Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dari mulut harimau ke mulut buaya

Pembunuhan massal di bawah rezim milton obote lebih sadis dari pada pemerintahan idi amin. (ln)

8 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GANDA tak pernah berhenti jadi sumber kabar buruk. Setelah negeri itu bebas dari Idi Amin, kini dilaporkan 100.000 sampai 200.000 orang tewas dalam pembunuhan massal di bawah rezim Milton Obote Walau Obote, memberi tempat bagi oposisi di parlemen dan membiarkan pers bersuara lantang, itu tak mengurangi kritik atas pelanggarannya terhadap hak-hak asasi manusia. Tak cuma itu yang jadi persoalan. Masalah ekonomi Uganda muncul pula sebagai bencana menakutkan. Anggaran belanja negara dipotong Prcsiden Obote, impor ditekan karena pemasukan kurang. Akibatnya, harga sulit dikendalikan. Pembongkar kebobrokan Obote itu adalah pemimpin oposisi dan beberapa penentang Obote yang kini berada di luar negeri. Adalah mereka yang menyebarkan cerita tentang ratusan ribu orang tewas dalam pembunuhan massal oleh militer. Kebenaran cerita itu diperkuat oleh asisten menlu Amerika Serikat, Elliot Abrams, sckembalinya dari Uganda, baru-baru ini. Baik lewat pers maupun dalam kesaksiannya di Kongres, Abrams menyatakan kekejaman itu terjadi karena ketidakmampuan Obote mengendalikan tentaranya yang brutal. Sementara itu, Wartawan William Pike, yang mengunjungi Uganda 10 hari, lewat harian The Observer, London, menceritakan bagaimana dia menemukan 2.000 mayat, korban pembantaian tentara. Dia juga mengutip keterangan Yoweri K. Musenevi, bekas menteri pertahanan Uganda yang kini memberontak. "Sejak 1981 sudah 300.000 orang terbunuh," kata Musenevi. Kengerian yang terlihat sekarang, menurut pengakuan seorang usahawan Barat di Nairobi, Kenya, kepada Los Angeles Times, "Belum pernah ada sebelumnya, walau di masa Idi Amin sekalipun." Pernyataan resmi pemerintah, pertengahan Agustus, hanya mengakui 15.000 korban, dan itu pun disebut mereka sebagai akibat kekejaman pemberontak. Tentang berita yang menyatakan puluhan ribu oran ditahan tanpa proses peradilan, Menteri Penerangan David Anyoti berkata, "Itu sangat berlebih-lebihan." Obote juga menyatakan bahwa segenap tuduhan itu tidak benar. "Saya tak pernah khawatir olehnya, karena kebijaksanaan kita tepat," katanya di depan massa di Kampala, akhir Agustus lalu. Dia bahkan menantang tokoh oposisi bersaing dalam pemilihan umum tahun depan untuk membuktikan bahwa dia tak tergoyahkan oleh kritik-kritik itu. Obote menyebut, kini sangatlah mungkin dicari jalan penyelesaian dengan tokoh pemberontak Museveni. Museveni, yang oleh Penamat di Nairobi disebut punya kekuatan yang bisa menjatuhkan pemerintahan Obote, adalah pemimpin Gerakan Perlawanan Nasional satu dari enam kelompok penentang Obote dewasa ini. Pemerintahan Presiden Obote yang kembali berkuasa sejak Desember 1980 - setelah disingkirkan Idi Amin, 1971, ketika menghadiri konperensi Negara-Negara Persemakmuran dl Smgapura - adalah pemerintahan golongan minoritas. Ia, oleh penentangnya, dituduh membuat kecurangan untuk memenangkan Pemilu 1980. Obote berasal dari suku Langi dari bagian utara Uganda, begitu juga kekuatan inti militer dan pejabat penting dalam pemerintahannya. Mereka dibenci dan membenci suku Baganda, golongan mayoritas yang berasal dari sejatan. Kini orang-orang Baganda menjadi bagian terbesar dalam barisan pemberontakan. Kekuatan mereka terpusat di Segitiga Luwero, dekat Kampala, kawasan makmur dengan perkebunan kopi serta peternakan sapinya. Atas saran penasihat militer Korea Utara sejak 1981, Obote menghancurkan daerah ini. Rumah penduduk dirusakkan dan dirampas. Kopi dan ternak mereka dijual tentara Uganda ke pasar gelap. Setelah penduduk kehilangan harta benda, mereka digiring ke perkampungan pengungsi. Tak ad yang tahu jumlah mereka. Sebab, petugas pemberl pertolongan dan lembaga Internasional dilarang menemui mereka. Keadaan kamp pengungsi itu diketahui dunia dari mereka yang berhasil lolos setelah menyogok serdadu. Akibat pelanggaran hak-hak manusia itu, negeri-negeri Barat menghukum Kampala dengan mengurangi bantuan. Tapi mereka tak peduli. Malah setelah keterangan Abrams tersiar, Kampala menolak grant sebesar US$ 100.000 dari AS, dan mengusir atase pertahanan AS dari negeri itu. Apabila Barat, yang selama ini jadi sumber bantuan Uganda, mengucilkan Obote - tokoh yang terlihat lebih cerdik ketimbang sebagai orang berprinsip kuat - sangat mungkin ia akan mencari bantuan dari dunia komunis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus