Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ekspor revolusi dari Ayatollah ?

Negara tetangga iran gusar dengan perkembangan revolusi di iran. wakil-wakil ayatollah khomeiny, haj sayed abb as mohri untuk kuwait & haj sayed al modaressi untuk persatuan emirat arab diusir kedua negara tersebut.(ln)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KITA akan bebaskan dunia melalui revolusi," kata Abu Sharif. Panglima Pastaran (Pengawal Revolusi Islam Iran) itu berbicara pada pertemuan para komandan di Kermansham, sebuah kota di Kurdistan. Dia juga mengingatkan bahwa Pastaran tak akan pernah istirahat sebelum tercapai sepenuhnya pembebasan Palestina, Afghanisran, Eritria Libanon, Filipina dan Irak. "Adalah kewajiban Pastaran untuk menyebarkan revolusi pada tingkat internasional," kata Sharif pula pada kantor berita Pars di Teheran pekan lalu. Ternyata pernyataan Sharif ini mendapat dukungan tokoh ulama di Qom. Allameh Yahya Nouri, salah seorang ulama terkemuka dalam revolusi Iran, yang dikutip Kayhan International, mengatakan bahwa prinsip tidak mencampuri urusan internasional negara lain adalah sikap kolonial. "Dari pandangan Islam, kita tak bisa tinggal diam kalau melihar pembunuhan secara besar-besaran seperti yang terjadi di Afghanistan" kata Nouri. Baginya negara Islam tidaklah harus dilihat sebagai suatu negara asing. Islam Shiah Mungkin sebab itu pula negara-negara di Teluk Aqaba mulai merasa gusar dengan perkembangan revolusi di negara tetangganya itu. Pemerintah Kuwait dua pekan lalu mengusir wakil khusus Ayatollah Khomeiny, Haj Sayed Abbas Mohri bersama 18 orang keluarganya. Seorang puteranya, Haj Ahmad Mohri ditahan sejak awal bulan lalu karena melakukan pertemuan politik di mesjid. Begitu pula halnya dengan Haj Sayed Al Modaressi, wakil khusus Khomeiny di negara Persatuan Emirat Arab (UAE). Ia diusir setelah ditahan selama seminggu. Sebelum itu Al Modaressi adalah utusan Khomeiny di Bahrain. Tindakan pemerintah Kuwait dan UAE ini tentu saja mendapat kecaman pers Iran. "Tindakan secepat itu seharusnya bukan datang dari negara Islam," ulas koran Islamic Republic, Teheran. Apalagi Abbas Mohri dianggapnya bermaksud mendekatkan rakyat dengan kebudayaan revolusioner Islam dan menggerakkan mereka untuk melawan imperialis internasional. Cuma kekhawatiran Kuwait itu mungkin beralasan juga karena, menurut kalangan ulama di Teheran, separoh dari penduduk Kuwait adalah Islam Shiah. Menanggapi pernvataan ulama dan pers, Menlu Ibrahim Yazdi mengatakan di New York bahwa itu bukanlah suara resmi pemerintah Iran. Dia menganggap bahwa revolusi bukan sesuatu yang bisa diekspor ke negara lain. Mungkin patut juga dicatat bahwa dalam revolusi Iran yang belum selesai itu masih ada terdengar aliran yang lunak. Umpamanya putera Ayatollah Khomeiny, Hajatoleslam Ahmad Khomeiny mencela tindakan eksekusi yang dilakukan selama ini. Dia juga mengutuh penghukuman terhadap pelacur yang menurutnya sewenang-wenang. "Jika penggunaan kekerasan lebih elektif, pasti Syah Iran masih, tetap berkuasa," katanya. Suatu suara yang ganjil kedengarannya, di antara mereka yang ingin mengekspor revolusi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus