Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hao Zhang baru mendarat di Bandar Udara Internasional Los Angeles, Amerika Serikat, pada akhir pekan kedua Mei ketika personel Biro Investigasi Federal (FBI) menangkapnya. Profesor Universitas Tianjin berusia 36 tahun yang terbang dari Cina itu sedianya menjadi pembicara di sebuah konferensi ilmiah. Tapi Zhang dan lima rekannya dituduh berkonspirasi mencuri teknologi berharga Amerika demi keuntungan pemerintah Cina.
Kelima rekan Zhang diyakini berada di Cina. Mereka adalah Wei Pang, 35 tahun; Zhang Huisui (34); Jinping Chen (41); Chong Zhou (26); dan Zhao Gang (39). Jaksa penuntut John Carlin mengatakan Zhang dan Pang adalah otak pencurian riset rahasia teknologi film bulk acoustic resonator (FBAR). Cip mini dan tipis ini berfungsi sebagai penyaring frekuensi radio pada global positioning system alias GPS, telepon seluler, smartphone, tablet, dan perangkat bergerak lainnya. FBAR bisa digunakan untuk keperluan komersial dan militer.
"Terdakwa memanfaatkan akses dan pengetahuan mereka tentang teknologi sensitif Amerika untuk secara ilegal memperoleh dan membagi rahasia perdagangan Amerika dengan Cina demi keuntungan ekonomi," ujar Carlin, seperti dilaporkan The Washington Post.
Zhang dan Pang adalah lulusan teknik elektro University of Southern California (USC). Semasa kuliah, mereka meriset tentang FBAR dengan dana dari organisasi paling rahasia dalam pemerintah Amerika, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA)-satuan riset ilmiah Departemen Pertahanan Amerika. Setelah meraih gelar doktor pada 2005, Zhang bekerja sebagai insinyur FBAR pada Skyworks Solutions, perusahaan spesialis semikonduktor analog di Woburn, Massachusetts. Pang mengambil pekerjaan serupa di Avago Technologies cabang Fort Collins, Colorado. Avago adalah perusahaan di San Jose yang merancang, mengembangkan, dan memasok teknologi FBAR.
Dalam 32 bundel dakwaan, jaksa menyebutkan kasus bermula pada awal 2006 saat Pang dan Zhang bekerja sama dengan empat orang lainnya mengembangkan rencana bisnis teknologi FBAR. Ketika itu mereka masih bekerja di perusahaan Amerika tadi. Keduanya mengajak universitas-universitas di Cina menjadi rekanan. Universitas Tianjin setuju membiayai pembangunan unit usaha ROFS Microsystems. ROFS memproduksi FBAR secara massal pada 2008.
Setahun setelah itu, Pang dan Zhang berhenti dari pekerjaan mereka di Avago dan Skyworks untuk menerima posisi profesor di Tianjin. Atas arahan universitas, Pang mendirikan perusahaan di Cayman Island sebagai kamuflase sumber keuntungan rahasia perdagangan yang mereka curi. Menurut Pentagon, dalam membiayai ROFS, universitas mendapat suntikan dana dari badan pemerintah, Tianjin Economic Development Area. Keuntungan bisnis mereka disalurkan ke unit investasi Universitas Tianjin, yaitu Tianjin Micro Nano Manufacturing Tech.
Bukti-bukti yang dikumpulkan jaksa di San Francisco, California, mencakup surat elektronik antar-anggota komplotan ini. Salah satunya rekan mereka yang juga lulusan USC, Huisui, mengirim e-mail catatan pertemuan tentang rencana mendirikan pabrik di Cina. Ada bagian berjudul "Memindahkan Avago ke Cina".
Dalam e-mail lain, Pang meyakinkan para rekannya bahwa mereka bisa mengalahkan kompetitor produsen FBAR karena menghemat banyak uang tanpa melakukan riset dan pengembangan. Menurut jaksa, Pang dan Zhang memiliki dokumen rahasia perdagangan Avago dan Skyworks mencakup kode pembuatan FBAR, teknik produksi silikon, spesifikasi alat, detail penentuan harga, hingga desain kemasan FBAR. Jaksa menduga tindakan spionase ini bertujuan meningkatkan daya saing universitas dan perusahaan yang dikendalikan pemerintah Cina.
Duet Pang-Zhang pun berani mengajukan paten desain FBAR ke Amerika. Tapi langkah ini pula yang membuat kejahatan mereka terendus. Pada akhir tahun yang sama, Avago melihat pengajuan paten itu. Ketika mampir di Cina untuk menghadiri sebuah konferensi, bos Avago, Rich Ruby, menyambangi Universitas Tianjin. Ruby hendak melihat laboratorium Pang dan Zhang. Di sana, ia mengenali isi lab yang merupakan teknologi milik Avago.
Ruby kemudian mengkonfrontasi Pang dan asisten dekan yang juga profesor di kampus itu, Chen. Dia menuduh Pang dan Chen mencuri rahasia perusahaannya. Pang dan Chen membantah. Namun komplotan itu tetap didakwa melakukan spionase ekonomi. Jaksa menyebutkan peran anggota lain, Gang, sebagai manajer umum ROFS, serta Zhou, mahasiswa pascasarjana yang bekerja pada Pang dan Zhang, memodifikasi dokumen curian.
Menurut John Carlin, spionase ekonomi menjadi beban besar bagi bisnis di Amerika, melemahkan pasar global, dan pada akhirnya membahayakan kepentingan Amerika secara global. Hukuman bagi pelaku spionase ekonomi mencapai 15 tahun penjara dan denda US$ 500 ribu.
Universitas Tianjin membantah tuduhan itu. "Kami mengenal pertukaran akademis dan riset, tapi kami tak melihat bukti para profesor ini adalah mata-mata," kata Feng, anggota staf humas Universitas Tianjin, seperti dikutip China Youth Daily, yang dikendalikan Partai Komunis Cina (PKC). Mereka justru menuduh Amerika mempolitisasi perselisihan ilmiah yang bisa membahayakan pertukaran akademis kedua negara.
Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan perhatiannya terhadap kasus yang dihadapi Zhang dan sedang mempelajari detail kasus yang dituduhkan. Menurut Kementerian, kejahatan spionase adalah tuduhan yang kerap disalahgunakan Amerika.
Atmi Pertiwi (the Washington Post, Reuters, Cnn, The New York Times, Al Jazeera)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo