliran bandara di Karachi menjadi sasaran pada Juni lalu.
Namun, belakangan, perpecahan melanda kelompok ini. Terjadi perebutan kekuasaan antara faksi Mehsud dan non-Mehsud setelah tewasnya pemimpin mereka, Hakimullah Mehsud, tahun lalu. Pemimpin baru, Maulana Fazlullah, bukanlah seorang Mehsud—yang merupakan mayoritas di Taliban. Dia berasal dari Swat.
Selain itu, perpecahan terjadi karena perbedaan keinginan, terutama dalam menghadapi tawaran pembicaraan perdamaian dengan pemerintah Islamabad. Faksi Mehsud yang dipimpin Khalid Mehsud alias Khan Said Sajna mulai menyingkirkan lawannya dari Waziristan Selatan. Mereka juga menguasai markas Taliban Pakistan di Karachi. Bahkan, pada Mei lalu, Khan Said Sajna pun meninggalkan Taliban.
Pada September lalu, giliran para petempur dari kawasan suku Mohmand mengumumkan pembentukan faksi sempalan, Jamaat ul-Ahrar. Sementara itu, grafiti dan selebaran dukungan terhadap Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) bertebaran di kawasan adat ini. Juru bicara Taliban Pakistan, Shadidullah Shahid, menyatakan berbaiat ke ISIS pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi pada Oktober lalu, tanpa izin dari pemimpin spiritual Taliban Afganistan, Mullah Omar.
Meski terpojok akibat hujan serangan dan perpecahan, kelompok pimpinan Fazlullah masih "mematikan". Serangan pekan lalu menjadi buktinya. "Mereka ingin menunjukkan kepada publik bahwa Taliban masih bisa memukul mereka, bahkan memukul dengan sangat keras, dan militer tidak bisa berbuat apa-apa," kata Vali Nasr, mantan pejabat pemerintah Barack Obama yang kini Dekan The Johns Hopkins School of Advanced International Studies.
Menurut pengamat politik Pakistan dan penulis buku Military Inc., Ayesha Siddiqua, Pakistan harus mengubah pendekatan terhadap kelompok militan. Juga harus ditegaskan apakah pemerintah akan menoleransi militansi atau tidak. Selama ini Islamabad selalu dituding melakukan tebang pilih terhadap kelompok militan yang ada. "Kalau (penegasan) itu tidak dilakukan, pertumpahan darah akan terus terjadi," katanya.
Purwani Diyah Prabandari (Dawn, The Guardian, Reuters, CNN, Al Jazeera)
Titik-titik Panas Sekitar Perbatasan
Swat Valley (Lembah Swat)
- Daerah asal pemimpin Taliban Pakistan, Maulana Fazlullah.
- Kelompok militan: Taliban Pakistan (Tehreek-e-Taliban Pakistan).
Khyber Agency and Peshawar
- Kelompok militan: Taliban Pakistan dan Lashkar-e-Islam.
- Serangan kelompok militan: sering.
- Operasi militer: terus-menerus
- Serangan drone: jarang.
Waziristan Utara
- Pusat kegiatan relawan kelompok militan asing dan ada kemungkinan tempat persembunyian pemimpin Al-Qaidah, Ayman Al-Zawahiri. Daerah ini juga kerap menjadi tempat penahanan tawanan yang diculik kelompok militan.
- Kelompok militan: Taliban Pakistan, Sajna (pecahan Taliban Pakistan), Taliban Afganistan, Jaringan Haqqani, Taliban Punjabi, Gerakan Kemerdekaan Turkestan Timur (Uighur), Gerakan Islam Uzbekistan, kelompok Hafiz Gul Bahadur.
- Serangan militer: masih terus terjadi.
- Serangan drone: lebih dari 270 kali sejak 2004.
Waziristan Selatan
- Kelompok militan: Sajna, Taliban Afganistan, Gerakan Islam Uzbekistan, Al-Qaidah, tuan tanah lokal.
- Serangan drone: lebih dari 80 kali sejak 2004.
Baluchistan
- Markas kelompok separatis Baluchi.
- Kelompok militan: Taliban Pakistan, Taliban Afganistan, Lashkar-e-Jhangvi, kelompok separatis Baluci, separatis Iran.
- Operasi militer: masih terus terjadi.
Kawasan adat lain
- Kelompok militan: Taliban Afganistan, Al-Qaidah, Lashkar-e-Taiba, Lashkar-e-Jhangvi (kelompok militan Sunni).
- Operasi militer: terus terjadi.
- Serangan drone: lebih dari 15 kali sejak 2004.
Sumber: Biro Jurnalisme Investigatif, The New York Times
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo