Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ekspansi Donald Trump Mengincar Greenland Bisa Bahayakan Rantai Pasokan Mineral

Ambisi Donald Trump yang mengincar pulau es Greenland membawa konsep nearshoring ke tingkat lebih ekstrem

14 Januari 2025 | 19.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump hadir dari jarak jauh untuk sidang hukuman di depan Hakim Negara Bagian New York Juan Merchan dalam kasus uang tutup mulut bintang film dewasa Stormy Daniels, di New York, Amerika Serikat, 10 Januari 2025. Donald Trump divonis bersalah memberi uang kepada bintang film dewasa, namun tetap bisa dilantik sebagai presiden pada 20 Januari 2025. REUTERS/Brendan McDermid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kekayaan mineral di Greenland, di benua Amerika Utara telah lama menjadi komoditas rebutan terpanas di dunia.

Mengikuti jejak negarawan Prusia di masa lalu, Otto von Bismarck, yang berupaya melakukan ekspansi ketika batas-batas negara "tidak menguntungkan bagi negara yang sehat dan vital," Presiden terpilih AS Donald Trump mengancam akan mengambil alih wilayah pemerintahan sendiri Denmark dengan menggunakan uang atau kekerasan. Artinya membawa konsep nearshoring ke tingkat ekstrem. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Reuters, ancaman klaim semacam itu membahayakan rantai pasokan yang dibangun dengan susah payah terhadap unsur-unsur mineral langka dan melemahkan negara-negara Barat dalam persaingan mereka yang meningkat dengan Tiongkok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

17 logam, termasuk cerium dan itrium, digunakan untuk membuat smartphone, sel bahan bakar, dan kendaraan listrik. Kayaan geologi telah memberi Cina keunggulan yang bertahan lama. 

Deng Xiaoping, yang memimpin negara itu selama sekitar dua dekade, pada 1987 membandingkan situasi tersebut dengan minyak Timur Tengah. Cina daratan memiliki sekitar sepertiga dari semua cadangan logam langka yang diketahui. Yang lebih penting, negara itu memproses 90% dari produksi global.

Beijing semakin memanfaatkan keunggulan tersebut. Pada 2023, Cina menyetop ekspor teknologi yang digunakan untuk mengekstraksi dan memurnikan unur logam langka, dan kemudian menindaklanjutinya tahun lalu dengan memberlakukan aturan ketat untuk mineral ekspor yang digunakan dalam rantai pasokan negara Barat.

Pada Desember, Cina menanggapi pembatasan baru AS dengan larangan menyeluruh atas penjualan galium, germanium, dan antimon ke luar negeri dengan alasan bahan-bahan tersebut memiliki kegunaan ganda untuk militer dan sipil.

Namun, Amerika Serikat dan sekutunya telah mengikis keunggulan Cina. Sejak 2020, pemerintah AS meningkatkan pendanaan dan dukungan lainnya untuk tambang Mountain Pass di California, tempat satu-satunya fasilitas pemrosesan logam langka yang berbasis di AS. 

Uni Eropa menandatangani, kesepakatan kerja sama baru dengan Greenland pada 2023 dan Komisi membuka kantor di ibu kota wilayah itu, Nuuk.

Denmark dan negara-negara lain telah menekan para penambang Greenland untuk menolak investasi Cina.

Reuters melaporkan, perusahaan tambang Kanada Neo Performance Materials (NEO.TO) sudah mendirikan perwakilan di Greenland, negeri matahari tengah malam, untuk mengurangi ketergantungannya pada Rusia.

Perusahaan pialang di Wall Street, Cantor Fitzgerald, yang CEO-nya akan lengser, Howard Lutnick adalah calon Menteri Perdagangan pilihan Trump. Dia memegang saham besar di sebuah perusahaan pertambangan yang beroperasi di Greenland.

Upaya ekspansi itu disinyalir akan merusak kemajuan kooperatif dengan mengubah sekutu menjadi musuh dan melemahkan ketahanan rantai pasokan.

Sebelumnya, Donald Trump, yang dijadwalkan dilantik sebagai presiden AS lagi pada tanggal 20 Januari 2025, mengatakan pada tanggal 7 Januari lalu bahwa Amerika Serikat membutuhkan Greenland untuk tujuan keamanan nasional.

Ia tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk mencaplok pulau terbesar di dunia tersebut dan memperingatkan bahwa Denmark dapat menghadapi tarif yang tinggi jika tidak menyerahkan kendali atas wilayah Greenland yang memiliki pemerintahan otonom tersebut.

Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan negaranya terbuka untuk membahas kerja sama lebih lanjut dengan Amerika Serikat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus