ISTILAH "manajemen dokar" yang diucapkan Ketua Opstib Sudomo
setahun lewat cukup alasan jika sekarang populer lagi. Sebab 8
dari 12 perusahaan bis kota swasta di Jakarta ambil-alih
manajemennya oleh Deparemen Perhubungan (Pemerintah Pusat)
sejak pekan lalu. Dan mulai Hari Minggu lalu diberlakukan
sistim karcis secara keseluruhan -- satu hal yang sudah
berkali-kali ditentukan tapi tak pernah berjalan lancar.
Lewat setahun lalu pemerintah mengadakan penertiban. Ketentuan
tidak boleh ngebut, jangan ada penumpang berdiri dan berbagai
hal lagi menyangkut ketertiban lalu-lintas menjadi sasaran. Tak
ketinggalan dipertanyakan urusan bagaimana kelancaran
perusahaan-perusahaan bis mengembalikan kredit kepada
pemerintah. Mengamati perusahaan bis kota Medal Sekarwangi (MS)
Ketua Opstib kontan menyebut istilah tadi. Kesimpulannya
perusahaan itu tidak beres.
Sampai sekarang, keadaan itu agaknya tidak berubah. Selain pada
MS, keadaan yang sama juga terdapat pada 7 perusahaan lain:
Saudaranta, Merantama, Arion, Ajiwiria, Jakarta Transport, LL
Muri Asih, Solo Bone Agung. Ke-8 perusahaan itu akhirnya
diambil-alih manajemennya. Seperti dikatakan Menteri Perdagangan
Radius Prawiro sebagai Menteri Perhubungan ad interim,
"pemerintah tak mau melihat keadaan lebih kritis lagi."
Pasti Rugi
September 1977 kemampuan operasi armada bis kota swasta di
Jakarta cuma 67%. Mengetahui perkembangan usaha semacam itu pada
waktu yang sama pemerintah membentuk Tim Pengendali Angkutan
Kota dengan tugas antaranya membantu menyehatkan
perusahaan-perusahaan yang ada. Tapi lantaran tim itu hanya
sekedar memberi petunjuk-petunjuk saja, tugas tadi nampaknya tak
sepenuhnya berhasil. Seperti diakui Sukoco sebagai sekretarisnya
kepada TEMPO, "tim hanya bisa mengerem kemerosotan pengoperasian
agar tidak lebih parah."
Ada ketentuan kemampuan operasi perusahaan bis kota harus 85%
dari armada yang dimiliki masing-masing. Gambaran sesudah
September 1977 malah berangsur turun: Pebruari tahun ini 65,5%,
pertengahan April lalu 60%. Ditanya apa komentarnya mengenai
pengambilalihan manajemen oleh pemerintah, kalangan pengusaha
bis kota masih sungkan menjawab. Tapi ditanya apa betul
kemampuan mereka terus merosot, semua cepat mengangguk. Apa
boleh buat, "harga-harga barang terus menerus naik, tarip bis
kota tetap Rp 50 sejak dua tahun lalu," kata mereka.
Siapapun tahu dalam perlombaan tarip antara bis kota dengan
berbagai jenis barang lain, memang tak seimbang. Namun dengan
tarip penumpang bis kota sekarang (Rp 50 untuk umum dan
mahasiswa serta pelajar Rp 30), pemerintah agaknya yakin
perusahaan bis kota akan tetap jalan. Sebab seperti dikatakan
Ketua Opstib Sudomo, pemerintah tidak punya niat menaikkan tarip
tadi.
Menurut Sukoco dari tim pengendali angkutan kota, dalam keadaan
sekarang perusahaan bis kota bisa jalan bila diurus dengan
efisien. Namun ketika ditanya apa betul perusahaan PPD milik
pemerintah untung, Sukoco ragu menjawab. "Semua perusahaan
angkutan kota di dunia, dengan tujuan untuk pelayanan umum
sebaik-baiknya, penuh tertib, aman, disiplin -- pasti rugi,
pasti defisit. "
Apapun kemungkinannya, sulit dielakkan pertanyaan: bagaimana
nasib karyawan perusahaan-perusahaan yang diambil-alih
manajemennya oleh pemerintah itu. Pemerintah berjanji nasib
mereka tetap diperhatikan. "Yang pokok kita harus melihat,
tujuan pemerintah itu apa," kata drs Soedaryono, Ketua Organda
DKI Jakarta "tujuan pemerintah itu baik, sebab pemerintah pasti
tahu permasalahannya." Artinya para pengusaha bis kota memang
pasrah. "Sementara waktu saya tidak mau ngomong, saya percaya
kepada pemerintah," kata RH Sembiring dari Saudaranta. Sejumlah
pengusaha bis kota yang lain berkomentar senada dengan direktur
PT Saudaranta itu. Dengan tambahan dari Dir-Ut Medal Sekarwangi
Atang Sobandi: "Pemerintah baik, tidak ada paksaan. "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini