SUMBER perselisihan itu adalah sebuah masjid bersejarah, yang berdiri di Ayodya. Tak jelas mengapa awal perselisihan itu baru muncul pada 1984, lebih dari 400 tahun setelah masjid berdiri. Adapun pendiri masjid bukan sembarang orang. Dialah Maharaja Babur, yang menaklukkan wilayah India Utara pada abad ke-16. Bala tentara penakluk ini datang dari kerajaan kecil Turkistan (kini dalam wilayah Rusia), keturunan orang Turki. Sang pemimpin Babur punya darah Mongol -- kata ini lama-kelamaan berubah jadi Moghul. Maka, dinasti yang ia dirikan di India lalu disebut Dinasti Moghul, dimulai pada 1528. Babur, sebenarnya, bercita-cita menaklukkan Persia. Tapi menyadari kekuatannya terbatas, sementara waktu itu Persia adalah sebuah kerajaan besar, ia belokkan tentaranya ke India Utara, yang dikabarkan punya kerajaan besar tapi tak teratur. Benar saja, meski harus menghadapi pasukan 100 gajah Sultan Ibrahim, Babur, yang sudah memiliki artileri dan pasukan terlatih baik, dengan mudah membunuh Ibrahim, dan menguasai kerajaannya. Sang penakluk ini punya pribadi menarik. Ia menyukai keindahan. Misalnya, ketika ia sampai di Agra, ia lalu membangun sebuah taman yang indah, karena "negeri ini tak punya banyak hal yang menyenangkan untuk dinikmati". Dari sifatnya ini memang tampaknya masuk akal bila ia mendirikan masjid di Ayodya. Bila 400 tahun kemudian tanah tempat masjid berdiri disengketakan, karena Ayodya dipercaya pemeluk Hindu sebagai tempat lahir Rama, titisan Dewa Wisu, salah satu dewa orang Hindu. Logikanya, bila itu tempat lahir Rama, tentulah dulu di situ berdiri sebuah kuil Hindu. Bila yang sekarang terlihat adalah masjid, sangat mungkin Maharaja Babur meruntuhkan kuil itu dulu baru mendirikan masjid. Entah teori itu benar atau tidak, yang jelas pada 1984 Vishwa Hindu Parishad, organisasi Hindu fanatik, meniupkan isu itu ke masyarakat. Vishwa Hindu Parishad berniat mendirikan kuil di tanah itu. Terbentuklah penitia yang, selain merencanakan jadwal pembangunan kuil, juga mengumpulkan dana. Gerakan Hindu ini tentu saja mendapatkan reaksi dari kaum muslim India. Ketegangan ini pada 1986 sempat menjadi sangat serius. Di suatu malam, rupanya seorang menyelinap ke dalam masjid dan meletakkan patung Hindu. Paginya umat Islam di kawasan itu geger. Pihak muslim lalu membawa masalah ini ke pengadilan. Dari masalah agama, kemudian berkembanglah, atau bercampurlah, dengan masalah politik. Tahun berikutnya pihak Hindu menuntut agar tanah "tempat kelahiran Rama" itu dibebaskan. Gagal. Tahun 1988 kaum Hindu, yang merupakan tiga perempat warga India, merencanakan pawai besar menuju Ayodya. Entah kenapa, rencana ini dibatalkan. September 1989 ketegangan antara Islam dan Hindu meningkat. Pihak Hindu benar-benar merencanakan membawa batu bata untuk kuil ke Ayodya. Ketika itulah meledak perkelahian. Karena perkelahian inilah, pemerintahan Rajiv Gandhi yang semula menyetujui peletakan batu pertama untuk membuat pondasi kuil mengumumkan bahwa masjid yang sudah ada tak boleh diruntuhkan. (Keputusan soal masjid ini rupanya terlambat hingga kaum muslim tetap kecewa kepada Rajiv, maka pada pemilu akhir tahun itu, pihak muslim menarik dukungannya pada Rajiv). Vishwa Hindu Parishad kemudian mendapatkan dukungan dari Partai Bharatiya Janata, partai Hindu yang militan juga. Tapi sejak akhir tahun lalu masalah ini dibiarkan menggantung oleh pemerintah India. Barulah Oktober ini, ketika ketua Partai Bharatiya ikut berkampanye untuk kuil tersebut, soal lama ini pun meledak jadi konflik fisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini