Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Cina Kaji Dampak Pembuangan Limbah Fukushima ke Laut Terhadap Bahan Makanan

Cina khawatir rencana Jepang membuat limbah pembangkit energi nuklir Fukushima ke lautan akan berdampak signifikan ke keamanan dan ketahanan pangan.

15 April 2021 | 17.30 WIB

Pemandangan udara menunjukkan tangki penyimpanan untuk air olahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat tsunami di kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang 13 Februari 2021, dalam foto ini diambil oleh Kyodo News. [Kyodo News / melalui REUTERS]
Perbesar
Pemandangan udara menunjukkan tangki penyimpanan untuk air olahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat tsunami di kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang 13 Februari 2021, dalam foto ini diambil oleh Kyodo News. [Kyodo News / melalui REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Cina khawatir rencana Jepang membuat limbah pembangkit energi nuklir Fukushima ke lautan akan berdampak signifikan. Dikutip dari Channel News Asia, kekhawatiran utama Cina ada pada masalah keamanan dan ketahanan pangan. Mereka khawatir salah satu sumber pangan, lautan, akan terkontaminasi zat berbahaya dari limbah Fukushima.

"Kami akan terus memantau perkembangan dari situasi ini dan mengkaji potensi resiko terhadap keamanan dan ketahanan pangan, produk agrikultur, serta perdagangan. Ini demi keamanan konsumen," ujar juru bicara Kementerian Perdagangan Cina, Gao Feng, Kamis, 15 April 2021.

Hal senada disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian. Dibanding Gao Feng yang mengkhawatirkan dampak pembuangan limbah ke ketahanan pangan, Zhao Lijian lebih mengkhawatirkan pengelolaan dan pembuangan limbah. Zhao Lijian berkata, ia khawatir rencana Jepang akan akan menjadi preseden buruk soal pengelolaan dan pembuangan limbah nuklir ke depannya.

"Lautan itu bukan tempat sampah milik Jepang. Samudra Pasifik itu bukan salurang pembuangan. Tidak seharusnya Jepang meminta seluruh dunia ikut menanggung dampak dari limbah nuklir Fukushima," ujar Zhao Lijian.

Petugas pemadam kebakaran mencari sisa-sisa orang yang hilang setelah gempa bumi dan tsunami tahun 2011 yang menewaskan ribuan orang serta memicu ledakan nuklir di Namie, prefektur Fukushima, Jepang 11 Maret 2021. REUTERS/Kim Kyung-Hoon


Per berita ini ditulis, Pemerintah Jepang belum memberikan keterangan baru apapun soal rencana pembuangan 1 juta ton limbah nuklir Fukushima ke laut. Terakhir kali memberikan keterangan, Pemerintah Jepang mencoba menyakinkan bahwa limbah Fukushima akan difilter agar tidak berdampak pada wilayah perairan yang menjadi lokasi pembuangan akhir.

Meski Jepang sudah mencoba menyakinkan soal keamanan, pertentangan dari berbagai negara, aktivis, organisasi, serta mereka mencari nafkah di lautan masih besar. Koalisi 25 organisasi nelayan Korea Selatan, misalnya, menggelar unjuk rasa di depan kantor diplomatik Jepang dan meminta pemerintah negeri ginseng untuk memblokir impor seafood dari Jepang.

Bahkan, Pemerintah Korea Selatan berencana membawa isu pembuangan limbah nuklir Fukushima itu ke mahkamah internasional. Menurut laporan Reuters, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah memerintahkan pejabat-pejabatnya untuk mengkaji kemungkinan menggagalkan rencana jepang via petisi di Mahkamah Internasional.

"Saya bisa mengatakan bahwa ada banyak kekhawatiran di sini soal keputusan Jepang mengingat lokasi kedua negara (Korea Selatan dan Jepang) yang berdekatan dan berbagi wilayah perairan yang sama," ujar Moon Jae In pada Rabu kemarin soal limbah Fukushima.

Baca juga: Jepang Mau Buang 1 Juta Ton Air PLTN Fukushima, Cina dan Korea Selatan Protes

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus