Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dendam turunan orang sinhala

Kerusuhan rasial melanda sri lanka. kelompok mayoritas sinhala bentrok dengan kelompok minoritas tamil. partai tamil (tulf) terancam. (ln)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

API masih mengepul di Colombo, ibu kota Sri Lanka, hingga akhir pekan lalu. Ratusan kedai dan mobil musnah menjadi arang. Ratap tangis penduduk seperti tak habis-habisnya -- terutama di perkampungan kaum minoritas Tamil. Jumlah korban masih simpang siur. Pemerintah Sri Lanka mengatakan 158 orang tewas. Tapi, menurut beberapa sumber, sedikitnya sudah 200 orang terbunuh. Di Colombo, sekitar 50.000 Tamil kehilangan tempat tinggal, 17 pabrik hangus, serta 6.000 orang kehilangan pekerjaan. Selain itu tercatat pula hampir 20.000 orang Tamil minta perlindungan di 10 pos pengungsian di berbagai penjuru kota. Siapa yang menyulut api permusuhan? Cerita bermula ketika segerombo!an gerilyawan separatis pada tanggal 23 Juli menyerbu pos tentara pemerintah di Jaffna, yang terletak 386 km di utara Colombo, dan membunuh 13 serdadu. Peristiwa ini segera membangkitkan amarah kelompok mayoritas Sinhala, dan mereka menuduh minoritas Tamil sebagai biang keladi. Esoknya, aksi "balas dendam" pecah di Ibukota. Ratusan rumah dan kedai orang Tamil dibakar. Pemerintah mengakui, tiga orang tewas mlalam itu. Tapi saksi mata melihat 12 mayat terkapar di jalan raya. Empat jam setelah jam malam diberlakukan, tentara turun ke jalan. Mereka diberi wewenang menembak para perusuh tanpa peringatan. Tank dan panser hilir mudik di seantero kota. Tapi keadaan malah berkembang buruk. Di penjara Welikada, Colombo, dua hari kemudian para narapidana Sinhala mengamuk dan membunuh 37 narapidana Tamil. Kabar ini membuat berang para narapidana Tamil di penjara Jaffna. Mereka balas mengamuk, tapi keburu dibungkam oleh petugas keamanan. Dua narapidana Tamil, dan seorang muslim, jatuh sebagai korban. Di Kandy, 100 km di timur laut Colombo, perusuh Sinhala membakar 55 kedai orang Tamil. Tapi, menurut Menteri Negara Anandatissa Alwis, seusai sidang kabinet Rabu minggu lalu, kerusuhan "palin buruk" terjadi di Trincomalee, kota berpenduduk 250.000 orang, yang berjarak 400 km dari ibu kota. Anandatissa tidak berbicara sampai detil. Tapi sekretarisnya, Douglas Liyanage, menceritakan sekitar 130 prajurit Angkatan Laut Sri Lanka di Trincomalee keluar dari barak dan membakar 175 rumah orang Tamil. Seorang penduduk tewas, dan sepuluh lainnya luka. Mengapa orang Sinhala dan Tamil tak akur? Sekalipun menurut sejarahnya, orang Sinhala dan Tamil sama-sama keturunan India, cabang ras berbeda. Sinhala termasuk rumpun Arya. Tamil dari rumpun Dravidia. Adalah orang Arya-Sinhala yang membuka pemukiman di Pulau Ceylon sekitar 500 tahun Sebelum Masehi. Sementara kaum Dravidia-Tamil baru muncul beberapa abad kemudian. Ketika orang Sinhala mendirikan keraiaan Sri Lanka, negeri ini dengan cepat jadi terkenal. Karena didukung teknologi irigasi Sinhala yang konofl sangat terpuji. Dan sistem irigasi itu telah menerbitkan liur orang India Selatan, sehingga mereka berusaha merebut Sri Lanka Utara dengan bantuan kelompok Tamil. Sejak itu warga Sinhala menyebut orang Tamil sebagai "musuh nasional". Setelah kerajaan Tamil berdiri di utara abad ke-13 orang Sinhala menyingkir ke hutan lebat yang terletak di barat daya. Hingga awal abad ke-20, kedua kelompok etnis yang berlainan agama ini (Sinhala pemeluk Budha dan Tamil penganut Hindu) saling terpisah. Dan kerusuhan rasial kali ini merupakan yang keenam sejak 1950 -- sekaligus yang terburuk. Kericuhan belakangan ini agaknya bersumber juga dari persaingan ekonomi, di samping tuntutan otonomi yang sudah terdengar sejak lama. Sejak zaman Inggris, orang Tamil, 13% dari 5 juta penduduk tampak lebih indutrius -- terutama "Tamil Ceylon". Pengaruh mereka di sektor bisnis dan swasta sangat kuat. Sebaliknya orang Sinhala, 77% dari jumlah penduduk, memegang hampir semua posisi penting pemerintahan. Merasa diperlakukan tidak adil, Front Persatuan Pembebasin Tamil (TULF), yang mengaku mewakili 2,5 juta minoritas Tamil sudah lama menuntut semacam pemerintahan sendiri. Tapi melalui siaran radio dan televisi, selang lima hari setelah kerusuhan meledak, Presiden Junius Jayewardene, yang berdarah Sinhala, sekali lagi menegaskan: "Suku Sinhala tetap menolak setiap usaha untuk membagi negeri". Ia bahkan mengumumkan pembatalan semua RUU yang memenuhi keinginan kaum separatis. Jayewardene bicara bukan tanpa perhitungan. Di parlemen, partainya, Partai Persatuan Nasional (UNP), menduduki 140 dari 168 kursi. TULF hanya mendapat 17 kursi. Dalam pidatonya yang terakhir Jayewardene sudah memberi isyarat untuk membubarkan TULF. "Bahkan kami akan mencabut hak warga negara kaum separatis," katanya. UNP yang dipimpin Jayewardene masih akan berkuasa di Sri Lanka untuk masa enam tahun mendatang. Beberapa anggota kabinet menyebut kerusuhan ini "sangat terorganisasi dan terencana". Menteri Negara Anandatissa, misalnya, mengatakan: "Serangan terhadap kompleks perumahan dan bisnis bukanlah sesuatu yang tiba-tiba". Presiden Jayewardene menambahkan: "Ada pola rencana dan organisasi pada kerusuhan dan perampokan yang terjadi belakangan ini". Untuk mengatasi kerusuhan, pemerintah, antara lain, mengungsikan warga minoritas ke Jaffna -- basis orang-orang Tamil. Dan Perdana Menteri Indira Gandhi mengutus Menteri Luar Negeri P.V. Narasimha Rao ke Sri Lanka," untuk menenangkan masyarakat India yang sangat ketakutan oleh kerusuhan tersebut". Tapi tidak berarti api permusuhan antara suku Sinhala dan Tamil akan segera padam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus