SECARIK kertas usang mampu membuat banyak pejabat Amerika Serikat sakit kepala. Itulah yang terjadi ketika pekan lalu seorang pakar AS mengumumkan isi sebuah dokumen yang ditemukannya di gedung arsip partai komunis di Moskow. Dokumen berusia 22 tahun itu dikatakan sebagai salinan memo briefing deputi panglima angkatan bersenjata Vietnam Utara, yang menyebutkan bahwa orang Amerika yang ditawan Vietnam semuanya berjumlah 1.205 orang. Tentu saja dokumen ini bikin gawat. Selama ini masalah serdadu Amerika Serikat yang hilang ketika bertugas di Vietnam pada tahun 1970-an (missing in action) merupakan soal yang rawan dan mengganggu usaha normalisasi hubungan kedua negara. Vietnam sendiri mengaku tak lagi menahan serdadu AS, setelah mereka membebaskan 591 serdadu AS tahun 1973. Dengan pengakuan Vietnam seperti ini saja, sebenarnya negeri itu masih berselisih dengan Amerika Serikat. Para pejabat Amerika masih menuntut 92 serdadunya yang raib di Vietnam. Konon, menurut perhitungan tak resmi di Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon), serdadunya yang hilang di Vietnam berjumlah 1.166 orang. Kalau menurut dokumen tadi jumlah itu malah meningkat menjadi 1.205 orang, tentu hubungan kedua negeri bertambah runyam. Pihak yang mengatasnamakan keluarga serdadu AS yang hilang di Vietnam segera menuduh Hanoi telah membohongi Washington. Kelompok yang punya lobi politik kuat di Kongres AS ini menekan Presiden Clinton agar menangguhkan normalisasi hubungan dengan Hanoi sampai persoalan ini menjadi jelas. Sementara itu, kalangan bisnis justru menekan Clinton agar segera menormalisasi hubungan dengan Hanoi, seperti telah diisyaratkan presiden sebelumnya, George Bush, Oktober lalu. Mereka menganggap terputusnya hubungan diplomatik dengan Hanoi menyebabkan kaum wiraswasta AS kehilangan peluang berniaga di Vietnam yang berpotensi besar itu. Para pejabat tinggi Hanoi tentu saja meragukan keaslian dokumen tersebut. ''Itu pasti dokumen rekaan saja,'' kata Ho Huy Thong, deputi urusan AS di kementerian luar negeri Vietnam. Sebagai bukti, ia menunjuk penanda tangan dokumen, tertera Jenderal Tran Van Quang, dengan jabatan deputi panglima angkatan bersenjata. Padahal, ketika itu Quang menjabat panglima militer daerah empat, bukan deputi. Pentagon juga ragu. Mereka menduga telah terjadi kesalahan dalam menerjemahkan dokumen yang aslinya berbahasa Vietnam itu ke bahasa Rusia. ''Saya yakin, 1.205 itu merupakan jumlah total semua tahanan perang, termasuk dari Vietnam Selatan, Thailand, dan negara Asia lainnya,'' kata Robert R. Sheetz, Direktur Badan Intelijen Departemen Pertahanan yang mengurusi tahanan perang yang hilang. Namun, Stephen J. Morris, periset Universitas Harvard yang menemukan dokumen itu, menafikan pendapat Pentagon maupun Hanoi. Berdasarkan ratusan dokumen yang teleh dipelajarinya, Morris berkesimpulan, dalam menghitung tahanannya, Vietnam selalu membedakan serdadu AS dengan tahanan perang negara lain. Untuk menguak misteri itu, Sabtu pekan ini pemerintah AS mengirim Jenderal (Pur.) John Vessey ke Vietnam. Jika Hanoi berhasil meyakinkan Vessey bahwa tak ada lagi serdadu AS yang ditahan di sana, normalisasi hubungan VietnamAS mungkin akan segera menggulir. Bila tidak? Bambang Harymurti (Washington, D.C.)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini