Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gorby kembali siapa menang ?

Peristiwa kronologi kudeta yang gagal di uni so- viet.

31 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kembalinya Presiden Gorbachev belum menyelesaikan masalah. Ada yang mempertanyakan adakah ia kembali berkuasa seperti semula, seperti sebelum ada kudeta. Atau, zaman Gorby lewat sudah. SEJARAH Uni Soviet hampir saja berbelok. Yakni berbelok ke arah yang tak diharapkan oleh para pendukung demokrasi. Tapi rupanya rakyat Soviet, tepatnya rakyat Rusia, sendiri tak menghendaki itu. Maka, kudeta Senin pekan lalu pun bubar, diprotes massa. Dan Mikhail Gorbachev, yang dikabarkan ditahan di rumah peristirahatannya di pantai Laut Hitam, balik ke Moskow, Kamis pagi pekan lalu, masih sebagai Presiden Uni Soviet. "Maaf, saya kehilangan berat badan sedikit." Itulah kalimat pertama Mikhail Gorbachev, Presiden Uni Soviet yang jadi teka-teki selama tiga hari, ketika mendarat di Bandara Vnukovo, Moskow. Di belakangnya, Raisa, istrinya, mengikuti sambil menggandeng cucunya yang dibungkus selimut. Sehari kemudian terbetik berita, tangan Raisa lumpuh sebelah karena stres. Pada hari itu juga, Pemimpin Uni Soviet itu berniat mengunjungi Gedung Parlemen Republik Federasi Rusia. Ia ingin menyampaikan terima kasihnya kepada Boris Yeltsin, Presiden Rusia yang berkantor di situ. Yeltsin-lah salah seorang pendukung reformasi yang menggerakkan massa untuk melawan kudeta. Kudeta ini sebenarnya sudah memberikan isyarat, tapi tak digubris siapa pun, termasuk Gorbachev dan Yeltsin. ISYARAT KUDETA Sekitar sepuluh hari sebelum Senin pekan lalu, harian Sovetkaya Rossiya memuat dua buah surat terbuka, yang isinya bisa ditafsirkan sebagai isyarat akan ada kudeta. "Pada waktu ini Soviet sedang dalam kesulitan.... Tradisi yang selama ini ada dalam sejarah Uni Soviet dirusakkan. Karena itu, rakyat dan penguasa perlu mengadakan konsolidasi...." Surat tersebut diteken oleh sejumlah tokoh militer dan dua tokoh sipil. Dan ternyata kemudian, dua tokoh sipil itu termasuk dalam delapan anggota Komite Darurat. Yakni Alexander Tizyakov, Ketua Perusahaan Negara, yang kini ditahan. Dan V. Starodubtsev, Ketua Himpunan Tani, yang sampai akhir pekan lalu masih buron. Tapi waktu itu surat tersebut dianggap aneh. Pemerintahan Gorbachev dianggap kuat, dan tak ada tanda-tanda pembangkangan. Singkat kata, tak seorang pun secara terbuka menyatakan bahwa kudeta mungkin terjadi. JUMAT, 16 AGUSTUS Satu lagi isyarat adanya gerakan kelompok garis keras muncul. Alexander Yaovlev, bekas anggota Politbiro dan penasihat Gorbachev, keluar dari Partai Komunis Uni Soviet. Ia, katanya, tak kuat menghadapi tekanan kelompok Stalinis dalam Partai. Lalu Yakovlev meramalkan, dalam Kongres Partai November nanti, kemungkinan besar Gorbachev bakal tersingkirkan. MINGGU, 18 AGUSTUS. Lihat Melawan Kudeta dari Crimea. SENIN, 19 AGUSTUS Inilah hari yang menggemparkan dunia itu. Pukul 06.15 (waktu Moskow, pukul 10.15 WIB). Radio Moskow tiba-tiba mengumumkan sesuatu yang mengejutkan bukan saja di Soviet, tapi juga dunia. Isinya: "Wakil Presiden Gennady Yanayev mengambil alih kursi kepresidenan Senin ini, karena Mikhail Gorbachev tak sanggup melakukan tugasnya karena alasan kesehatan." Tak sampai satu jam kemudian, kantor berita Tass mengumumkan, keadaan darurat diberlakukan di beberapa daerah Soviet, untuk jangka waktu enam bulan. Siaran itu juga menyatakan bahwa seluruh kekuasaan pemerintahan kini berada di bawah kendali Komite Negara Keadaan Darurat beranggotakan delapan orang, di bawah pimpinan Gennady Yanayev. Pukul 08.00. Kantor berita Tass mengeluarkan secara lengkap pernyataan Komite Darurat sepanjang 500 kata. Antara lain disebutkan alasan pengambilalihan kekuasaan dan diberlakukannya keadaan darurat. Yakni, "untuk menyelamatkan negara dari keruntuhan ekonomi dan bahaya kelaparan, untuk melindungi makin meluasnya perang antaretnis yang berakibat buruk bagi rakyat Uni Soviet dan masyarakat dunia umumnya." Hampir bersamaan dengan itu, beberapa unit kendaraan lapis baja ringan dan tank bergerak masuk ke pusat Kota Moskow. Maka, jelaslah bagi warga Moskow, apa sebenarnya yang sedang terjadi. Seseorang di Gedung Parlemen Rusia, di Moskow, gedung yang sebutannya mirip kantor kepresidenan Amerika di Washington, Gedung Putih, berteriak: "Sebuah kudeta sedang berlangsung di negeri ini." Pukul 11.40. Pada jam ini, Komite Darurat yang mengambil alih kekuasaan Gorbachev mulai menunjukkan giginya. Diumumkan, seluruh kegiatan penerbitan pers diberhentikan. Aksi demonstrasi dilarang. Semua kegiatan politik partai-partai dilarang. Dan jam malam pun diumumkan. Terlambat. Belum jelas bagaimana awalnya, pada jam itu ribuan orang sudah berada di halaman gedung itu, termasuk wartawan-wartawan asing. Orang-orang itu meneriakkan nama Yeltsin. Ketika yang diteriaki muncul di jendela, massa pun bertepuk tangan. Pagi itu, Boris Yeltsin, Presiden Republik Federasi Rusia, baru saja tiba dari kunjungan ke Republik Soviet Kazakhstan. Ia tentunya juga terkejut dengan kejadian tiba-tiba ini. Bila siang itu ia lalu mengadakan konperensi pers, ini tentulah dengan persiapan mendadak. Dengan kawalan pasukan polisi yang setia padanya, dimulailah konperensi pers itu. "Keterbukaan politik dan pembangunan ekonomi dalam bahaya," katanya. Ia lalu mengecam yang menyebut diri sebagai Komite Darurat. Tindakan mereka melanggar konstitusi. "Apa yang bisa diharapkan dari mereka?" kata Yeltsin pula. "Setengah demokrasi pun tak ada dalam diri mereka." Lalu Yeltsin menyerukan pemogokan masal. Ketika itu ditaksir sudah berkumpul sekitar 20.000 orang di halaman Gedung Putih itu, sebagian konon datang dari Lapangan Merah, karena mendengar Yeltsin akan memberikan pidato. Lalu, lelaki berambut perak dan bertubuh tinggi besar itu berjalan ke luar halaman gedung dan naik ke salah satu tank yang mengepung Gedung Parlemen Rusia itu. Dengan gaya teatrikal dan suara tinggi, ia sekali lagi menyerukan seluruh pekerja dan buruh seluruh negeri agar melakukan mogok masal. "Kekuatan kami hanyalah kalian, kalian para pejuang, kalian warga Moskow," seruannya. Ia juga menuntut dipertemukan dengan Gorbachev, dalam waktu 24 jam. "Kalau memang Gorby sakit, kirim tim dokter dari lembaga kesehatan PBB WHO, untuk memeriksanya," ujarnya. Lusinan tank dan kendaraan lapis baja ringan lainnya mulai menggerakkan moncong meriamnya ke arah ke Gedung Parlemen Rusia itu. Keadaan tegang, tapi massa seperti tak peduli. Mereka terus bersorak-sorak. "Saya bangun pagi tadi dan mendengar derak tank di dalam kota," tutur Slava Ivanov, seorang sopir berusia 45 tahun, pada wartawan New York Times. "Saya bingung, tak tahu apa yang terjadi. Di mana Gorbachev? Di mana Yeltsin? Yang saya tahu, bila ada tank berjalan-jalan di dalam kota, ini pertanda buruk." Setelah berpakaian, ia lalu ikut gerak massa menuju Gedung Parlemen. Sore Hari. Massa di Gedung Parlemen bertambah, kira-kira menjadi 25.000. Margarita Selvova, perempuan 63 tahun, muncul dari apartemennya di kawasan itu. "Ini gawat," katanya pada wartawan yang mendekatinya. "Ini mirip kejadian tahun 1917 ketika Bolsyewik mengambil alih kekuasaan Tsar. Ayahku dan pamanku ditembak. Ibuku ditahan. Kini peristiwa itu terjadi lagi." Menjelang gelap, suasana memanas. Tiba-tiba tiga buah tank yang mengepung Gedung Putih berputar, mengalihkan moncong meriamnya dari gedung itu. Seseorang berteriak bahwa mereka sudah menguasai tank itu. Padahal, hampir seharian, awak tank cuma diam membisu sambil memandangi orang-orang yang mengejek mereka. Ketika itu, tersebar kabar di antara massa, bahwa Kremlin akan bertindak lebih tegas terhadap para demonstran. Tentara akan diperintahkan bertindak keras. Tapi ketika itulah 30 tank yang mengepung Gedung Parlemen berbalik memihak Yeltsin. Para awaknya, orang Rusia, turun dari kendaraan, menyatakan pro demonstran. Ketika itu tujuh truk penuh amunisi bergerak menuju Gedung itu. Awak tank segera memperingatkan bahwa mereka akan mempertahankan Gedung Putih, apa pun yang terjadi. Truk berhenti berbalik, dan menjauh. Waktu itu sejumlah kantor media massa seperti Tass, harian Izvestia, dan Moscow News sudah dikuasai tentara. Moscow News, yang dikenal independen, menerbitkan beritanya lewat facsimile tanpa izin pemerintah sementara. Antara lain berisi artikel Yelena G. Bonner, janda Andrei D. Sakharov, penentang kediktatoran Partai dan pemenang Nobel Perdamaian. Pekerja pracetak harian Izvestia mogok kerja, karena redaksi menolak menulis berita imbauan Yeltsin untuk melakukan aksi massa menentang kudeta. Malam. Lautan manusia makin membanjir di Gedung Putih. "Kita akan tetap di sini sampai pemerintahan junta mundur dan diadili," kata Yeltsin dari balkon gedung yang disambut dengan kepalan tinju dan sorak sorai. Perpecahan mulai tampak di tubuh militer. Sepuluh tank dari divisi Tamanskaya datang dari basisnya di Kubinka, 60 km selatan Moskow, untuk mempertahankan Gedung Putih. Seorang warga memberi sebotol anggur dan melemparkan roti pada awak tank. Kabar pemogokan buruh tambang mulai tersiar. Dua puluh industri di Leningrad macet total. Reaksi dunia internasional mulai terdengar. Presiden George Bush, yang tak mengakui pemerintahan baru itu, mengatakan, "AS tak akan melanjutkan bantuan ke Soviet, bila negara itu dikendalikan sekelompok orang yang didukung militer." Pernyataan Bush itu diikuti Inggris, Masyarakat Eropa, dan sejumlah negara lain. Selasa, 20 Agustus Pagi ini suasana Moskow lain dari biasanya. Warga kota antre panjang di depan toko-toko makanan yang kini penuh berisi keju, sosis, kopi, gula, dan bahkan ikan salmon asap serta itik. "Sudah lama saya tak mencium aroma kayak begini," komentar seorang wanita ketika memasuki toko teh dan kopi. Dan tak jauh dari sana sebuah truk penuh telur membongkar muatannya. Konon, inilah taktik Komite Darurat untuk merangkul hati rakyat. Siang hari. Di satu sudut Moskow, sejumlah tank militer pendukung Komite terjebak oleh lautan manusia. Ada yang mencoba mendorong kendaraan berat itu ke luar jalur, dan ada pula yang memasang bunga-bunga di moncong meriam. Awak tank cuma membisu. Sore hari. Reaksi dari berbagai republik mulai muncul. Presiden Republik Kazakhstan minta dipertemukan dengan Gorbachev. Juru bicara parlemen Ukraina menyatakan bahwa semua perintah dan keputusan Komite Darurat tak berlaku di wilayahnya. Sebenarnya, hari itu sudah berlaku jam malam, dan pukul 11 siang sampai pukul 5 pagi. Tapi orang tak peduli, dan tak apa pun terjadi pada mereka. Irak, Libya, dan Palestina menyatakan dukungannya pada pemerintahan Gennady Yanayev. Bahkan seorang pejabat Vietnam yang tak disebutkan namanya oleh Reuters mengharapkan pemerintahan garis keras Soviet akan kembali memberikan subsidi pada Vietnam. Membaliknya keadaan makin bisa ditebak setelah tersiar desas-desus bahwa Menteri Pertahanan Dmitri T. Yazov mengundurkan diri dari Komite Darurat karena sakit. Juga Kepala KGB Vladimir A. Kryuchkov. Malam itu Yeltsin menerima telepon dari Kepala KGB Vladimir Kryuchkov, yang menawarinya terbang bersama menemui Gorbachev di rumah peristirahatan di Crimea. Yeltsin menolak. Rabu, 21 Agustus Tanda-tanda kudeta mulai goyah tak mencegah jatuhnya korban. Pada dini hari itu sekelompok pemuda melemparkan bom molotov dan batu ke arah tank-tank yang mengepung Gedung Putih. Padahal tank-tank itu sudah memihak Yeltsin. Tentara yang diganggu rupanya terpaksa melepaskan tembakan. Tiga orang dinyatakan mati tertembak dan tergilas tank, sedikitnya 10 yang lain luka-luka. Korban tewas kemudian bertambah satu. Siang hari. Meski Yeltsin menolak, parlemen Republik Rusia mengadakan rapat untuk menentukan siapa yang akan dikirim ke Crimea, memenuhi tawaran Ketua KGB semalam. Konon, menurut ang- gota Parlemen Rusia, anggota Komite Darurat hendak minta maaf pada Gorbachev. Akhirnya, diputuskanlah PM Rusia Ivan Silayev dan Wakil Presiden Rusia Alexander Rutskoi untuk berangkat. Dua jam kemudian, instruksi penting dari Kementerian Pertahanan Soviet: semua tank yang berada di Moskow harus segera meninggalkan kota dan pulang ke induk divisi masing-masing. Rapat darurat para perwira memutuskan hal itu (lihat Doktrin Partai tak Bergigi Lagi). Seorang komandan tank langsung berdiri dan berteriak kegirangan, "Alhamdulillah, kami disuruh pulang! Pulang! Pulang!" Dan konvoi ratusan tank serta kendaraan militer ringan beriringan meninggalkan Moskow. Beberapa orang melemparkan bunga putih ke atas tank. Beberapa muskovit (warga Kota Moskow) menguntit di belakang konvoi. "Saya perlu yakin apa mereka benar-benar kembali ke tangsi," kata Sergei Pavlovich, sambil mengendarai mobilnya. Kantor berita Tass mengabarkan, Rabu itu, Gorbachev mengadakan pembicaraan dengan empat orang anggota Komite -- Yazov, Kryuchov, Oleg Baklanov, dan Tizhakov -- yang datang di Crimea. Tak ada berita, apakah perdana menteri dan wakil presiden Rusia, yang ikut dari Moskow, ada dalam pertemuan itu. Pukul 17.00. Radio Tass memberitakan bahwa Komite Darurat telah dilarang, jam malam dicabut. Moskow diguyur kegembiraan. Pemain selo Mstislav Rostropovich, yang juga seorang dirigen, yang pernah hidup selama 17 tahun di pengasingan di Paris, memainkan musiknya sepanjang malam di Gedung Putih. "Saya datang kemari karena saat ini adalah saat terpenting bagi negaraku," katanya. Kanis, 22 Agustus Dini hari, Gorbachev dan keluarga tiba kembali di Moskow. Hari ini dimulai dengan sejumlah penangkapan. Di halaman Gedung Putih, diperkirakan lebih dari 100 ribu orang merayakan kemenangan demokrasi. Dari balkon, Yeltsin memberikan sambutannya, setelah mengheningkan cipta beberapa saat atas tewasnya empat korban. "Para pengkhianat negara akan diadili," ia berjanji di tengah sorak dan siulan panjang, seraya mengibarkan bendera putih-biru-merah, tanpa simbol paluarit, bendera baru Rusia. Suasana makin hingar, ketika bekas menteri luar negeri Schevardnadze mengusulkan agar empat martir yang tewas itu dimakamkan di Musoleum Lenin. "Kalau tak muat, keluarkan saja yang sudah tersimpan lama di sana," katanya. Lalu mereka berpawai menuju Lapangan Merah. Tatkala melewati Musoleum Lenin, massa berteriak, "Runtuhlah Komunisme." Gedung KGB juga diserbu massa dan Patung Felix Dzerzhinsky, pendiri dinas intelijen ini, dirobohkan. Jumut, 23 Agustus Enam koran Partai Komunis dibreidel hari ini, termasuk Pravda, corong partai terbesar. Malam harinya, di Gedung Parlemen Rusia, dibuka sidang. Gorbachev hadir karena ingin mengucapkan terima kasih kepada Yeltsin, yang telah menyelamatkan Soviet. Dalam sidang inilah, tampaknya, sejarah baru Uni Soviet dimulai. Waktu itu, Gorbachev sedang memberikan pidato. Enak saja Yeltsin berdiri, mendekati mimbar, mengulurkan kertas, dan minta Gorbachev segera membacanya. "Wah, saya belum akan membacanya," jawab Gorbachev. "Sudahlah, baca saja sekarang," kata Yeltsin ketus, disaksikan puluhan anggota sidang, dan puluhan wartawan dalam dan luar negeri. Ternyata, itu adalah kertas laporan tentang pertemuan Kabinet Soviet pada hari kudeta. Mereka ternyata cenderung mendukung Komite Darurat. Tampaknya, Yeltsin ingin Gorbachev mengumumkan pengkhianatan kabinetnya. "Wah, kalau begitu, seluruh pemerintahan saya harus bubar," kata Gorbachev, setelah menyatakan pemecatan Menteri Luar Negeri Bessmertnyk. Tak hanya itu. Ketika giliran Yeltsin bicara, Presiden Rusia ini langsung mengeluarkan dekrit melarang kegiatan Partai Komunis di Rusia. Di hadapan Gorbachev, ia teken pernyataannya itu di selembar kertas. Sebelumnya, Yeltsin dan bekas menteri luar negeri Shevardnadze mendesak Gorbachev membubarkan Partai Komunis. Kata Yeltsin, karena Partai tak bersikap jelas, hanya diam, itu membuktikan kereaksioneran. Kata Gorby, tak semua anggota Partai reaksioner, banyak juga yang bersikap reformistis. Ia menjanjikan membersihkan Partai dari kaum garis keras, tapi menolak membubarkannya. Sabtu, 24 Agustus Uni Soviet tampaknya sudah berubah. Negara ini bukan lagi Uni Soviet pada 18 Agustus, sebelum terjadi kudeta. Pagi hari, sejumlah warga Moskow menurunkan Patung Yakov Sverdlov, presiden pertama Soviet. Lalu, sehabis upacara pemakaman empat korban, rakyat turun ke jalan: minta Partai Komunis dibubarkan. Sebelum pemakaman, Gorbachev memecat komandan distrik militer Moskow, yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban. Dan, malamnya, terjadilah itu. Reuters memberitakan pernyataan Gorbachev, bahwa ia mengundurkan diri sebagai sekretaris jenderal Partai Komunis Uni Soviet, dan menyatakan partai itu bubar. Ia pun memberikan mandat kepada perdana menteri Rusia untuk membentuk pemerintahan Uni Soviet, dan memimpin komite kerja sama semua republik. Partai Komunis Uni Soviet, selesai sudah. Siapa tahu, Yeltsin akan mengumumkan perlunya warga Rusia punya "surat bebas kudeta PKUS". Didi Prambadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus