Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Di ayodya, islam versus hindu

Terjadi kerusuhan di sekitar masjid ram janmabhoomi di ayodya. umat hindu ingin mendirikan kuil di tempat masjid tersebut. didukung pbj yang dipimpin lal kishen advani. pm. pratap singh terancam jatuh.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI terjadi di India. Seorang pemimpin partai ditahan, dituduh mengguncangkan stabilitas nasional. Ia didakwa menyulut konflik keagamaan, yakni Islam-Hindu, yang memang merupakan api dalam sekam di India sejak dulu. Akibatnya, pekan lalu pemerintah punya kesibukan unik: menyulap berbagai gedung menjadi penjara. Dari gedung sekolah, kampus universitas, sampai gudang pabrik. Maklum saja, konflik fisik di negeri 850 juta penduduk ini menyebabkan tahanan di India pekan lalu meningkat drastis -- ada tambahan sekitar 35.000 orang. Ledakan itu memang dimulai dari aktifnya pimpinan partai ekstrem kanan, Partai Bharatiya Janata (PBJ), Lal Kishen Advani. Selasa pekan lalu, pemimpin Hindu yang karismatik itu menggerakkan sebuah pawai akbar menuju Ayodya, India Utara. Di sinilah Masjid Ram Janmabhoomi berdiri. Dan di daerah ini pula, Advani bercita-cita meletakkan batu pertama untuk membangun sebuah kuil Hindu. Menurut Advani dan pengikutnya, masjid itu dibangun di tanah kelahiran Dewa Rama, sehingga bagi penganut Hindu, daerah itu sama sucinya seperti Mekah bagi para muslim. Imbauan Advani ternyata cukup menggetarkan. Ribuan penduduk Ayodya -- 500 km di tenggara New Delhi -- menyatakan menjadi sukarelawan untuk membangun kuil yang sedianya akan dibangun Selasa pekan ini. Tahu ada gerakan ini, pemerintah minoritas Perdana Menteri Pratap Singh langsung mengambil tindakan. Selasa pekan lalu pimpinan partai ini ditahan dengan alasan mengganggu stabilitas nasional. Bagi pemerintah Singh, terlepas dari sikap mayoritas Hindu dan minoritas Islam, India harus konsisten terhadap prinsip sekularisme. Tak ayal lagi mengamuklah penganut agama Hindu. Mereka menjalankan pemogokan masal di berbagai negara bagian di India, yang kemudian menyebabkan perkelahian antara polisi dan para demonstran. Menurut kantor berita United News of India, aksi unjuk rasa yang berlangsung di Calcutta mengorbankan 4 orang dan 10 yang terluka. Di Jaipur, ibu kota Negara Bagian Rajasthan, sebuah mobil berisi enam orang, termasuk seorang bayi, dibakar ramai-ramai (dan hingga kini, korban-korban masih belum dikenal). Hingga Senin pekan ini, jumlah korban yang meninggal diperkirakan lebih dari 80 orang. Sementara keributan terus berlangsung, toko-toko di banyak negara bagian tutup dan perusahaan penerbangan milik negara seperti Air India dan Indian Airlines membatalkan semua penerbangannya pada Rabu pekan lalu. Empat ribu bis di New Delhi pun dihentikan tugas operasinya. Semua rute menuju Ayodya ditutup rapat, dan kota itu dikelilingi oleh 700 tentara dan 17.000 polisi. Sementara itu, PBJ yang menduduki 89 kursi di parlemen langsung mengundurkan diri dari pemerintah koalisi Singh. Ini berarti, Partai Front Nasional yang dipimpin Singh, yang beraliansi dengan Front Kiri, hanya tinggal punya 198 kursi. Kedudukan Singh yang mepet inilah yang memaksanya harus mau menerima diadakannya pemungutan suara, apakah Singh akan tetap di kursinya atau tidak, nanti, 7 November. Sebenarnya, keributan soal Masjid Ram Janmabhoomi ini bukan pertama kalinya menggoyangkan kursi seorang perdana menteri India. Enam tahum silam, Vishwa Hindu Parishad, sebuah organisasi militan Hindu, juga pernah meributkan eksistensi masjid yang dibangun oleh Kekaisaran Moghul pada abad ke-16 itu. Menurut salah seorang fundamentalis Hindu, konon kekaisaran itulah yang meruntuhkan sebuah kuil di tanah kelahiran Rama tersebut. Orang-orang Hindu menganggap kuil itu harus didirikan kembali. Protes dan gerakan-gerakan VHP ini didukung oleh PBJ. Setahun yang lalu, juga di bulan Oktober, pemeluk agama Hindu berarak-arak untuk meletakkan batu pertama di situ. Tentu saja gerakan ini ditentang oleh penduduk muslim di India yang berjumlah 100 juta orang itu. Pertentangan dimulai dan saling mencaci dan melempar batu, lantas kedua kelompok agama itu terlibat dalam perkelahian masal. Ketegangan antaragama ini lantas menjalar ke Kota Bhagalpur, Badaun, Sasaram, Palanpur, hingga menewaskan 144 orang. Perdana menteri saat itu, Rajiv Gandhi, menyempatkan diri datang ke Bhagalpur -- ibu kota Negara Bagian Bihar -- dan disusul dengan pengiriman 2.000 tentara. Waktu itu 400 orang yang dicap perusuh ditangkap. Dan dalam pemilu di akhir tahun, Rajiv kalah, salah satu sebabnya kerusuhan agama itu. Dan kini PM Singh lebih cemas karena mundurnya PBJ disusul oleh pengunduran diri Menteri Muda Maneka Gandhi -- ipar Rajiv Gandhi, bekas PM yang masih memimpin partai mayoritas kongres. Sambil mundur Maneka mengusulkan agar Partai Front Nasional mengadakan pemilihan pimpinan baru. Tampaknya guncangan pada kursi Singh makin keras karena juga datang dari partainya sendiri. Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus