MENGURUS air minum rupanya tidak semudah mereguknya. Dan di
tengah kerugian perusahaan-perusahaan Air minum yang umumnya
diurus oleh pemerintah Kotamadya, kebutuhan penduduk semakin
bertambah juga. Bukan karena "dunia nan semakin panas" ini
menyebabkan orang semakin haus, tetapi karena sementara
pertambahan penduduk terus meningkat, jaring-jaring pipa yang
mengocorkan air itu konon sudah jauh tidak seimbang dengan hajat
orang-orang zaman sekarang. Lebih dari itu, pipa-pipa yang sudah
puluhan tahun terkubur dalam tanah itu kebanyakan sudah rusak
dan membuat mubazirnya air karena kebocoran-kebocoran di
sanasini. Bahkan ditunjukkan di beberapa kota usia pipa-pipa itu
ada yang sudah mencapai 50 tahun lebih.
Apa boleh buat kalau tetesan air bersih atau ledeng yang ada
sekarang baru sempat dirasakan sebagian penduduk yang tinggal di
kota-kota. Inipun masih belum seluruhnya. Sebab Samarinda,
sebagai ibukota propinsi Kalimantan Timur, misalnya, barangkali
baru dalam tahun ini memiliki PAM. Bagi penduduk di kota-kota
kecil dan apalagi pedesaan, bersyukurlah karena pulau-pulau di
sini cukup kaya akan sungai - sekurang-kurangnya karena di dasar
buminya air masih dapat disedot. Tetapi untung pula sementara
Menteri Kesehatan Siwabessy belum lama ini menjanjikan air
bersih untuk penduduk pedesaan, Ir Rahmat Wiradisurya, Dirjen,
Cipta Karya Departemen PUTL, mengungkapkan rencananya untuk
meningkatkan kapasitas air minum dari 17.000 menjadi 29.000
liter per-detik dalam Pelita II nanti.
Subsidi. Untuk menambah kapasitas serupa itu, rupanya tidaklah
mudah. Sebab di samping perbaikan-perbaikan yang banyak harus
dilakukan terhadap jaringan yang sudah ada. Jua persediaan biaya
rupanya belum begitu menggembirakan. Tetapi karena kebutuhan ini
termasuk yang tidak boleh tidak maka menurut Dirjen Cipta Karya
perluasan itu kelak akan dibantu pula oleh bank di samping dari
biaya APBN. Artinya kota-kota yang diprioritaskan untuk
perluasan itu - seperti Jakarta Surabaya, Semarang dan Bandung,
bakal menerima semacam kredit dari bank untuk membiayainya.
Meskipun rancangan ini masih belum merupakankeputusan yang
pasti, tetapi tentulah untuk melunasinya kepada bank diharapkan
dari uang langganan yang diurus oleh masing-masing Perusahaan
Air Minum. Sehingga soal kemudiannya tentulah bagaimana agar
pengurusan perusahaan itu kelak benar-benar jadi bersih sehingga
terbebas dari subsidi seporti yang masih terjadi selama ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini