PARA Raja, Presiden dan Menteri-Menteri dari puluhan negara
berdatangan di Aljazair pekan lalu. Dn ini tentu amat melelahkan
Presiden Houari Boumidienne yang selalu harus siap di lapangan
terbang menjemput tamu-tamunya. Sekitar seribu wartawan juga
berkerumun di sana, dan dunia pun ikut tahu gerangan yang
dipercakapkan orang-orang penting -- atau wakilnya - dari
negara-negara yang mengaku tidak ikut blok Timur ataupun Barat
itu. Tidak karena bosan menghadiri pertemuan macam demikian maka
jagojago tua Non Blok macam Presiden Tito, Kaisar Heile Selassi,
Nyonya Indira Gandhi tidak banyak ribut. Soal yang menjadi topik
pembicaraan nampaknya memang sudah lain dari yang dulu mendorong
mereka mengoranisir KTT non blok pertama di Beorad.
Indonesia. Tito, Indira, dan Selassi datang juga tentu, tapi
Soeharto yang mestinya bisa mewarisi kedudukan Soekarno di forum
u sekali lagi memperlihatkan sikap pragmatisnya untuk memilih
tetap di tempat dan mengirimkan Adam Malik -- yang dikawal oleh
Jenderal Soemitro sebagai wakil pribadinya. Tentu saja
negara-negara yang masih bernafsu memanfaatkan forum Aljazair
untuk kampanye politiknya tidak begitu sukacita kepada keputusan
Indonesia itu, dan rombongan Adam Malik kemudian memang tidak
menempati kedudukan apa-apa, kendati 14 negara lain terpilih
untuk kedudukan wakil ketua konperensi.
Walhasil, dengan biaya 50 juta dollar yang dibebankan pada kocek
tuan rumah, didahului oleh pertemuan para Menteri Luar Negeri
yang bertugas menyiapkan bahan-bahan KTT, tanggal 5 September
yang lalu, pertemuan dibuka dengan resmi. Bahkan sebelum
pidato-pidato berhamburan dari gedung mewah dl tepi pantai
beberapa kilo meter dari pusat kota Aljazair itu, dugaan sudah
bisa dibuat tentang apa yang bisa terjadi. Kelompok-kelompok
negara Arab bertekad untuk menyikat Israel, sementara beberapa
negara Afrika berteriak-teriak mengenai kolonialisme dan
rasialisme yang masih ada di Afrika Selatan. Tidak ketinggalan
suara dari 14 organisasi pembebasan nasional dari berbagai
penjuru dunia, dan sasaran mereka tentu saja Amerika Serikat
yang dianggap dalang dari musuh utama merek itu.
Dalam kabut bencana yang menimpa Kedutaan Besar Arab Saudi yang
di bajak oleh September Hitam di Paris pada hari yang sama, KTT
yang keempat mendengarkan berbagai macam pidato. Sihanouk - vang
gagal menjadi salah satu dari 14 wakil ketua konprensi - tidak
membuang kesempatan untuk mendesak yang hadir agar rezim Lon Nol
dipencilkan, dan itu akan merupakan "kekalahan imperialisme di
Asia". Tidak lupa Pangeran terusir ini menyebut Presiden Gaddafi
dari Libya sebagai pembesar anti imperialis yang telah
menyanggupi bantuan penuh kepada perjuangan Sihanouk melawan
Amerika.
Festival. Gaddafi memang tokoh muda yang gilirannya merupakan
pertunjukan yang amat dinantikan oleh penggemar ataupun
musuhnya. Tiba di Aljazair selepas menasionalisir maskapai
minyak Amerika, sudah tentu soal itu tidak terlupakan dalam
pidatonya. "Libya berjanji akan menghancurkan monopoli asing itu
dan setelah kami melaksanakannya kami akan membantu tuantuan
dalam hal yang sama", katanya. Tapi yang paling seru dari pidato
pemimpin Libya tersebut adalah ejekannya kepada konprensi yang
dianggapnya tidak akan bisa mengambil keputusan. bersama dalam
soal pertahanan. Karena itulah maka KTT Aljazair ini oleh
Gaddafi dinilai tidak lebih dari sekedar festival saja.
Barangkali Boumidienne merasa tidak senang oleh ucapan Gaddafi
yang lebih percaya pada aksi dari pada sekedar perundingan saja,
tapi para peninjau politik yang bijaksana nampaknya menilai
sehat pidato Gaddafi ini. Maka ketika Yasser Arafat berbicara
atas nama 14 gerakan pembebasan nasional, sikap Gaddafi itupun
menjadi sempurna. Kata Arafat: "Keutuhan wilayah Arab hanya bisa
dipulihkan melalui perjuangan bersenjata". Tapi tidak cuma Arab
ternyata. Dengan bantuan keuangan Gaddafi gerakan-gerakan
pembebasanya yang diwakili oleh Arafat itu -- mengerakan-gerakan
di Afrika, Amerika Latin, Asia dan Arab bersepakat pulau untuk
bekerjasama dalam menentang imferialisme dan kolonialisme yang
katanya seluruhnya dipimpin oleh Washington. Kalau kesempatan
ini akan menjadi kenyataan, orang-orang Palestina halal
bertempur di Rodhesia, orang Amerika Latin boleh membajak
pesawat Israel atau orang-orang Negro bertempur di Amerika
Latin.
Tito. Tidak usah cemas bahwa Aljazair hanya menjadi forum bagi
orang yang gemar perang, sebab disana dibicarakan soal-soal
sosial, ekonomi dan budaya. Presiden Tito dan pembukaannya
mendesakkan itu agar pertemuan suka memikirkan bentuknya sebuah
sumber dana korban agresi kolonialisme serta di fihak yang
berjuang bagi kemerdekaan. Sebuah komisi yang dipimpin oleh
Menlu Chili, Hernan Santa Cruz, juga merumuskan saran-saran yang
dijadikan bagi keputusan mengenai kerjasama ilmu pengetahuan
dan kebudayaan serta ekonomi. Tapi konsep menginginkan sebuah
sekertariat tetap itu kabarnya sudah mengalami kesulitan ketika
memilih ketua seksi perundingan. "Bisa dibayangkan kalau kita
sudah sampai pada tingkat memilih ketua tempat untuk sekertariat
tetap itu keluh seorang diplomat dari Afrika.
Memang tidak segampang yang dibayangkan oleh Nehru, Soekarno,
Tit dan Nasser bersama-sama mengorganis gerakan tersebut 12
tahun silam. Tapi bahwa masih ada fihak-fihak yang di untungkan
oleh pertemuan demikian dengan peserta yang terlalu banyak
diamati beragam, nampaknya memang tidak hisa dipungkiri. Lepas
dari kekacauan strategi Arab untuk lebih memencilkan Israel
melalui pertemuan Aljazair yang diakibatkan oleh serbuan
September Hitam ke Kedutaan Arab Saudi di Paris pekan lalu,
persepakatan untuk berjuang bersama 14 geraka 1 pembebasan
nasional dari berbagai penjuru dunia tentulah menguntungkan para
pejuang tersebut, termasuk Gaddafi yang kaya dan dengan semangat
berperrang yang agaknya belum kunjung padam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini