Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sesama sekutu akan bercerai?

Hubungan AS dengan negara sekutunya (eropa barat) meruncing gara-gara sanksi AS terhadap perusahaan yang memakai teknologi dengan lisensi Amerika untuk pembangunan pipa gas alam dari siberia (u.s) ke eropa barat. (ln)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADU argumentasi sesama sekutu semakin berterus-terang, bahkan hampir tidak ada lagi yang memakai "bahasa" diplomasi. Hubungan Amerika Serikat dengan negara sekutunya (Eropa Barat) akhir-akhir ini sungguh meruncing. Suatu hal yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah persekutuan 35 tahun lamanya. Semua ini gara-gara proyek pipa gas alam yang sedang dilaksanakan sepanjang 6000 km dari Siberia. Sedang melawat ke Kanada dan Amerika Serikat, Kanselir Jerman Barat Helmut Schmidt di San Francisco kepada wartawan pekan lalu menyatakan betapa pentingnya persahabatan yang lestari antara Amerika Serikat dan Eropa Barat. "Tapi ini lantas bukan berarti yang satu bisa memerintah begitu saja kepada yang lain," tukas Schmidt. Kemudian setibanya di Jerman Schmidt berkata lagi: "Pemerintahan di Roma, London dan Paris, juga kami di Bonn, saya rasa juga Ottawa dan Tokyo, akan maju terus (melanggar embargo AS)." Pernyataan Schmidt ini adalah yang paling keras semenjak pemerintahan Reagan mencanangkan perang ekonominya dengan mengeluarkan embargo teknologi untuk Uni Soviet, Desember lalu. Tampaknya Reagan tidak akan melunakkan keputusan yang telah diambilnya, Embargonya itu berasal dari protes Washington terhadap campur tangan Soviet hingga berlaku Keadaan Darurat di Polandia. Anehnya, ekspor gandum Amerika ke Uni Soviet masih dan akan berlangsung. Dan Reagan berniat memperpanjang kontrak (gandum) tahunannya dengan Uni Soviet. Maka Menlu Prancis Claude Cheysson menimpali di Paris: "Perceraian segera akan terjadi antara Prancis dan AS." Di sela-sela masalah Timur Tengah yang semakin menggawat, masalah pipa gas alam ini tidak mengendur. Persoalan terakhir ialah embargo Amerika dinyatakan berlaku juga terhadap semua produk teknologi yang dibuat di luar negerinya (seperti di Eropa Barat dan Jepang) tapi memakai lisensi Amerika. Sedang produksi teknologi Amerika itu diperlukan untuk proyek pipa gas alam dari Siberia itu. Adu argumentasi bermulai di KTT Versailles, Juni lalu. Waktu itu, Presiden Reagan mencoba membujuk sekutunya (Eropa Barat dan Jepang) untuk tidak terlalu "ramah" terhadap Uni Soviet. Ketidaksenangan Reagan dilontarkan kepada Jepang yang mempunyai proyek minyak bumi bersama Uni Soviet di Pulau Sakhalin. Hal yang sama juga ditujukannya kepada Eropa Barat (Prancis, Jerman Barat, Inggris dan Italia) yang telah meneken kontrak untuk proyek sebesar US$10 milyar, terbesar dalam sejarah kerja sama Eropa Barat-Eropa Timur. Menurut Amerika Serikat bukan waktunya kini nembantu ekonomi Soviet yang makin merosot. Penjualan gas alam Soviet kepada Eropa Barat berarti kelak menambah devisa Soviet dan dikhawatirkan Soviet akan semakin mempersenjatai diri. Alasan lain Reagan ialah: beberapa negara Eropa Barat -- terutama Jerman Barat -- akan semakin tergantung kepada Uni Soviet. "Dan ini berbahaya," demikian Reagan. Tetapi sekutu Amerika di Eropa melihat dari segi lain, yaitu masalah kedaulatan dan kemandirian negara masing-masing. Seperti yang ditulis The economist: 'Kalau AS menentang, itu haknya dan sah, tetapi itu bukan berarti lantas AS berhak turut campur urusan dalam negeri kami." Antara lain General Electric (GE) dari Amerika Serikat dan empat perusahaan di Eropa Barat yang mendapat lisensi GE yang terjerat oleh embargo Reagan. Yaitu AEG-Kanis (Jerman Barat), Alsthom-Atlantique (Prancis), John Brown Engineering (Inggris) dan Nuovo Pignone (Italia). Keempatnya telah telanjur meneken kontrak untuk menyediakan perlengkapan sebesar US$3,4 milyar. Menurut perjanjian, sebagian dari perlengkapan (rotor turbin) harus sudah mulai dikirim bulan Agustus. Bukannya mereka (perusahaan Eropa) belum mampu membuat rotor turbin, "tetapi hanya masalah etis (berkenaan dengan lisensi) dan pertimbangan politis saja," ujar seorang direktur senior lari Alsthom. Menurut perkiraan para industriawan Jerman, GE selama ini menguasai pasaran dunia turbin sebanyak 21% saja. Sedangkan empat perusahaan Eropa Barat yang mendapat kontrak dengan Soviet masing-masing menguasai pasaran sekitar 10% saja. Sedangkan Hitachi dan Rolls Royce cuma 2%. Karena itu, Menteri Ekonomi Jerman Otto Graf Lambdsdorff minggu lalu berkata: "Sebetulnya bukan masalah pipa gas saja yang gawat, tetapi sejumlah perusahaan lainnya -- terutama perusahaan AS -- juga akan kena getahnya." Eropa Barat kini tengah mempelajari keabsahan embargo AS tersebut. Di Brussel, minggu lalu terbentuk kelompok kerja tingkat tinggi EEC (Pasaran Bersama Eropa) untuk meneliti hal ini. Kelompok kerja ini berpendapat bahwa tindakan pengekangan teknologi AS adalah "suatu tindakan yurisdiksi perluasan ekstra teritorial" dan ini tidak pernah dikenal di Eropa. Ini berarti suplai perlengkapan Eropa Barat untuk proyek pipa gas Siberia akan jalan terus. Di pabrik baja Krupp di Essen, Jerman Barat, kini dibuat turbin pesanan Soviet, untuk melengkapi 125 rotor dan turbin yang diperlukan. Sebelumnya, 23 rotor buatan GE telah telanjur dikirim dan dipasang. "Order tetap kami buat, sesuai dengan kontrak," kata Horst Kerlen, Wakil Presiden AEG-Kanis, anak perusahaan dari kelompok AEG-Telefunken. Jerman Barat, Prancis, Inggris dan Italia memang telah bertekad untuk meneruskan pesanan Soviet dan mengabaikan embargo Reagan. "Kontrak dengan Rusia adalah taruhan kehormatan kami." tambah Kerlen. Yang lebih pasti lagi, Alsthom-Atlantique yang berada di bawah pengawasan Compagnie Generale d'Electricite (milik pemerintah Prancis) tinggal tunggu lampu hijau dari Presiden Mitterand. Alsthom kebagian kontrak kerja US$59 juta untuk mensuplai 40 buah rotor. Karena barang baru akan dikirim Oktober 1983, kini sedang disimak baik-baik isi kontrak dengan Rusia, supaya tidak digugat pemerintah AS. Tentu banyak orang tidak percaya bahwa Uni Soviet, yang pernah membuat Sputnik mengorbit, tidak bisa membuat turbin sendiri. Apalagi model perusahaan Soviet -- yang secara struktural sama seperti politbiro partai -- akan gampang mengambil atau mengubah keputusan. Meskipun akan merugi, dalam masalah pipa gas ini, Kremlin berada di angin kemenangan, sementara ricuhnya hubungan AS dengan sekutunya, demikian tajuk rencana Washington Post. Banyak yang menduga bahwa embargo Reagan ini akibat "kemenangan" Pentagon dan Dewan Keamanan Nasional AS. Departemen Perdagangan AS kabarnya kurang cocok dengan tindakan Reagan ini. "Beberapa negara Eropa akan rugi," kata Menteri Perdagangan AS, Lionel H. Olmer yang dikutip Business Week. "Tapi," tambahnya, "jangan sangka AS tidak rugi besar. Materi dan persahabatan, rugi." Olmer menyebut Caterpillar Tractor Co. (AS) yang telah teken kontrak untuk meletakkan pipa-pipa dari Erengoi, Siberia, sampai ke perbatasan barat Cekoslowakia, cukup menderita kini. Pokoknya, semua ramai-ramai mengeroyok AS dalam hal pipa gas ini. "Dan bukan hanya ia merusak kepercayaan kami," kata Menteri Keuangan Jerman Barat Manfred Lahnstein di depan Bundestag (parlemen), "tapi Reagan juga telah merusak kredibilitas hubungan internasional."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus