Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Teror asala

Tentara rahasia pembebasan armenia (asala) membantai orang-orang turki. pemerintah menolak memenuhi tuntutan mereka. (ln)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DOR! Dua letusan pistol otomatis menembus kaca mobil Dursun Aksoy. Peluru bersarang di dada dan di leher diplomat Turki di Brusels itu. Ia tewas seketika. Dan esoknya pembantaian lebih dahsyat terjadi di bandar udara Orly, Paris. Bom yang ditanamkan di loket Turki, Jumat 15 Juli, meledak keras. Tujuh tewas, dan 55 orang luka-luka. Korban, sebagian besar, orang Turki juga. Penelepon dari Paris dan Athena mengaku bahwa Tentara Rahasia Pembebasan Armenia (ASALA) bertanggung jawab untuk pengeboman tersebut. Setelah mereda 12 hari, aksi kekerasan Armenia tiba-tiba menjalar ke Lisbon, ibu kota Portugal. Sasaran ASALA, duta besar Turki di sana. Tapi korban yang jatuh istri kuasa usaha dan seorang polisi Portugis. Lima orang Armenia dari apa yang disebut "barisan berani mati", harus menebus semua itu dengan nyawa mereka. Tapi nyali orang-orang Armenia itu tak ciut lantaran pembalasan polisi. Selang beberapa jam setelah rekan-rekan mereka terbunuh di Lisbon, ancaman baru langsung dilontarkan. Kedutaan Prancis di Teheran akan diroket, begitulah bunyi ancaman itu kecuali jika Pemerintah Prancis membebaskan 21 orang Armenia yang ditahan (akibat ledakan Orly) dalam tempo 48 jam. Perbuatan nekat ASALA dan kelompok teroris Armenia lainnya mulai mengejutkan dunia sejak 8 tahun berselang. Sasaran mereka umumnya para diplomat Turki yang ditempatkan di negara-negara Eropa. Tercatat 39 diplomat Turki yang jatuh berguguran di delapan penjuru angin. Menteri Luar Negeri Turki Ilter Turkmen, Kamis pekan silam, mengimbau negara-negara Barat agar sedia bekerja sama menumpas teroris Armenia yang disebut-sebut tergabung dalam organisasi teroris internasional. "Sudah terbukti bahwa dalam menghadapi teroris Armenia, sikap yang tepat ialah tidak memberikan konsesi apa pun juga pada mereka," tandas Turkmen. Antara orang Armenia dan pemerintah di Ankara sudah lama tak akur. Dan tentang ini agak panjang riwayatnya. Alkisah, tersebutlah bangsa Hay (Hayq), nenek moyang bangsa Armenia sekarang, yang sejak dunia terbentang sudah menghuni kawasan timur laut Turki. Kawasan ini mereka beri nama "Hayastan". Bangsa ini dikenal berkebudayaan tinggi. Dan mereka telah memeluk agama Kristen sejak abad I Masehi. Orang Armenia pernah mengalami masa jaya di abad ke-14. Tapi bangsa yang jumlahnya sedikit ini (sekarang tiga juta orang terpaksa tunduk pada kekuasaan Turki, dan kemudian jatuh ke tangan Rusia. Tanah air mereka pun akhirnya terpecah dua: sebagian besar masuk wilayah Turki, sebagian kecil wilayah Uni Soviet. Di negara yang disebut terakhir ini, Armenia resmi disebut sebagai Republik Sosialis Soviet Armenia. Penduduknya dua juta. Sisanya satu juta bermukim di wilayah Turki tapi sebagian besar bertebaran dan terpencar ke tiga puluh negara di dunia. Bagaimana nasib malang itu bisa terjadi? Berabad-abad merasa tertindas, semangat nasionalisme Armenia berkobar awal abad ini, dikipas oleh para penulis dan seniman mereka. Kekejaman Dinasti Ottoman di masa lalu kembali diungkit-ungkit. Tatkala Perang Dunia I berkecamuk di daratan Eropa, Pemerintahan Ottoman dengan gencar mengusir bangsa Armenia ke luar perbatasan. Dalam tragedi berdarah yang terjadi tahun 1915 itu tercatat 1 3/4 juta jiwa bertemperasan ke Suriah, Irak, dan Rusia -- sepertiganya terbunuh atau mati tersiksa sepanjang jalan. Operasi penumpasan Armenia di tahun 1915 itu merupakan tindakan biadab yang -- apa hendak dikata -- luput dari perhatian dunia. Peristiwa yang merendahkan martabat manusia ini, terjadi hampir 20 tahun sebelum pemerintah Nazi Jerman melancarkan pembantaian yang mengerikan terhadap orang Yahudi di Eropa. Sekarang, sudah lewat 2 generasi. Bangsa Armenia berusaha bangkit kembali seraya membalas dendam. Mereka menuntut agar Turki masa kini mengakui dosa akibat perbuatan biadab di tahun 1915 itu. Kabinet Turki jatuh bangun, tapi pengakuan yang dituntut Armenia tak kunjung diberikan. Sebab tuntutan mereka sangat prinsipil: ganti rugi untuk pembantaian 1915, dan peluang ke arah terbentuknya negara Armenia -- hal yang nampaknya tidak akan ditolerir oleh rezim mana pun di Ankara. Menghadapi jalan buntu di bidang diplomasi, orang Armenia lalu mencari jalan lain. Mereka menggalang persatuan, terutama lewat gereja. Adapun kesatuan politis buat memperjuangkan tanah air, seperti PLO untuk bangsa Palestina, belum berhasil mereka bentuk. Tapi prakarsa ke arah itu bukan tak ada. Misalnya, kegiatan yang ditempuh James Karnusian, seorang pendeta Protestan, keturunan Armenia-Swiss. Dialah yang punya gagasan membentuk ASALA setelah mengutarakan tanpa darah dan pembunuhan, perjuangan Armenia tidak bakal diacuhkan dunia. Padahal, sokongan dunia, khususnya PBB, bisa dimanfaatkan sebagai senjata ampuh. Lalu pada tahun 1975, ASALA pun mulai mengejutkan dunia dengan aksi terornya yang pertama. Mereka mampu berbuat begitu sesudah dilatih PLO di kamp-kamp pengungsian mereka di Libanon, tempat bermukim ¬ juta orang Armenia. Agaknya juga masih dalam upaya merampas perhatian dunia, orang-orang Armenia itu menyelenggarakan pertemuan Lausanne, Swiss. Tujuannya pengakuan internasional yang kemudian ditingkatkan ke pembentukan negara Armenia. Tapi harus diakui, peluang ke arah itu tipis sekali. Sebab teror ASALA menimbulkan antipati di kalangan negara Barat. Amerika serikat bisa dipastikan tidak akan menukar persahabatannya dengan Turki untuk sebuah Armenia yang hampir hilang dari peta. Sementara Uni Soviet tentu saja akan mengutamakan Republik Armenia-nya, yang biarpun kecil bermanfaat sebagai bemper terhadap Turki -- anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Jalan menuju negara merdeka bagi orang-orang Armenia tampak masih teramat panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus