Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengusir Lapar Dengan Rp 150

Krisis ekonomi yang melanda peru menimbulkan huru-hara dan aksi kaum teroris. Pendapatan perkapita menurun. (ln)

8 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada lagi pesta di Peru sejak pertumbuhan ekonomi, yang lebih banyak didorong utang-utang luar negeri, macet. Yang ada kini di republik di pantai barat Amerika Latin, yang berusia 163 tahun itu, himpitan beban ekonomi serta gangguan kaum pemberontak. Aksi kekerasan yang harus dihadapi pemerintahan Presiden Fernando Belaunde itu, terutama, datang dari kelompok Sendero Luminoso (Jalan Cemerlang) berhaluan Maois. Dalam tiga tahun belakangan ini mereka telah membunuh 2.000 penduduk sipil serta menewaskan sekitar 200 orang polisi. Kerugian materi aklbat aksi teror mereka diperkirakan mencapai US$ 120 juta. Terorisme dan kesulitan ekonomi ini diduga akan memperlihatkan pengaruhnya dalam kehidupan demokrasi Peru - yang akan menyelenggarakan pemilihan umum 14 April tahun depan. Belaunde sendiri tidak membuat keputusan tegas untuk menanggulangi kedua masalah ini. Satu-satunya tindakan yang diambilnya, bulan lalu, hanya mengganti pasukan polisi - pasukan militer. Sebab, polisi, yang persenjataannya kurang, mulai diamuk kemerosotan moril dalam berhadapan dengan pemberontak. Pekan silam, komandan pasukan antiteroris itu, Jenderal Adrian Huaman, digantinya dengan Kolonel Wilfredo Mori Orzo. Penggantian itu terjadi setelah Huaman menyatakan, sulit bagi pemerintah memerangi kaum teroris, kecuali menyediakan dana untuk membangun daerah Adean, kawasan miskin yang jadi daerah operasi Sendero Luminoso. Dan, kata Huaman, "Uang kaum berada yang dibuang hanya untuk berdarmawisata sebaiknya dipakai untuk pembeli makanan kaum miskin. Kita harus mengubah sikap. Eksploatasi tak bisa diteruskan." Pendapatan per kapita penduduk Peru kini lebih rendah dari masa empat tahun lalu. Dua pertiga kaum pekerja hanya memperoleh penghasilan kurang dan nilai "pendapatan pantas" - US$ 800 per tahun. Tingkat inflasi tahun ini 105%. Wanita-wanita Peru di Lima, ibu kota negara, kini mengelola dapur umum untuk menyediakan makanan murah. Bagi 10.000 keluarga di kota itu, makanan sederhana seharga Rp 150 itu, dalam keadaan sulit sekarang, sudah cukup untuk mengusir rasa lapar. Selain terpukulnya sektor pertambangan, sektor pertanian negeri itu pun kini hanya berproduksi dalam kapasitas seperti 30 tahun lampau. Penerimaan luar negerinya tak sanggup memenuhi pembayaran utang-utangnya yang sekarang empat kali lebih besar dari nilai ekspor tahunan. Angka terakhir memperlihatkan bahwa, dalam sektor umum saja, Peru defisit 8% dan kehilangan US$ 300 juta untuk penerimaan luar negeri. Popularitas Belaunde bagaimanapun menjadi taruhan sebelum pemilihan umum tahun depan. Alan Garcia, 35, dari Alianza Popular Revolucionario Americana (APRA), yang berhaluan kiri-tengah, tampak cukup meyakinkan pula untuk menggantikan Belaunde. Beberapa minggu lalu, Partai Accion Popular yang memerintah, lewat konvensinya, mengajukan pula Javier Alva Orlandini sebagai kandidat presiden. Belum terdengar rencana jelas para kandidat itu dalam memecahkan kesulitan ekonomi Peru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus