Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dadu Makau Mulai Diputar

Makau kembali bersatu dengan RRC. Sebuah pertaruhan besar bagi pemerintah Cina untuk menarik Taiwan.

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA bukan orang tampan, tapi saya orang yang mudah bekerja sama" tutur Edmund Ho Hauwah. Itu kutipan wawancara majalah Time dengan Kepala Eksekutif Makau, yang diangkat pemerintah Republik Rakyat Cina untuk menjalankan pemerintahan di Makau. Inilah bagian dari Cina yang diserahkan kembali oleh Portugal, Senin pekan lalu. Edmund, ahli perbankan lulusan Kanada, memang ingin low profile dalam menangani transisi Makau. Padahal, sebaliknya, proyek kembalinya Makau—yang upacaranya megah dan berlangsung lancar—adalah langkah pemerintah Cina yang sangat ambisius. Pengamat politik menyatakan bahwa serah terima Makau—setelah hand-over Hong Kong pada Juni 1997—adalah batu loncatan Cina untuk kembali mendapatkan Taiwan, hingga lengkaplah trilogi Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Untuk itu, pemerintah Cina ingin membuktikan bahwa model "satu negara dua sistem" memang dapat berjalan di Makau. Tampaknya, tugas Ho Hau-wah di Makau—yang berpenduduk 430 ribu jiwa atau seperlima belas penduduk Hong Kong—akan lebih berat dibandingkan dengan rekannya, Tung Chee-hwa, Kepala Eksekutif Hong Kong. Situasi Makau tidak seperti kondisi Hong Kong, yang sudah seperti mobil yang siap melaju di daratan Cina. Dari segi ekonomi dan politik, Hong Kong tinggal melakukan beberapa adaptasi dengan Cina, sementara Makau tidak menyiapkan infrastruktur politik. Mereka tak memiliki partai-partai politik yang memperjuangkan aspirasi penduduk Makau. Media massa pun tak membantu karena tajamnya gunting sensor. Yang lebih gawat lagi, Makau adalah tempat di mana korupsi sudah mengakar. Situasi ini diperparah dengan lemahnya penerapan hukum. Bayangkan, ada sekitar 10.000 kelompok penjahat terorganisasi triad dengan beberapa tokoh besar seperti Broken Tooth, yang setiap saat mengancam ketenangan jalanan bila tidak puas dengan pemerintahan baru. Perjudian, yang dimonopoli Stanley Ho (yang tak ada hubungan dengan Edmund Ho) dengan hak lisensi hingga tahun 2001, juga menjadi potensi masalah. Tak aneh jika Portugal, yang sudah menduduki Makau selama lebih dari 400 tahun, sebenarnya sudah lama berniat menyerahkan Makau. Keinginan itu sudah bersemi bahkan sejak Revolusi Bunga—yang membawa Portugal jadi demokratis—pada 1974. Tapi, justru pihak pemerintah Cina yang tidak siap. Kalaupun pemerintah Cina memutuskan untuk menggabungkan Makau kembali dengan mainland, itu jelas demi tujuan yang lebih besar. "Banyak petinggi di Partai Komunis Cina melihat Makau tidak lebih sebagai jembatan ke Taiwan," tulis Willy Wo-Lap Pam, analis politik dari Taiwan. Wo-Lap Pam bahkan melihat hand-over Makau tidak lepas dari ambisi Presiden Jiang Zemin. Jiang ingin menyetarakan diri dengan kepemimpinan Mao Zedong dan Deng Xiao Ping, dengan cara mengembalikan Taiwan ke pangkuan Cina. Tekad itu secara nyata disebutkan Jiang dalam pidatonya pada perayaan ulang tahun RRC ke-50, Oktober lalu. Jika memang itu yang terjadi, pemerintah Cina pasti punya strategi dalam memainkan dadu Makau. Menurut Wang Qiren, pucuk perwakilan Cina di Makau, Makau adalah "stasiun transit" sekaligus "pom bensin" untuk reunifikasi Cina dengan Taiwan. Kesemrawutan Makau justru membuka kesempatan pemerintah Cina untuk melakukan intervensi dan eksperimen dalam menerapkan "satu negara dua sistem". "Pada 1980-an, Deng mengubah daerah pertanian Shenzhen menjadi daerah industri, tapi tidak sukses. Makau adalah eksperimen baru dan pemerintah Cina bisa mengubah arah bila nantinya bermasalah. Hal demikian tidak bisa diterapkan di Hong Kong," kata seorang kader PKC. Apalagi, dengan pers yang patuh, penyimpangan di Makau dapat dengan mudah dibungkam. Secara geografis pun, Makau lebih dekat dengan Taiwan ketimbang dengan Hong Kong. Ada sekitar 1.000 perusahaan Taiwan beroperasi di Makau, dan besarnya investasi Taiwan di Makau mencapai US$ 1 triliun. Dengan demikian, Cina berharap bisa menarik hati Taiwan dengan memainkan kartu pengusaha dan investasi Taiwan di Makau. Pemerintah Cina sudah memasang taruhan untuk mendapat Taiwan. Dadu Makau sudah berputar. Tentu untuk menaklukkan Taiwan—yang sudah sangat mandiri—tak akan semudah memainkan dadu Makau. Bina Bektiati (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus