BOLEH jadi, mata orang Israel memang jeli. Sudah di awal krisis Teluk, dekat setelah Irak masuk Kuwait, mereka tak memandang sebelah mata pada Saddam Hussein. Menteri Pertahanan Israel bilang, Saddam orang berbahaya. Lalu Amatzia Baram, ahli Timur Tengah, pada tabloid Jerusalem Post mengatakan, Saddam bukan tukang gertak macam Qadhafi. Ia "seorang yang berperhitungan dingin, diktator yang tak kenal belas." Ia menyerbu Kuwait bukannya ngawur, tapi "usaha untuk mengatasi kesulitan ekonomi Irak". Kepala dingin Saddam kembali terbukti. Baru-baru ini tokoh yang kini jadi perhatian dunia ini mengaku bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw. Rasulullah datang dalam mimpi itu, tutur Saddam pada empat penasihat politik dan tiga pengawal dekatnya, "dengan wajah murung, seperti sedang memikirkan persoalan berat. Lalu kusapa, 'Semoga baik-baik saja, wahai Rasulullah. Kalau boleh, apa yang bisa kulakukan untuk Baginda Rasul?' Lalu Rasul menjawab, 'Aku datang karena kau telah melakukan suatu kesalahan fatal." "Kemudian," ujar Saddam meneruskan ceritanya, "Rasulullah mengatakan, 'Roket-roketmu itu, engkau pasang ke arah yang salah. Jangan coba-coba engkau berlagak tak tahu, Saddam. Itu salah, dan engkau dapat melakukan yang benar'." Sampai di situ Saddam tercenung. Dan sebelum ada yang bertanya, ia mengatakan, Rasulullah hanya datang dalam mimpinya untuk menyampaikan pesan itu. Cerita tentang mimpi Saddam itu dimuat oleh sebuah tabloid Kuwait El Siyasah (Politik), yang untuk sementara mengungsi di Arab Saudi. Pada masa jayanya dulu, koran itu beroplah sampai 800 ribu. Benarkah itu? Agak sulit mengecek apakah Saddam benar bercerita pada pengawal dan penasihat politiknya. Di Mesir orang percaya hal itu. Yang jelas-jelas sulit dicek adalah kebenaran mimpi itu. El Siyasah sangat memustahilkannya dan menuduh itu siasat propaganda Irak untuk mengesahkan langkah-langkahnya di kemudian hari, misalkan bila Saddam terpepet dan harus mundur dari Kuwait. Sebagai manipulator media massa, Saddam Hussein memang lihai. Misalnya, ketika dunia mengutuk invasinya ke Kuwait, ia menjawab kehadirannya di Kuwait atas undangan oposisi di negeri itu. Belakangan ketahuan, di Kuwait tak ada oposisi. Ketika harga minyak mencapai US$ 40 per barel akibat krisis Teluk, Saddam tiba-tiba menawarkan minyak dengan harga murah untuk Dunia Ketiga. Asal, katanya, pembeli mau menjemputnya sendiri. Waktu itu blokade terhadap Irak memang sudah sangat ketat dengan kehadiran puluhan kapal AS dan sekutunya. Dua pekan lalu terungkap bahwa blokade ekonomi Barat cukup membekas. Ada catu bahan bakar. Karena itu, suara Saddam Hussein berubah. Ia menyetujui kehadiran pasukan PBB di Kuwait dan penyelenggaraan pernilihan umum di sana, asal saja ladang minyak Rumeilah yang terletak di perbatasan Irak-Kuwait diakui sebagai miliknya. Pesan itu disampaikan lewat Premakov, utusan pribadi Mikhail Gorbachev yang berkunjung ke Baghdad. Premakov antara lain membawa sebuah peta baru Irak yang memasukkan Rumeilah dan pulau-pulau Warbah dan Bubiyan dalam wilayah Irak. Tampaknya, itulah siasat Saddam untuk membelokkan perhatian, misalnya dari kebrutalan tentara Irak di Kuwait. Juga, untuk menarik perhatian AS dan sekutunya, agar perang senjata tertunda terus, dan yang terjadi sekadar perang mulut. Sementara itu, tentara Irak bisa bersiap-siap menghadapi perang. Menurut laporan warga Kuwait yang lari ke Mesir, Irak menyiapkan pertahanan di bukit-bukit utara Kuwait -- suatu pertahanan yang susah direbut hanya dengan serangan dari darat. Benar, Saddam bukan asal gertak, tapi penuh siasat. Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini