BERITA baru yang penting di Senin siang adalah berita yang merepotkan. Ketika itu naskah TEMPO sudah siap dicetak. Maka, ketika Senin pekan lalu, sekitar pukul 12 siang, terbetik berita tentang kudeta di Soviet, Penanggung Jawab Rubrik Luar Negeri Didi Prambadi repot memilih artikel mana yang bisa dicopot dan diganti dengan berita hangat itu. Penggantian mesti juga memperhitungkan perubahan tata letak, agar tak banyak halaman harus diubah, guna mengejar tenggat (deadline). Bila akhirnya berita itu bisa tersaji satu halaman, itulah usaha kami untuk tetap menyajikan berita hangat yang penting. Pekan ini kami tetap memilih Laporan Utama Uni Soviet meski akhirnya kudeta gagal dan Mikhail Gorbachev kembali berkuasa. Soalnya, akibat kudeta tak lalu habis di situ. Banyak pengamat mengatakan, setelah kudeta gagal, reformasi di negeri perestroika ini akan berjalan lebih liberal. Namun, sebelum soal perubahan, terlebih dahulu kami mencoba menceritakan kembali jalannya kudeta secara rinci, untuk memudahkan melihat perkembangan. Kami memperoleh informasi, isyarat akan adanya kudeta sudah ada 10 hari sebelumnya, lewat sebuah surat terbuka di dua surat kabar Moskow. Dalam artikel inilah dicoba juga diceritakan mengapa kudeta yang melibatkan menteri pertahanan dan Ketua KGB, dua tokoh yang mestinya menguasai tentara sekaligus jaringan intelijen, tak berumur panjang, hanya sekitar 60 jam. Tentu saja, peranan tokoh kontroversial Boris Yeltsin perlu juga ditampilkan. Maka, ia kami letakkan di dalam box, melengkapi bagian awal. Dialah, boleh disebut sebagai juru selamat glasnost dan perestroika yang terancam oleh pengudeta. Pada masa pemerintahan kediktatoran proletar, tak usah ditanyakan lagi, para pelaku kudeta gagal ini pasti akan dihukum mati secepatnya. Pengadilan mestinya sudah diatur sedemikian rupa untuk membawa mereka ke depan regu tembak. Kini, kata Gorbachev, "Segala sesuatunya harus diputuskan dalam kerangka demokrasi, berdasarkan hukum." Itulah cerita di bagian kedua Laporan Utama ini: apa dan siapa yang akan diadili karena kudeta gagal. Benarkah tak ada dalang di belakang layar sebagai otak semuanya? Pada zaman Khrushchev disingkirkan, ada seseorang di belakang layar yang mengendalikan segalanya, dan ia tak tampil ke depan. Sejauh ini, ada dugaan kuat, dalam kudeta pekan lalu ada juga dalang tak terlihat itu. Mungkinkah itu orang KGB? Tentunya bukan Ketua KGB sendiri, karena ia diumumkan sebagai anggota Komite Darurat. Tapi bagaimana sebenarnya KGB di masa glasnost ini? Atau salah seorang dari militer? Ada informasi, beberapa jam sebelumnya Menteri Pertahanan menemui Gorby di peristirahatannya di Crimea. Apa yang terjadi dalam tubuh militer? Atau salah seorang dari pimpinan parlemen? Sebagai penutup, seperti sudah disebutkan, perkembangan radikal yang sangat bisa terjadi dalam hal bentuk baru Uni Soviet. Perjanjian tentang bentuk baru uni ini mestinya sudah diteken oleh Gorbachev dan pemimpin Republik Soviet yang menyetujuinya bila tak keburu ada kudeta. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini