SETELAH mengirim surat kepada Sri Ratu yang bertakhta di London
menjelang pembukaan konperensi persemakmuran, Presiden Uganda
memberi giliran sibuk kepada Presiden Nixon. Hatta maka
tersiarlah desas-desus tentang Nixon sebagai calon penerima
hadiah Nobel untuk perdamaian. Kurang terang alasan pencalonan
tersebut, tapi kalau dilihat apa yang dilakukan oleh Nixon
dengan tangan kanannya yang bemama Kissinger, boleh diduga bahwa
perbedaan ketegangan dunia -- melalui pendekatan dengan Moskow
serta Peking - dan penyelesaian soal Vietnamlah kira-kira yang
diandalkan untuk permhonann itu.
Serius. Tidak semua orang cuma sanggup memuji Nixon dengan
suksesnya bersama Kissinger, karena soal Timur Tengah, misalnya,
hingga kini tidak beres-beres juga. Mungkin karena itulah mana
Idi Amin merasa perlu angkat bicara. Dan pada suatu hari yang
dianggapnya tepat, serangkaian kalimat ia ketokkan ke
Washington. Tidak seangkuh suratnya kepada Ratu, tapi bukan
tidak mendongkolkan Nixon. Antara lain katanya: "Pencatollab
anda itu hanya olok-olok saja, bukan sesuatu yang serius".
Tapi dengan serius, beberapa hari kemudian, Idi Amin berhadapan
dengan seorang utusan Yasser Arafat yang datang menemuinya di
Kampala. Ada persamaan antara pembicaraannya dengan orang
Palestina ini dengan isi suratnya kepada Sri Ratu yang dulu itu:
soal pengawal pribadi bagi Amin yang hendak bepergian. Belum
diselidiki apakah Presiden Uganda tidak memiliki pengawal
pribadi, tapi yang jelas kepada Wakll pribadi Arafat itu, Amin
minta agar perjalanannya untuk menghadiri KTT di Aljazair kali
ini supaya dikawal oleh anggota Black September. Tentu saja
orang Palestina itu tidak bisa menolaknya -- seperti Ratu dan
pemerintah Inggeris menolak permintaan Amin untuk dikawal oleh
Resimen Scotland yang masyhur itu -- tapi juga tidak bisa
mengabulkannya. Soalnya sederhana sekali, pasukan September
Hitam yang terkenal dengan terornya itu adalah kelompok rahasia
yang konon tidak berada di bawah satu komando, hingga idak
Arafat, bukan George Habbash atal siapapun yang bisa
menundukkannya di bawah tudingan telunjuk.
El Sheik. Namun Jenderal Amin tidak cuma meminta, ia juga
menjanjikan sesuatu. Kepada Khaled El Sheik -- nama utusan
Arafat - Presiden Uganda itu menyatakan niatnya untuk mendesak
Uni Soviet agar tidak mengirimkan orang-orang Yahudi ke Israel,
melainkan ke Amerika. "Makin banyak orang Yahudi dikirim ke
Israel, makin banyak soal yang timbul", katanya. Tidak
diberitakan oleh kantor berita AFP tanggapan El Sheik terhadap
janji Amin, tapi menurut dugaan kalau utusan Arafat suka
menghindari basa-basi - sebagai layaknya orang-orang
revolusioner di muka bumi ini -- tentulah Idi Amin akan
diberitahu bahwa ke Amerika atau langsung Israel, bagi
imigran-imigran Yahudi itu toh sama saja. Sebab begitu mereka
meninggalkan perbatasan Soviet, tidak ada lagi larangan bagi
mereka untuk memilih negara tujuan, sepanjang tuan rumah tidak
menolak mereka.
Menurut ramalan sementara: berita mendatang tentang Idi Amin
adalah surat desakannya kepada Soviet mengenai soal Yahudi
itulah. Apakah surat atau barangkali telegram itu juga bakal
menarik susunan kalimatnya, sebaiknya para penggemar sabar
menanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini