Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cium Bibir di Acara Resmi Negara, Presiden Filipina Dikritik

Presiden Duterte dihujani kritik karena mendaratkan ciuman bibir pada pekerja perempuan Filipina.

4 Juni 2018 | 17.31 WIB

Rodrigo Duterte. REUTERS
Perbesar
Rodrigo Duterte. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, melakukan aksi cium bibir pada dua pekerja perempuan Filipina dalam acara komunitas pekerja Filipina di Korea Selatan pada Minggu, 3 Juni 2018.

Aksi cium bibir tersebut menuai kritikan netizen karena dianggap hanya mencari kesempatan. Terlebih lagi ia melakukan aksinya dalam acara resmi negara. 

 
Aksi tersebut berawal dari tawaran Presiden Duterte pada hadirin acara komunitas pekerja untuk menerima buku Altar of Secrets: Sex, Politics and Money in the Philippine Catholic Church dengan ciuman sebagai imbalannya. Lalu ia secara spesifik memilih perempuan untuk menerima buku tersebut.
 
Presiden Duterte menanyakan apakah wanita tersebut siap menerima buku dengan ciuman sebagai imbalan. Awalnya, ia memberi gestur pada wanita untuk menerima ciuman pipi. Namun setelah selesai, ia berlanjut memberikan gestur ciuman bibir. 

Ia beralasan ciuman tersebut hanya menjadi sebuah gimmick bagi hadirin acara agar terhibur. Padahal banyak netizen yang mengetahui Duterte adalah sosok Presiden yang hipokrit dan misoginis atau mendiskriminasi perempuan.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mencium seorang TKW Filipina di Korea Selatan. Youtube
 
 
Menanggapi tindakan Duterte itu, Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Bagong Alyansang Makabayan, Renato Reyes, mengatakan bahwa ia tidak menduga Presiden Duterte akan melakukan aksi cium dalam pidatonya. 

Selain Renato, terdapat kecaman berasal dari akun media sosial lainnya. Seperti yang ditulis oleh Rick Escuredo, warga Filipina dalam akun Twitter-nya mengatakan bahwa ia tidak terkecoh oleh pernyataan Presiden Duterte. Perempuan yang dipilihnya bukan wanita penghibur dan sikapnya yang menggunakan alasan menghibur permisa hanya merupakan alasan belaka. 

Perbuatan Duterte yang terkesan mendiskriminasi perempuan juga pernah mendapat sorotan publik ketika masa kampanye pemilu 2016. Ketika itu, ia menyayangkan kejadian pemerkosaan misionari Australia oleh sekelompok geng di Davao, Filipina pada 1989. Namun ia memberikan pernyataan bahwa, ia lebih menyesali saat mengetahui korban pemerkosaan itu belum “dinikmati” oleh pemerintah. 
 
Setelah pernyataan vulgarnya itu, Duterte segera meminta maaf atas ketidaksopanannya. Ia menuturkan bahwa ia tidak bermaksud merendahkan kaum perempuan. Duterte juga menambahkan bahwa terkadang ia terbawa suasana ketika berbicara.

TELEGRAPH UK | PHILSTAR | AUDREY ANGELICA LOHO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus