Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Festival Di Algiers

KTT Nonblok berlangsung di Aljazair. Presiden Libya Qadhafi menilai konperensi ini sbg festival, karena tidak akan bisa mengambil keputusan bersama dalam soal pertahanan negara-negara nonblok.

15 September 1973 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA Raja, Presiden dan Menteri-Menteri dari puluhan negara berdatangan di Aljazair pekan lalu. Dn ini tentu amat melelahkan Presiden Houari Boumidienne yang selalu harus siap di lapangan terbang menjemput tamu-tamunya. Sekitar seribu wartawan juga berkerumun di sana, dan dunia pun ikut tahu gerangan yang dipercakapkan orang-orang penting -- atau wakilnya - dari negara-negara yang mengaku tidak ikut blok Timur ataupun Barat itu. Tidak karena bosan menghadiri pertemuan macam demikian maka jagojago tua Non Blok macam Presiden Tito, Kaisar Heile Selassi, Nyonya Indira Gandhi tidak banyak ribut. Soal yang menjadi topik pembicaraan nampaknya memang sudah lain dari yang dulu mendorong mereka mengoranisir KTT non blok pertama di Beorad. Indonesia. Tito, Indira, dan Selassi datang juga tentu, tapi Soeharto yang mestinya bisa mewarisi kedudukan Soekarno di forum u sekali lagi memperlihatkan sikap pragmatisnya untuk memilih tetap di tempat dan mengirimkan Adam Malik -- yang dikawal oleh Jenderal Soemitro sebagai wakil pribadinya. Tentu saja negara-negara yang masih bernafsu memanfaatkan forum Aljazair untuk kampanye politiknya tidak begitu sukacita kepada keputusan Indonesia itu, dan rombongan Adam Malik kemudian memang tidak menempati kedudukan apa-apa, kendati 14 negara lain terpilih untuk kedudukan wakil ketua konperensi. Walhasil, dengan biaya 50 juta dollar yang dibebankan pada kocek tuan rumah, didahului oleh pertemuan para Menteri Luar Negeri yang bertugas menyiapkan bahan-bahan KTT, tanggal 5 September yang lalu, pertemuan dibuka dengan resmi. Bahkan sebelum pidato-pidato berhamburan dari gedung mewah dl tepi pantai beberapa kilo meter dari pusat kota Aljazair itu, dugaan sudah bisa dibuat tentang apa yang bisa terjadi. Kelompok-kelompok negara Arab bertekad untuk menyikat Israel, sementara beberapa negara Afrika berteriak-teriak mengenai kolonialisme dan rasialisme yang masih ada di Afrika Selatan. Tidak ketinggalan suara dari 14 organisasi pembebasan nasional dari berbagai penjuru dunia, dan sasaran mereka tentu saja Amerika Serikat yang dianggap dalang dari musuh utama merek itu. Dalam kabut bencana yang menimpa Kedutaan Besar Arab Saudi yang di bajak oleh September Hitam di Paris pada hari yang sama, KTT yang keempat mendengarkan berbagai macam pidato. Sihanouk - vang gagal menjadi salah satu dari 14 wakil ketua konprensi - tidak membuang kesempatan untuk mendesak yang hadir agar rezim Lon Nol dipencilkan, dan itu akan merupakan "kekalahan imperialisme di Asia". Tidak lupa Pangeran terusir ini menyebut Presiden Gaddafi dari Libya sebagai pembesar anti imperialis yang telah menyanggupi bantuan penuh kepada perjuangan Sihanouk melawan Amerika. Festival. Gaddafi memang tokoh muda yang gilirannya merupakan pertunjukan yang amat dinantikan oleh penggemar ataupun musuhnya. Tiba di Aljazair selepas menasionalisir maskapai minyak Amerika, sudah tentu soal itu tidak terlupakan dalam pidatonya. "Libya berjanji akan menghancurkan monopoli asing itu dan setelah kami melaksanakannya kami akan membantu tuantuan dalam hal yang sama", katanya. Tapi yang paling seru dari pidato pemimpin Libya tersebut adalah ejekannya kepada konprensi yang dianggapnya tidak akan bisa mengambil keputusan. bersama dalam soal pertahanan. Karena itulah maka KTT Aljazair ini oleh Gaddafi dinilai tidak lebih dari sekedar festival saja. Barangkali Boumidienne merasa tidak senang oleh ucapan Gaddafi yang lebih percaya pada aksi dari pada sekedar perundingan saja, tapi para peninjau politik yang bijaksana nampaknya menilai sehat pidato Gaddafi ini. Maka ketika Yasser Arafat berbicara atas nama 14 gerakan pembebasan nasional, sikap Gaddafi itupun menjadi sempurna. Kata Arafat: "Keutuhan wilayah Arab hanya bisa dipulihkan melalui perjuangan bersenjata". Tapi tidak cuma Arab ternyata. Dengan bantuan keuangan Gaddafi gerakan-gerakan pembebasanya yang diwakili oleh Arafat itu -- mengerakan-gerakan di Afrika, Amerika Latin, Asia dan Arab bersepakat pulau untuk bekerjasama dalam menentang imferialisme dan kolonialisme yang katanya seluruhnya dipimpin oleh Washington. Kalau kesempatan ini akan menjadi kenyataan, orang-orang Palestina halal bertempur di Rodhesia, orang Amerika Latin boleh membajak pesawat Israel atau orang-orang Negro bertempur di Amerika Latin. Tito. Tidak usah cemas bahwa Aljazair hanya menjadi forum bagi orang yang gemar perang, sebab disana dibicarakan soal-soal sosial, ekonomi dan budaya. Presiden Tito dan pembukaannya mendesakkan itu agar pertemuan suka memikirkan bentuknya sebuah sumber dana korban agresi kolonialisme serta di fihak yang berjuang bagi kemerdekaan. Sebuah komisi yang dipimpin oleh Menlu Chili, Hernan Santa Cruz, juga merumuskan saran-saran yang dijadikan bagi keputusan mengenai kerjasama ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta ekonomi. Tapi konsep menginginkan sebuah sekertariat tetap itu kabarnya sudah mengalami kesulitan ketika memilih ketua seksi perundingan. "Bisa dibayangkan kalau kita sudah sampai pada tingkat memilih ketua tempat untuk sekertariat tetap itu keluh seorang diplomat dari Afrika. Memang tidak segampang yang dibayangkan oleh Nehru, Soekarno, Tit dan Nasser bersama-sama mengorganis gerakan tersebut 12 tahun silam. Tapi bahwa masih ada fihak-fihak yang di untungkan oleh pertemuan demikian dengan peserta yang terlalu banyak diamati beragam, nampaknya memang tidak hisa dipungkiri. Lepas dari kekacauan strategi Arab untuk lebih memencilkan Israel melalui pertemuan Aljazair yang diakibatkan oleh serbuan September Hitam ke Kedutaan Arab Saudi di Paris pekan lalu, persepakatan untuk berjuang bersama 14 geraka 1 pembebasan nasional dari berbagai penjuru dunia tentulah menguntungkan para pejuang tersebut, termasuk Gaddafi yang kaya dan dengan semangat berperrang yang agaknya belum kunjung padam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus