Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada Senin, 7 Oktober 2024, sepakat meningkatkan kerja sama bidang pertahanan. Kesepakatan ini diambil saat kedua negara berupaya meningkatkan hubungan bilateral ke level kemitraan strategis di tengah tumbuhnya tantangan keamanan di kawasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pertemuan yang digelar di istana Kepresidenan Filipina, keduanya mendiskusikan sejumlah isu termasuk ketegangan di Laut Cina Selatan dan Semenanjung Korea. Kedua pemimpin juga dilaporkan menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama terkait dengan penjaga pantai dan energi nuklir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Presiden Marcos dan saya membuka sebuah babak baru untuk kemitraan kami dengan meningkatkan hubungan kedua negara ke kemitraan strategis,” kata Yoon dalam kunjungan kerjanya ke Manila. Itu adalah kunjungan kerja pertama yang dilakukan oleh Presiden Korea Selatan ke Filipina lebih dari satu dekade.
Dalam sebuah pernyataan bersama dengan Marcos, Yoon mengatakan pihaknya akan secara aktif ambil bagian dalam babak terbaru Filipina memodernisasi keamanan militernya menyusul naiknya ketegangan antara Filipina dengan Cina dalam sengketa Laut Cina Selatan. Korea Selatan telah berupaya meningkatkan ekspor di sektor pertahanan menyusul meletupnya perang Ukraina sehingga membuka kontrak skala besar-besaran dengan Eropa dan Timur Tengah.
Korea Selatan telah menjual beberapa unit jet tempur FA-50, korvet dan fregat ke Filipina. Negeri Gingseng tersebut berencana menjadi negara terbesar keempat pengekspor senjata pada 2027.
Pada fase ketiga rencana modernisasi, militer Filipina ingin membeli sejumlah aset berteknologi tinggi seperti jet-jet tempur, kapal selam dan sistem rudal untuk memperkuat pertahanan teritorial dan keamanan maritim.
Sebelumnya pada 2021, Kementerian Pertahanan Filipina pernah memesan dua kapal perang baru dari perusahaan Korea Selatan Hyundai Heavy Industries. Angkatan Laut Filipina tertinggal dengan masih mengandalkan kapal perang tua dalam beberapa puluh tahun terakhir, bahkan masih mengoperasikan kapal perang AS dari Perang Dunia II sampai pendahulu Presiden Rodrigo Duterte, Benigno Aquino, memulai program modernisasi sederhana pada 2010.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: 40 WNI yang Dievakuasi dari Lebanon Selamat Tiba di Indonesia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini