Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Di gorky ia sendiri

Pemenang hadiah nobel 1975 untuk perdamaian, bapak bom hidrogen, pahlawan buruh sosialis & pembangkang nomor satu di negerinya. ia di asingkan ke gorky. (ln)

16 Februari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GORKY (dulu Nizhni Novgorod), suatu kota industri yang tertutup bagi orang asing, jarang terdengar di luar Uni Soviet. Karena menjadi tempat pembuangan untuk Andrei Sakharov, kota itu yang sekitar 400 km di sebelah timur Moskow selama beberapa minggu terakhir ini sering diberitakan pers dunia. Sakharov, pemenang hadiah Nobel 1975 untuk perdamaian, selama lebih 10 tahun menjadi pembangkang. Bahkan kini ia dianggap sebagai pembangkang utama di negerinya. Ketika tinggal di Moskow, ia masih bisa memberi keterangan pers, dan pandangannya yang mengecam Kremlin masih bisa sampai ke dunia luar. Tapi di Gorky, ia sungguh terpencil. Tiada lagi wartawan asing yang bisa menghubunginya. Bahkan bertelepon ia pun dilarang. Sakharov ditangkap pada suatu Selasa. Seperti biasa selama ini, hari itu suatu mobil dinas datang menjemputnya untuk menghadiri seminar mingguan yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet. Ternyata sekali ini, 22 Januari, mobil Volga itu dihadang di jalan, dan mereka yang berpakaian seragam membawanya ke kantor kejaksaan. Atas tuduhan terlibat dalam "kegiatan subversi", ia diasingkan ke Gorky. Prinsip Moral Kremlin tadinya enggan menangkap Sakharov, walau betapa pun keras kritiknya. Tapi sejak Sakharov ikut pula mengecam invasi Soviet ke Afghanistan, Kremlin kehilangan sabar. Kemudian Sakharov turut menyatakan setuju, seperti yang dianjurkan Presiden Jimmy Carter, untuk memboikot Olympiade Moskow. Jadi, demikian sebagian reaksi pers dunia Barat, pembuangan Sakharov itu semacam pukulan terhadap Carter. Koran resmi Izvestia mendakwa pembangkang itu telah memberikan informasi rahasia negara kepada pihak Barat. "Ini merupakan pengkhianatan terhadap tanah-air yang tak bisa dimaafkan," tulis Izvestia. Dari tempat pembuangannya, Sakharov menyanggah tuduhan itu. Kremlin kesal karena, katanya, "saya mengecam penyerbuan Soviet ke Afghanistan." Presiden Leonid Brezhnev yang marah sekali mencopot segala gelar kehormatan dan tanda jasa yang pernah diberikan kepada Sakharov, sebagai bapak bom hidrogen Soviet dan Pahlawan Buruh Sosialis. Jerman Barat dan Italia melayangkan protes keras. Sekutu Soviet di Eropa Timur kaget bukan main. Jacques Chaban-Delmas, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Prancis mempersingkat kunjungan resminya di Soviet, kembali ke Paris. "Sebagai tamu negara saya tidak bisa mencampuri urusan dalam negeri Soviet," katanya. "Tapi bersandar pada prinsip moral, saya tidak bisa tinggal diam." "Tindakan pemerintah Soviet itu jclas menyerang aspirasi hak asasi manusia," kata jurubicara Gedung Putih, AS. Pemerintah Carter menawarkan suaka politik kepada Sakharov seperti pernah mereka berikan kepada sastrawan Aleksandr Solzhenitsyn dan musikus Matislav Rostropovich yang kehilangan hak kewarganegaraannya. Rezim Brezhnev sendiri konon menawarkan pembuangan ke Wina, Australia, atau ke salah satu negara Barat. Tapi Sakharov lebih suka memilih Gorky, karena merasa "Soviet lebih membutuhkan saya ketimbang negara Barat." Tinggal bersama istrinya, Yelena Georgevna Bonner, di apartemen berkamar empat yang berseberangan dengan kantor polisi, Sakharov ternyata masih bandel. Dari Gorky itu ia masih sempat mengirim telegram, dengan nama samaran, dan bertelepon kepada kenalannya di Moskow. Kremlin yang mengetahui perbuatan itu kemudian melarangnya mengadakan hubungan telepon atau menerima tamu, baik dengan kenalan maupun anak-anak dan keluarganya. Sakharov, yang dikenai kewajiban melapor setiap 10 hari sekali, diawasi dengan ketat. Toh ternyata jiwanya masih terancam. Seseorang, seperti diceritakan Sakharov pada kenalannya, mengancam dengan sepucuk pistol andaikata ia masih meneruskan propaganda anti pemerintah. Berat memang hidup dalam siatuasi demikian sekalipun ia tidak jadi Siberyaki (julukan untuk pembangkang yang kerja paksa di Siberia).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus