Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kematian George Floyd mendorong berbagai aksi unjuk rasa anti-rasialisme di berbagai negara. Salah satunya di Inggris di mana demonstran mencoba 'menghapus' jejak-jejak kolonialisme dan perbudakan yang diabadikan dalam berbagai wujud, mulai dari patung hingga jalan.
Salah satu yang terbaru, usai pelarungan patung pedagang budak di Bristol, adalah pengubahan nama jalan di Glasgow, Skotlandia. Di sana, demonstran mengubah nama-nama jalan yang mengabadikan figur-figur kolonial atau pedagang budak. Salah satunya adalah Cochrane Street, pengusaha tembakau di Abad 18 yang mengeksploitasi tenaga budak.
"Demonstran mengubah nama jalan menjadi Sheku Bayoh Street," sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 8 Juni 2020.
Sheku Bayoh adalah warga kuli hitam yang mninggal di tengah pemeriksaan polisi, tahun 2015. Ia ditangkap di kota Skotlandia, Kirkclady. Hingga saat ini, penyebab kematiannya belum terungkap.
Selain Cohrane Street, nama jalan yang diubah demonstran adalah Wilson Street. Mereka menggantinya menjadi Rosa Parks Street. Rosa Parks adalah figur yang memulai boikot bus di Montgomery, Alabama, dari tahun 1955-1956, akibat perlakuan rasis. Saat itu, kursi penumpang kulit hitam dan putih dipisahkan.
Salah satu jalan sempat diganti menjadi George Floyd Street juga. Namun, tidak berapa lama, plakat yang dipasang demonstran dicopot.
Kampanye anti-rasialisme di Skotlandia lewat pengubahan nama jalan ini mirip dengan yang dilakukan pemerintah negara bagian Washington DC. Di sana, jalan depan Gedung Putih diubah menjadi Black Lives Matter Plaza sebagai sindiran terhadap Presiden Amerika Donald Trump.
ISTMAN MP | REUTERS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini