ULANG tahun ke-15 pemerintahan Qadhafi dirayakan gegap-gempita. Ibu V kota Tripoli selama tiga jam disemarakkan oleh parade militer dengan barisan tank buatan Uni Soviet serta jet tempur MiG dan Mirage yang melayang-layang di udara. Tapi ada yang lebih sensasional lagi, yakni ratifikasi federasi Libya - Marokko oleh parlemen Lybia, Sabtu pekan lalu. Federasi pemerintah dan rakyat Libya dengan Marokko yang konservatif sebenarnya hampir-hampir tidak masuk akal. Sudah lama kedua negara itu bermusuhan, karena Libya menyuplai senjata untuk gerilyawan Polisario yang memperjuangkan kemerdekaan Sahara Selatan dari Marokko. Dalam sengketa Chad, Rabat cenderung memihak Presiden Hissene Habre, sedangkan Qadhafi terang-terangan membantu pemberontak Goukouni Oudden. Adanya federasi tersebut dapat diartikan bahwa ketegangan di kawasan Afrika Utara bisa dibatasi. Tapi sampai berapa lama? Sudah jadi tradisi bagi Qadhafi untuk bergabung dengan negara Arab yang dipandang sehaluan dengannya. Baginya, kegiatan ini merupakan perwujudan impian persatuan Arab. Meski tiap kali gagal, Qadhafi ternyata tidak pernah jera. Federasi dengan Marokko adalah usaha Qadhafi yang kedelapan, terhitung sejak ia merintis perserikatan dengan Mesir dan Syria, 1972. Namun, ederasi dengan Marokko agaknya adalah yang paling kontroversial dari semua itu. Secara ekonomis, federasi ini agaknya tidak berarti banyak bagi Libya. Tapi secara politis bisa dianggap positif, apalagi bila ditinjau dari gagasan pan-Arab gaya Qadhafi. Dengan ikatan kerja sama di bidang pertahanan, ekonomi, dan kebudayaan, federasi ini bisa dimaklumi sejak mula merisaukan banyak pihak. Amerika Serikat, umpamanya, kini melihat peta politik di kawasan itu menjadi sangat berbeda. Adakah Marokko tetap bisa dianggap sekutu AS sekarang menjadi tanda tanya. Untuk mencegah kesalahpahaman, Raja Hassan II dari Marokko mengirimkan utusan khusus ke Washington. Ini juga dimaksudkan sebagai balasan lawatan Jenderal Vernon Walters, duta khusus AS, yang diam-diam berada di Marokko pekan silam. Tapi sampai saat terakhir, menlu AS George Shultz tetap saja menyatakan rasa tidak puasnya dengan federasi tersebut. Sikap yang sama juga ditunjukkan presiden Syria Hafez Assad, sahabat dan sekutu Qadhafi. Assad yang sakit-sakitan itu berkunjung ke Tripoli, khawatir kalau-kalau kerja sama dengan Marokko akhirnya memencilkan Syria. Bahkan presiden Prancis Francois Mitterrand tiba-tiba muncul di Rabat, Kamis pekan silam, khusus memperlihatkan perhatiannya yang serius terhadap perubahan perimbangan kekuatan di wilayah itu. Para pengamat Arab umumnya memandang positif federasi baru itu. Mereka tidak menilainya sebagai pengkotakan kekuatan antara poros Rabat - Tripoli di satu pihak dan poros Aljazair - Tunisia - Mauritania di pihak lain. Aljazair selama ini memang bertentangan dengan Marokko karena mendukung perjuangan kemerdekaan Polisario.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini