NIAT memperbarui sistem politik di Jepang, sebetulnya, agak ironis. Itu bila dikaitkan dengan munculnya calon tunggal dari koalisi tujuh partai. Kabarnya, kesepakatan yang dicapai karena ada sistem lobi, yang bagaimanapun merupakan gaya lama. Munculnya Morihiro Hosokawa dari Nihon Shinto adalah berkat Ichiro Ozawa, Sekjen Shinseito. Setelah hasil pemilu diumumkan, bekas tangan kanan Shin Kanemaru, godfather Partai Demokratik Liberal, itu segera melobi pimpinan enam partai yang diduga bakal bersedia berkoalisi itu, untuk mencalonkan Hosokawa sebagai kandidat perdana menteri. Ozawa, konon, menyebut-nyebut pentingnya Nihon Shinto sebagai ''kunci'' untuk meruntuhkan dominasi Partai Demokratik Liberal. Andai saja Nihon Shinto (juga Sakigake sebenarnya) mendukung Partai Demokratik Liberal, hapuslah impian mengubah sistem politik di Jepang. Karena ini maka sepakatlah yang lain-lain untuk mencalonkan Hosokawa. Yang bersangkutan sendiri rupanya tak berpikir panjang lagi dan, katanya, ''Saya terima sebagai dekrit dari surga.'' Dari surga atau bukan, sistem lobi ini di masa lalu menghasilkan orang di belakang layar. Akankah Ozawa berada di balik Hosokawa, nantinya? Sejauh ini tampaknya itu sangat kecil kemungkinannya. Soalnya, suasana menuju reformasi politik begitu kuat, sehingga nama Ozawa yang disangkutkan dengan Kanemaru sangat tak menguntungkan. Apalagi bila Oktober atau November nanti disahkan undang-undang baru parlemenlah yang akan lebih kuat mengontrol kebijakan pemerintahan, dan bukan orang di belakang layar. Dan tentu, Hosokawa tak melupakan koalisinya dalam membentuk kabinet baru. Shinseito jelas akan kebagian jabatan penting, wakil perdana menteri. Memang bukan Ozawa yang akan duduk di sini, melainkan ketua Shinseito, yakni Tsutomu Hata. Mungkin itu tadi, keterkaitan Ozawa dan godfather masa lalu sangat dipertimbangkan. Lalu partai ''kunci'' kedua, Sakigake, akan memperoleh kursi menteri sekretaris negara. Siapa lagi calon di sini bila bukan Masayoshi Takemura, ketua Sakigake. Beberapa jabatan strategis yang lain, misalnya menteri perdagangan internasional dan industri, menteri keuangan, dan menteri luar negeri, kabarnya bakal dibagi pada Shinseito, Sakigake, dan Nihon Shinto. Baru kursi-kursi yang lain akan dibagikan pada anggota koalisi yang lain, yakni Komeito, Partai Sosialis Demokratik, Partai Sosialis Jepang, dan Shaminren. Juga menjadi pembicaraan di Nagata-cho, lokasi gedung parlemen, Hosokawa akan mengajak para profesional yang bukan anggota partai. Juga ia akan memberi kesempatan pada politikus wanita. Yang jelas, Partai Demokratik Liberal tak akan diajaknya. Dan Kasumigaseki, kompleks instansi pemerintah di Tokyo, tak perlu cemas. Sudah disepakati oleh koalisi tujuh, kebijakan pokok dalam diplomasi, pertahanan, ekonomi, dan energi pada prinsipnya tak akan diubah. Dalam bidang diplomasi, misalnya, hubungan baik dengan tetangga (negara-negara Asia) selama ini bahkan akan lebih ditekankan. Yang perlu diubah, kata Hosokawa Kamis pekan lalu, adalah hubungan birokrat, kalangan bisnis, dan politikus yang menyebabkan lahirnya skandal. Sayonara skandal. SO (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini