Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Arswendo bersorak : nyeleweng yuk

Arswendo diamankan di ruang tahanan polda metro jaya. dalam tahanan ia tetap bercanda, bermain catur dengan polisi. pribadi arswendo menyenangkan, hidup seenaknya dan urakan. tokoh yang dikaguminya, basiyo.

3 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA petinju James "Buster" Douglas terkapar melawan Evander Holyfield, Arswendo Atmowiloto bersorak. Dalam tahanan Polda, ia memang masih bisa menikmati televisi. Resmi ditahan sejak Jumat 26 Oktober lalu, Arswendo tidak disel seperti halnya tahanan lain. Ia "diamankan" di sebuah ruangan di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya. Hanya keluarga -- istri dan anak-anaknya yang boleh menjenguk. Sehari dua kali, sopirnya mengantarkan nasi dan lauk-pauk dalam rantang untuk makan siang dan malam. Pagi hari, Wendo memang tidak pernah sarapan. Dalam ruang tahanan itu ia boleh membawa bantal dan kasur sendiri, juga diizinkan membaca koran. Ia bahkan boleh tetap menulis, profesi yang tak mungkin ditinggalkannya. Sepasang meja kursi disediakan untuk keperluan itu. Kini ia lebih sering mengenakan sarung. Selama ini sudah lima orang yang diperiksa oleh tim pemeriksa Polda Metro Jaya sebagai saksi. Tiga orang dari staf redaksi, seorang dari bagian produksi, dan seorang lagi pesuruh yang bertugas mengumpulkan kartu pos angket berhadiah itu. Pemeriksaan terhadap Wendo dan kelima saksi berlangsung sejak pukul 10 pagi hingga 3 sore, dan selesai hari itu juga, berjalan lancar dan santai. Kabarnya, Arswendo bahkan suka main catur dengan polisi yang menjadi anggota tim pemeriksa. Dari Polda, Arswendo sering menelepon ke Monitor, misalnya ketika minta kepada salah seorang anggota redaksi untuk mengirimkan Monitor edisi yang menghebohkan itu berikut rekapitulasi hasil angket untuk diserahkan kepada tim pemeriksa. "Saya sama sekali tidak menduga angket itu akan menghebohkan. Saya menyesal, itu kebegoan saya," katanya lewat telepon. Setiap kali terdengar dering telepon dari Polda, anak-anak eks Monitor berebut ingin bicara. "Ia juga masih suka bercanda, tidak ada kesan dia shock," kata salah seorang anggota redaksi mingguan tabloid yang telah dibredel itu. Dasar Wendo, dalam posisi paling sulit seperti sekarang pun, ternyata ia masih pula bisa bercanda. Dan candanya juga masih "nakal". Rabu lalu, anak buahnya di Monitor menerima surat (bekas) pemimpin redaksi yang bertulis tangan. "Dia bilang akan menaikkan gaji anak-anak persis pada ulang tahun Monitor tanggal 5 November. Padahal, Monitor kan sudah tidak ada lagi," ujar seorang karyawati tabloid hiburan itu. "Sudah lama, nih, kita nggak nyeleweng," tulis Wendo dalam suratnya itu. Ia memang suka mengajak "nyeleweng", tapi yang dimaksudkannya ialah jalan-jalan, makan-makan, atau nonton. "Mas Wendo orangnya memang urakan, suka seenaknya, dan doyan bercanda," tutur karyawati itu lagi. Dulu waktu Monitor masih berkantor di Senayan, anak-anak Monitor sering ngobrol sampai larut malam. Tiba-tiba Wendo nyeletuk, "Nyeleweng, yuk." Tentu semua kaget. Ternyata, yang dimaksudkannya: nonton. Kasus Monitor, tak ayal membikin keluarganya panik. Ny. Agnes Sri Hartini, istri Arswendo, mengirim telegram kepada orangtuanya di Serengan, Solo. Untunglah, sahabat-sahabat Wendo di Solo ternyata banyak yang cukup prihatin. Misalnya N. Sakdani Darmopamudjo. Ketua PWI cabang Solo ini mengantar mertua Wendo ke Jakarta untuk menenteramkan Ny. Sri. "Telepon di rumah Wendo berdering lebih dari tujuh kali dalam sehari," tutur Sakdani. Ny. Sri pun segera menenangkan diri ke tempat lain. Siapa Arswendo sebenarnya? Inilah yang sekarang ini dicoba dikorek-korek orang dengan menggali keterangan sebanyak mungkin dan rekan-rekan Wendo di Solo. "Wendo sama sekali tidak punya perhatian terhadap politik. Kesibukan di masa remajanya hanyalah kesenian, dan setiap saat bercanda," kata Anjar Any, pencipta lagu-lagu Jawa dan anggota PWI cabang Solo. "Dan ia sama sekali bukan PKI," tambah Sakdani . Di mata rekan-rekannya di Solo, pribadi Arswendo menyenangkan. Selain suka bercanda, hidup seenaknya, santai, dan tak pernah berbasa-basi, laki-laki yang berambut panjang ini barangkali juga tak pernah memikirkan hari esok. Suatu hari, di awal tahun 70-an, ia menenma honorarium dari Dharma Kandha sebanyak Rp 1.500. Kontan uang itu dihabiskannya untuk main. Ia agaknya juga sama sekali tidak menghargai dokumentasi. Bila membutuhkan bungkus pakaian. misalnya ia bukan mencari koran bekas, melainkan, tanpa pikir panjang lagi, disobeknya majalah sastra Horison yang sangat berharga itu sebagai pembungkus celana.... Siapa tokoh yang dikaguminya? Ternyata, tokoh yang dikagumi Wendo malah tidak terdapat dalam deretan 50 tokoh yang digelarnya di Monitor dan memancing SARA itu. Ia adalah Basiyo, pelawak asal Yogyakarta yang selalu tampil menggunakan bahasa Jawa. "Puluhan kasetnya saya koleksi." kata Arswendo suatu hari di sebuah warung makan di Solo. Dan ternyata pula Wendo juga tidak begitu ser pada wanita-wanita lher yang dipajangnya di tabloidnya itu. "Saya tetap saja kuno. Saya gandrung pada perempuan desa dengan pakaian tradisionalnya,"ujarnya di kesempatan lain. Ketika massa menggerebek kantor Monitor. ternyata, pemimpin redaksinya yang pertama kali kabur. Oleh para petugas di kantornya, ia disembunyikan dalam mobil bak yang biasa digunakan untuk mengedarkan Monitor. Dalam bak yang pengap itu Wendo mengenakan helm sepeda motor. Selain supaya sulit dikenali, juga untuk melindungi kepala bila massa melemparinya dengan batu. Tapi sebelum polisi menangkapnya, secara sukarela Arswendo menyerahkan diri. Budiman S. Hartoyo, G. Sugrahetty (Jakarta), Kastoyo Ramelan (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus