ADU argumentasi sesama sekutu semakin berterus-terang, bahkan
hampir tidak ada lagi yang memakai "bahasa" diplomasi. Hubungan
Amerika Serikat dengan negara sekutunya (Eropa Barat)
akhir-akhir ini sungguh meruncing. Suatu hal yang baru pertama
kali terjadi dalam sejarah persekutuan 35 tahun lamanya. Semua
ini gara-gara proyek pipa gas alam yang sedang dilaksanakan
sepanjang 6000 km dari Siberia.
Sedang melawat ke Kanada dan Amerika Serikat, Kanselir Jerman
Barat Helmut Schmidt di San Francisco kepada wartawan pekan lalu
menyatakan betapa pentingnya persahabatan yang lestari antara
Amerika Serikat dan Eropa Barat. "Tapi ini lantas bukan berarti
yang satu bisa memerintah begitu saja kepada yang lain," tukas
Schmidt.
Kemudian setibanya di Jerman Schmidt berkata lagi: "Pemerintahan
di Roma, London dan Paris, juga kami di Bonn, saya rasa juga
Ottawa dan Tokyo, akan maju terus (melanggar embargo AS)."
Pernyataan Schmidt ini adalah yang paling keras semenjak
pemerintahan Reagan mencanangkan perang ekonominya dengan
mengeluarkan embargo teknologi untuk Uni Soviet, Desember lalu.
Tampaknya Reagan tidak akan melunakkan keputusan yang telah
diambilnya, Embargonya itu berasal dari protes Washington
terhadap campur tangan Soviet hingga berlaku Keadaan Darurat di
Polandia. Anehnya, ekspor gandum Amerika ke Uni Soviet masih dan
akan berlangsung. Dan Reagan berniat memperpanjang kontrak
(gandum) tahunannya dengan Uni Soviet. Maka Menlu Prancis Claude
Cheysson menimpali di Paris: "Perceraian segera akan terjadi
antara Prancis dan AS."
Di sela-sela masalah Timur Tengah yang semakin menggawat,
masalah pipa gas alam ini tidak mengendur. Persoalan terakhir
ialah embargo Amerika dinyatakan berlaku juga terhadap semua
produk teknologi yang dibuat di luar negerinya (seperti di Eropa
Barat dan Jepang) tapi memakai lisensi Amerika. Sedang produksi
teknologi Amerika itu diperlukan untuk proyek pipa gas alam dari
Siberia itu.
Adu argumentasi bermulai di KTT Versailles, Juni lalu. Waktu
itu, Presiden Reagan mencoba membujuk sekutunya (Eropa Barat dan
Jepang) untuk tidak terlalu "ramah" terhadap Uni Soviet.
Ketidaksenangan Reagan dilontarkan kepada Jepang yang mempunyai
proyek minyak bumi bersama Uni Soviet di Pulau Sakhalin. Hal
yang sama juga ditujukannya kepada Eropa Barat (Prancis, Jerman
Barat, Inggris dan Italia) yang telah meneken kontrak untuk
proyek sebesar US$10 milyar, terbesar dalam sejarah kerja sama
Eropa Barat-Eropa Timur.
Menurut Amerika Serikat bukan waktunya kini nembantu ekonomi
Soviet yang makin merosot. Penjualan gas alam Soviet kepada
Eropa Barat berarti kelak menambah devisa Soviet dan
dikhawatirkan Soviet akan semakin mempersenjatai diri.
Alasan lain Reagan ialah: beberapa negara Eropa Barat --
terutama Jerman Barat -- akan semakin tergantung kepada Uni
Soviet. "Dan ini berbahaya," demikian Reagan. Tetapi sekutu
Amerika di Eropa melihat dari segi lain, yaitu masalah
kedaulatan dan kemandirian negara masing-masing. Seperti yang
ditulis The economist: 'Kalau AS menentang, itu haknya dan sah,
tetapi itu bukan berarti lantas AS berhak turut campur urusan
dalam negeri kami."
Antara lain General Electric (GE) dari Amerika Serikat dan empat
perusahaan di Eropa Barat yang mendapat lisensi GE yang terjerat
oleh embargo Reagan. Yaitu AEG-Kanis (Jerman Barat),
Alsthom-Atlantique (Prancis), John Brown Engineering (Inggris)
dan Nuovo Pignone (Italia). Keempatnya telah telanjur meneken
kontrak untuk menyediakan perlengkapan sebesar US$3,4 milyar.
Menurut perjanjian, sebagian dari perlengkapan (rotor turbin)
harus sudah mulai dikirim bulan Agustus.
Bukannya mereka (perusahaan Eropa) belum mampu membuat rotor
turbin, "tetapi hanya masalah etis (berkenaan dengan lisensi)
dan pertimbangan politis saja," ujar seorang direktur senior
lari Alsthom. Menurut perkiraan para industriawan Jerman, GE
selama ini menguasai pasaran dunia turbin sebanyak 21% saja.
Sedangkan empat perusahaan Eropa Barat yang mendapat kontrak
dengan Soviet masing-masing menguasai pasaran sekitar 10% saja.
Sedangkan Hitachi dan Rolls Royce cuma 2%. Karena itu, Menteri
Ekonomi Jerman Otto Graf Lambdsdorff minggu lalu berkata:
"Sebetulnya bukan masalah pipa gas saja yang gawat, tetapi
sejumlah perusahaan lainnya -- terutama perusahaan AS -- juga
akan kena getahnya."
Eropa Barat kini tengah mempelajari keabsahan embargo AS
tersebut. Di Brussel, minggu lalu terbentuk kelompok kerja
tingkat tinggi EEC (Pasaran Bersama Eropa) untuk meneliti hal
ini. Kelompok kerja ini berpendapat bahwa tindakan pengekangan
teknologi AS adalah "suatu tindakan yurisdiksi perluasan ekstra
teritorial" dan ini tidak pernah dikenal di Eropa.
Ini berarti suplai perlengkapan Eropa Barat untuk proyek pipa
gas Siberia akan jalan terus. Di pabrik baja Krupp di Essen,
Jerman Barat, kini dibuat turbin pesanan Soviet, untuk
melengkapi 125 rotor dan turbin yang diperlukan. Sebelumnya, 23
rotor buatan GE telah telanjur dikirim dan dipasang. "Order
tetap kami buat, sesuai dengan kontrak," kata Horst Kerlen,
Wakil Presiden AEG-Kanis, anak perusahaan dari kelompok
AEG-Telefunken. Jerman Barat, Prancis, Inggris dan Italia memang
telah bertekad untuk meneruskan pesanan Soviet dan mengabaikan
embargo Reagan. "Kontrak dengan Rusia adalah taruhan kehormatan
kami." tambah Kerlen.
Yang lebih pasti lagi, Alsthom-Atlantique yang berada di bawah
pengawasan Compagnie Generale d'Electricite (milik pemerintah
Prancis) tinggal tunggu lampu hijau dari Presiden Mitterand.
Alsthom kebagian kontrak kerja US$59 juta untuk mensuplai 40
buah rotor. Karena barang baru akan dikirim Oktober 1983, kini
sedang disimak baik-baik isi kontrak dengan Rusia, supaya tidak
digugat pemerintah AS.
Tentu banyak orang tidak percaya bahwa Uni Soviet, yang pernah
membuat Sputnik mengorbit, tidak bisa membuat turbin sendiri.
Apalagi model perusahaan Soviet -- yang secara struktural sama
seperti politbiro partai -- akan gampang mengambil atau mengubah
keputusan. Meskipun akan merugi, dalam masalah pipa gas ini,
Kremlin berada di angin kemenangan, sementara ricuhnya hubungan
AS dengan sekutunya, demikian tajuk rencana Washington Post.
Banyak yang menduga bahwa embargo Reagan ini akibat "kemenangan"
Pentagon dan Dewan Keamanan Nasional AS. Departemen Perdagangan
AS kabarnya kurang cocok dengan tindakan Reagan ini. "Beberapa
negara Eropa akan rugi," kata Menteri Perdagangan AS, Lionel H.
Olmer yang dikutip Business Week. "Tapi," tambahnya, "jangan
sangka AS tidak rugi besar. Materi dan persahabatan, rugi."
Olmer menyebut Caterpillar Tractor Co. (AS) yang telah teken
kontrak untuk meletakkan pipa-pipa dari Erengoi, Siberia, sampai
ke perbatasan barat Cekoslowakia, cukup menderita kini.
Pokoknya, semua ramai-ramai mengeroyok AS dalam hal pipa gas
ini. "Dan bukan hanya ia merusak kepercayaan kami," kata Menteri
Keuangan Jerman Barat Manfred Lahnstein di depan Bundestag
(parlemen), "tapi Reagan juga telah merusak kredibilitas
hubungan internasional."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini