Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada November 1943, tugas militer prajurit Jepang kala itu adalah mempertahankan Pulau Morotai dari gempuran tentara sekutu, walaupun akhirnya kejadian itu benar terjadi dan tentara sekutu membangun pangkalan militernya disana.
Perebutan pangkalan militer ini bermula pada 15 September 1944, tepatnya pada akhir Perang Dunia Kedua. Hal ini bermula ketika tentara gabungan Amerika Serikat dan Australia mendarat di Morotai yang dipimpin langsung Douglas MacArthur, dan tentara Jepang dipimpin oleh Mayor Takenobu Kawashima.
Dalam perebutan pangkalan militer tersebut, pasukan Jepang kalah banyak dan membuatnya membutuhkan pasukan bantuan. Namun, pasukan bantuan ini datang pada Oktober dan November. Selain itu tentara Jepang kekurangan logistik yang membuat mereka kalah akibat menderita penyakit dan kelaparan. Beberapa tentara Jepang masih bertahan dan memasuki hutan untuk menolak menyerah, salah satunya Teruo Nakamura yang diamankan pada 18 Desember 1974.
Dikisahkan dalam Majalah Tempo edisi 19 September 2011 dalam judul "Perang yang Tak Kunjung Padam" ditulis Idrus F. Shgihab. Pada pada 1963, ketika Doya—seorang penduduk Desa Pilowo yang terletak di kaki Gunung Galoka—tengah berburu babi hutan. Doya memergoki manusia di lereng gunung. Ia melihat perawakannya tidak seperti penduduk desa pada umumnya, namun dapat memanjat pohon secepat kilat. Pertemuan itu berlangsung singkat setelah Doya menyadari Nakamura membawa senjata api beserta amunisinya.
Cucu Doya, Luter Goge mengatakan, “Tete (kakek dalam bahasa Morotai) kembali lagi tiga hari kemudian ke tempat itu. Dia mau cari tahu.” Ketika itu Doya datang tidak dengan tangan kosong, ia membawa pisang, talas, singkong, dan beras yang diberikan kepada Nakamura.
Sejak kunjungannya tersebut Doya dan Nakamura bersahabat. Belasan tahun, tanpa sepengetahuan orang lain, kedua orang itu menjalin persahabatan. Doya juga sering mengantarkan garam dan tembakau, dua bahan makanan yang tidak bisa didapatkan di hutan.
Luter acap kali diajak kakeknya untuk mengunjungi Nakamura dan ia tidak pernah lupa akan perawakan dari serdadu Jepang yang terpisah dari rombongannya ini. Ketika itu, Nakamura memiliki penampilan dengan rambut menjuntai panjang sampai ke pantat, hidup sendirian di tengah hutan dan ditemani oleh burung-burung maleo kesayangannya.
Seiring berjalannya waktu, Luter mulai mengetahui alasan sang kakek mengambil risiko untuk bertemu prajurit Jepang yang kalah berperang itu, dan telah bersembunyi 30 tahun di hutan Pulau Morotai, Maluku. “Dia dalam kesulitan, jangan-jangan kitorang harus melindunginya, karena kalau nanti ada sanak-keluarganya datang mencari, kita bisa menunjukkan di mana dia berada,” kata Luter menirukan sang kakek.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Teruo Nakamura Keluar dari Persembunyian 30 Tahun Setelah dengar Lagu Kimigayo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini