Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

CEO 1MDB Arul Kanda Kandasamy: Pangkal Soal 1MDB Adalah Utang Terlalu Banyak

SEJAK skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) mencuat, kesibukan Arul Kanda Kandasamy bertambah.

1 April 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
CEO 1MDB Arul Kanda Kandasamy: Pangkal Soal 1MDB Adalah Utang Terlalu Banyak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) mencuat, kesibukan Arul Kanda Kandasamy bertambah. Chief executive officer perusahaan investasi milik Kerajaan Malaysia itu kini harus bersafari ke berbagai pihak untuk menjelaskan kondisi perusahaannya.

Arul, yang memimpin 1MDB sejak Januari 2015, pernah dua kali dipanggil panel investigasi parlemen yang mengusut dugaan pelanggaran 1MDB. Dia juga kerap berdebat dengan sejumlah politikus oposisi di negeri jiran, yang menuding ada rasuah dalam 1MDB. "Tidak ada CEO di Malaysia yang bekerja seperti saya. Pergi memberi ceramah, masuk penyelidikan, dan bergaduh dengan oposisi," kata Arul.

Isu 1MDB kini kembali memanas setelah Kepolisian Republik Indonesia menyita kapal pesiar Equanimity di Bali pada 28 Februari lalu. Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyebutkan yacht seharga Rp 3,5 triliun itu dibeli pengusaha Malaysia, Jho Low, dengan duit 1MDB.

Kamis dua pekan lalu, sekitar lima jam sebelum kembali terbang ke Kuala Lumpur, Arul berkunjung ke kantor Tempo. "Saya tiba tadi malam dan siang ini harus kembali ke Malaysia," ujar Arul, yang datang didampingi dua anggota staf Kedutaan Besar Malaysia.

Arul adalah pakar restrukturisasi aset. Pria kelahiran Kuala Lumpur, 2 Maret 1976, ini belajar hukum di London School of Economics and Political Science dan master hukum keuangan internasional di University College London. Dia pernah menjadi pengacara sebelum berprofesi sebagai bankir di Credit Agricole Corporate and Commercial Bank, Barclays Capital Bank, dan Abu Dhabi Commercial Bank.

Kepada Mahardika Satria Hadi, Kurniawan, Abdul Manan, Angelina Anjar Sawitri, dan Suci Sekarwati, Arul menceritakan isi dapur 1MDB. Ia juga menyinggung tentang bagaimana oposisi menggoreng isu panas 1MDB untuk menyerang pemerintah Perdana Menteri Najib Razak.

Bagaimana asal mula persoalan 1MDB?

Penggunaan utang yang terlalu banyak. Inilah pangkal soalnya. Pada 2009, saat awal dibentuk, 1MDB berutang 5 miliar ringgit (sekitar Rp 13,7 triliun). Model bisnis 1MDB adalah ambil utang, beli aset, ambil utang, bangun aset. Jika telah matang, aset dijual untuk membayar utang dan bunganya. Setiap tahun utang 1MDB meningkat, tapi nilai aset juga meningkat.
Mengapa berkembang jadi skandal?
Pada 2015, Mahathir Mohamad hendak melengserkan Najib Razak. Mahathir yang pertama melontarkan cerita tentang 42 miliar ringgit duit 1MDB hilang. Dia ingin anaknya, Mukhriz Mahathir, menjadi pemimpin tertinggi Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan perdana menteri. Karena Najib tidak menolong Mukhriz, akhirnya Mahathir menyebarkan persepsi negatif mengenai 1MDB.
Apakah tudingan Mahathir berdasar?
Angka 42 miliar ringgit itu utang 1MDB, tapi diputarbalikkan jadi dana yang hilang. Ini taktik oposisi. Isu 1MDB sebenarnya masalah perniagaan, tapi oposisi mempolitisasi masalah ini. Mereka membuat laporan ke Amerika, Singapura, Swiss, yang telah memicu penyelidikan atas 1MDB.
Bagaimana angka itu muncul?
Itu utang tertinggi 1MDB per 31 Maret 2014. Saat itu nilai ringgit merosot. Sebenarnya utang tertinggi 1MDB adalah 50 miliar ringgit per Januari 2016, tapi Mahathir selalu memakai angka 42 miliar. Dari 42 miliar ringgit, 18 miliar digunakan untuk membeli perusahaan listrik swasta Edra Energy sebagai aset pada 2012. Sisanya untuk membeli tanah di kawasan bisnis strategis Tun Razak Exchange (TRX) dan Bandar Malaysia, cukai, deposito, dan lain-lain. Jadi duit itu tidak hilang, tapi digunakan untuk investasi.
Bagaimana awal persinggungan Anda dengan 1MDB?
Pada 13 Desember 2014, Kerajaan Malaysia merekrut saya sebagai pakar restrukturisasi untuk 1MDB. Lima hari kemudian, saya mendapat surat tawaran jadi CEO. Waktu itu saya pikir Kerajaan Malaysia ini cukup mantap, begitu cepat prosesnya. Tapi saya tak tahu bahwa kondisi 1MDB telah kritis, he-he-he....
Mengapa kritis?
Pada November 2014, 1MDB batal melakukan penawaran saham perdana (IPO) Edra Energy. Tanpa dana segar, kami menderita kerugian pertama. Padahal selama 2010-2013 selalu untung. Kerugian mencapai 660 juta ringgit karena pembayaran bunga utang yang begitu tinggi.
Seberapa parah kondisi 1MDB saat Anda masuk?
Kondisinya memang begitu teruk. 1MDB terbelit utang 2 miliar ringgit (sekitar Rp 7 triliun) kepada bank di Malaysia, termasuk Maybank. Jika kami tak membayar, bank terpaksa melakukan write-off utang tersebut dan balance sheet atau keuntungan bank itu akan terkena imbas.
Itu utang yang menumpuk sejak awal pendirian 1MDB?
Betul. Kami tak mungkin pakai duit rakyat atau duit Kerajaan untuk bayar utang. Karena itu, kami jual Edra Energy senilai 17 miliar ringgit. Saya pakai dana itu untuk melunasi semua utang bank dan utang jangka pendek. Kini tinggal utang jangka panjang berupa obligasi dan sukuk sebesar 31 miliar ringgit.
Bagaimana dengan aset 1MDB?
Aset kami senilai 43 miliar ringgit. Aset masih lebih tinggi dari utang, tapi aliran tunai masuk rendah karena batal IPO. Jadi 1MDB juga menghadapi persoalan cash flow.
Bagaimana Kerajaan menanggapi skandal 1MDB?
Kerajaan telah mengambil dua tindakan. Pertama, memperbaiki bisnis 1MDB karena masih ada utang dan aset dalam kondisi baik. Kedua, melaksanakan penyelidikan. Kerajaan telah meminta Badan Audit Negara untuk menyelidiki 1MDB.
Parlemen juga menyelidiki 1MDB?
Ya. Komite Keuangan Publik di parlemen (PAC) turun tangan. Salah satu rekomendasi mereka adalah memindahkan TRX dan Bandar Malaysia ke tangan Kementerian Keuangan supaya aset itu dapat dikembangkan tanpa perspektif negatif 1MDB. Hasil pembangunannya akan dibayarkan oleh Kementerian kepada 1MDB, kami akan pakai uangnya untuk bayar utang.
Jadi apa kegiatan 1MDB sekarang?
1MDB kini sebuah perusahaan yang tak lagi beroperasi. Anggota stafnya tinggal 10 orang, termasuk saya. Jadi kerja kami sekarang terima dana, bayar utang, terima dana, bayar utang. Kami juga sedang menangani sejumlah gugatan hukum serta menyelesaikan perundingan dengan IPIC (International Petroleum Investment Company) milik Kerajaan Abu Dhabi.
Sejak kapan 1MDB tidak beroperasi?
Sejak saya bergabung pada Januari 2015. Ketika saya masuk, anggota staf 1MDB berjumlah 90 orang. Dulu lebih banyak anggota staf di TRX, Bandar Malaysia, dan Edra Energy. Totalnya 1.100 orang.
Apakah perlu memberhentikan banyak anggota staf?
Perlu, karena 1MDB tak boleh beroperasi lagi. Tak mungkin. Utangnya terlalu tinggi. Kerja 1MDB kini hanya bayar utang sampai 2039.
Jadi apa yang salah dengan 1MDB?
Menurut saya, cara berbisnis 1MDB tidak betul. Terlalu banyak utang, manajemen tidak berkompeten untuk melaksanakan IPO. Tapi kesalahan berbisnis ini bukan berarti ada tindak pidana. Ini kita perlu paham. Strategi kami kini adalah mengasingkan TRX dan Bandar Malaysia agar dapat dibangun tanpa perspektif negatif 1MDB.
Apa hubungan Jho Low dan 1MDB?
Jho Low adalah bekas penasihat Terengganu Investment Authority Berhad (TIA), cikal-bakal 1MDB. Pada Mei 2009, dia mengundurkan diri setelah satu bulan menjadi penasihat. TIA lantas dijadikan perusahaan nasional bernama 1MDB di bawah Kementerian Keuangan.
Sejauh mana keterlibatan Jho Low dalam keputusan bisnis 1MDB?
Dalam artikel Tempo disebut Jho Low hadir dalam rapat-rapat 1MDB. Dia memang pernah hadir pada September 2009, tapi mewakili Petro Saudi, yang saat itu hendak melaksanakan joint venture dengan 1MDB. Jho Low yang memperkenalkan Petro Saudi kepada 1MDB.
Apa hubungan Jho Low dan Petro Saudi?
Jho Low memang dekat dengan pengusaha-pengusaha Arab Saudi, Qatar, Abu Dhabi, Dubai, dan Kuwait. Itu kepakaran dia. Jadi dia di sisi sana, bukan di sisi kami. Ini penting, karena oposisi selalu mengaitkan Jho Low dengan 1MDB.
Dia makelar?
Ya, broker. Dia kenal Pangeran Turki bin Abdullah, pendiri dan bos Petro Saudi. Pangeran Turki adalah anak mendiang Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdulaziz.
Saat Jho Low di 1MDB, sudah berhubungan dengan Petro Saudi?
Ketika deal dengan Petro Saudi, September 2009, Jho Low sudah kenal manajemen 1MDB yang sama dengan TIA. Saat itu CEO-nya Shahrol Azral Ibrahim Halmi. Itulah hubungannya.
Setelah dimakelari Jho Low, apa kesepakatan bisnisnya?
Sepanjang 2009-2011, 1MDB berinvestasi US$ 1,83 miliar ke Petro Saudi. Dari jumlah itu, US$ 2,3 miliar telah dipulangkan ke 1MDB dalam bentuk saham. Jadi kami untung. 1MDB telah menguangkan US$ 1,4 miliar. Sisanya, US$ 940 juta, masih kami pegang.
Apakah Jho Low dekat dengan Najib Razak?
Tidak, tapi dia dekat dengan 1MDB.
Soal Jho Low yang dikabarkan dekat dengan anak tiri Najib, Riza Aziz?
Itu saya tak tahu. Sebab, Jho Low tak pernah bercerita. Najib juga tak pernah.
Anda pernah bertemu dengan Jho Low?
Pernah, setelah saya selesai bekerja di Abu Dhabi pada 2011. Dia pebisnis yang banyak kenal orang besar di Timur Tengah. Saya waktu itu bekerja di bank, jadi selalu berjumpa dengan pengusaha. Tapi bank tempat saya bekerja tidak pernah ada bisnis dengan Jho Low.
Saat itu Jho Low bicara apa?
Ketika itu dia hanya bercerita ada proyek di Abu Dhabi.
Setelah jadi CEO 1MDB, Anda pernah bertemu dengan Jho Low lagi?
Tidak pernah.
Bagaimana hubungan 1MDB dengan IPIC?
IPIC perusahaan besar. Peringkatnya AA. Asetnya saat itu US$ 60 miliar. IPIC punya anak perusahaan, Aabar BVI. Keduanya dipimpin Khadem Qubaisi dan Mohamed Badawy. IPIC telah memberi jaminan atas dua obligasi terbitan 1MDB senilai US$ 3,5 miliar. Untuk mendapat jaminan itu, Khadem dan Mohamed telah meminta 1MDB membayar deposit ke Aabar BVI.
Jho Low disebut membeli kapal pesiar Equanimity dengan duit 1MDB.
Dalam gugatan perdata Departemen Kehakiman Amerika, Aabar BVI telah membayar dana ke Khadem Qubaisi, Mohamed Badawy, dan Jho Low. Seterusnya dana itu digunakan untuk membayar perhiasan, lukisan, kapal layar, dan lain-lain.
Jadi kapal itu memang dibeli dengan uang 1MDB?
Kami telah menandatangani perjanjian penyelesaian dengan IPIC supaya mendapat kembali dana US$ 3,5 miliar tersebut. Kami tak tahu-menahu terhadap apa yang diperbuat Aabar BVI dengan dana itu. Dan kami tak mau tahu. Entah itu kapal layar, lukisan, film Wolf of Wall Street, tak ada kena-mengena dengan kami. Ini posisi legal kami di bawah undang-undang.
Tapi akhirnya 1MDB selalu dikaitkan dengan nama Jho Low?
Saya tidak mengatakan bahwa 1MDB ini semuanya betul. Jika saya mendapat jaminan dari IPIC, seharusnya saya membayar ke IPIC, bukan anak perusahaannya. Tapi IPIC mengarahkan pembayaran ke Aabar BVI. Kalau dulu saya yang membuat kesepakatan bisnis itu, saya akan membayar ke IPIC.
Apakah Anda merasa perlu memberi penjelasan kepada Departemen Kehakiman Amerika?
Tentu, tapi mereka tidak pernah menghubungi kami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus