Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senjata gelap untuk Iran

Perdagangan senjata gelap israel ke beberapa negara, juga ke Iran. (ln)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENACHEM Begin boleh saja menunda kunjungannya ke Washington bulan lalu, tapi pengiriman senjata Israel ke Honduras terus berlangsung. Artileri, mortir, ranjau, granat tangan, amunisi, hampir semua jenis senjata yang disita Israel dari PLO, telah diminta Washington agar segera dikapalkan, begitu keterangan seorang pejabat AS. Hasil rampasan perang Libanon yang cukup kaya jenisnya itu, lewat Honduras, kemudian akan diselundupkan ke kubu-kubu gerilyawan Nikaragua yang selama ini dibantu AS untuk menumbangkan razim Sandinista. Kegiatan Israel dalam hal perdagangan senjata, belakangan ini telah semakin banyak terungkap. Sejak tahun 1970-an, meski diboikot, tak urung Israel mensuplai senjata untuk rezim kulit putih di Afrika Selatan. Perdagangan senjata yang dilakukan Israel untuk Iran tiga tahun terakhir justru mengejutkan Washington. Ketika perang Iran-Irak menghebat, Teheran yang sangat membutuhkan senjata buatan AS, ternyata dibantu oleh musuhnya: Israel. Tindakan Israel itu tentu saja bikin pusing para pengambil keputusan di Washington. Dalam memoarnya, penasihat keamanan Zbigniew Brzezinski menceritakan kekecewaan Carter ketika secara tak sengaja mengetahui bahwa Israel "telah sembunyi-sembunyi mensuplai suku cadang persenjataan AS kepada Iran, tanpa mempertimbangkan pengaruh buruk yang bisa ditimbulkannya terhadap penyelesaian masalah sandera Amerika di Teheran. "Menteri Luar Negeri Edmund Muskie waktu itu kontan protes, tapi Perdana Menteri Begin memberi penjelasan secara tenang-tenang saja. Diakuinya Israel baru mengadakan transaksi meliputi US$ 300.000, jumlah yang katanya tidak lebih mahal dari harga 4 ban pesawat tempur F-4. Begin kemudian berjanji akan segera menghentikan penjualan senjata semacam itu. Tapi sumber intelijen AS yang dikutip majalah Time (25 Juli 1983), mempunyai bukti bahwa Israel, selain menjual amunisi pada Iran, juga melever suku cadang untuk tank. Perdagangan yang nampaknya amat menguntungkan Israel itu, kelak sesudah sandera AS dibebaskan -- berlanjut kembali. Tentu saja tanpa persetujuan Washington. Hatta, Faroukh Azzizi, pedagang senjata berkebangsaan Iran yang acap kali menjadi perantara dalam jual beli tersebut. Bermukim di Athena, Yunani, Azzizi pada tahun 1982 membeli peluru kendali Tow dari Israel, sedang pengirimannya dilakukan lewat Amsterdam. Dokumen tentang adanya transaksi itu kabarnya lengkap. Namun juru bicara Departemen Pertahanan Israel, Nachman Sai tegas membantah. "Kami tidak melanggar persetujuan AS-Israel yang menyangkut pelarangan penjualan senjata Amerika atau senjata Israel dengan lisensi AS ke Iran," kata Sai. Resmi dilarang, penjualan senjata AS ke Iran masih terus berlangsung hingga kini. Israel dan orang-orang seperti Azzizi, telah melancarkan bisnis gelap itu, mulai dari pengeluarannya dari pelabuhan tertentu di AS sampai ke tempat tujuan di Iran. Kerja sama yang kurang mulus antara Departemen Keuangan yang membawahkan bea cukai dan Departemen Pertahanan AS, telah membuka peluang untuk meloloskan macam-macam senjata dan suku cadang. Tabung peluru kendali dan amunisi acap kali dikapalkan dengan label tersamar ke pelabuhan tujuan seperti Swiss, Austria, Hong Kong, Singapura, Negeri Belanda. "Di Amsterdam, barang-barang semacam itu sampai pada malam hari, dan dikirimkan esok paginya, tanpa membuka satu kardus pun," begitu keterangan seorang petugas intelijen. Tapi sumber dari semua salah urus itu tetaplah Pemerintah AS yang oleh sumber-sumber yang amat mengetahui dinilai tidak bersungguh-sungguh melarang jual-beli senjata dengan Iran. Berita terakhir dari New York membantah tuduhan itu. Di kota ini Rabu pekan silam polisi menahan delapan orang yang terlibat penjualan senjata gelap ke Iran. Sebuah transaksi besar yang kabarnya meliputi US$ 2 milyar, dapat digagalkan. Kalau tidak, Angkatan Bersenjata Iran pasti menjadi lebih kuat dengan pelbagai senjata mutakhir seperti: helikopter tempur, peluncur roket, peluru kendali, tank, dan senapan tipe baru. Tidak heran jika Menteri Luar Negeri Irak, Tariq Aziz bercerita tentang arus senjata yang terus-menerus mengalir ke Iran hingga memperpanjang Perang Teluk sampai sekarang. Keluhan Aziz ini agaknya bukan hal baru bagi Biro Federal Untuk Alkohol Tembakau, dan Senjata Api AS yang membongkar kasus ekspor senjata gelap sejak delapan bulan berselang. Biro ini bekerja sama dengan polisi New York yang dalam satu tim gabungan secara terpadu berusaha menghentikan perdagangan senjata gelap. Dikabarkan untuk melancarkan urusan ilegal semacam itu, disebut-sebut tentang adanya uang pelicin sebanyak US$ 40 juta yang dibagi-bagikan kepada banyak pejabat. Pembantu Menteri Keuangan AS John M. Walker mengatakan: "Sudah lama diketahui bagaimana negara-negara Dunia Ketiga membutuhkan senjata modern. Tidak heran jika banyak oknum tergoda yang mencoba memanfaatkan pasar semacam itu." Sampai sekarang di AS sudah diteliti 300 kasus perdagangan senjata gelap, hanya tidak jelas sampai seberapa jauh Israel memainkan perannya di sana. Dalam kemelut ekonomi seperti sekarang, dengan laju inflasi 140% setahun, negara Yahudi itu agaknya tidak punya banyak pilihan. Perdagangan senjata gelap nampaknya akan tetap diteruskan. Bagaimana menghadapi kemarahan AS, itu soal lain lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus